USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Fakultas Farmasi USD Berdayakan Masyarakat Desa Kepek dalam Pengendalian Vektor Demam Berdarah Dengu

diupdate: 4 minggu yang lalu

FARMASI DBD

USD
- 20 Maret 2025, Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma (USD) mengadakan program Pengabdian kepada Masyarakat-Program Unggulan (PkM-PU) bertajuk "Peningkatan Kapasitas Masyarakat Desa dalam Pengendalian Vektor DBD: Pelatihan Inovatif Pembuatan Ovitrap" di Balai Padukuhan Tegalmulyo, Kalurahan Kepek, Gunungkidul.

Kegiatan ini dipimpin oleh Dr. apt. Rini Dwiastuti dan menghadirkan dr. Antonius Dwi Susanto, Kepala Puskesmas Wonosari II, sebagai narasumber. Sebanyak 31 peserta, terdiri dari kader kesehatan dan warga Desa Kepek, mengikuti pelatihan ini dengan antusias.

Pelatihan ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dalam pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti melalui pembuatan ovitrap alat sederhana namun efektif untuk mengurangi populasi nyamuk penyebab Demam Berdarah Dengue (DBD). Langkah ini menjadi solusi atas keterbatasan tenaga medis dan fasilitas dalam penanganan DBD di wilayah tersebut, terutama saat terjadi lonjakan kasus pada musim hujan.

FARMASI DBD

"Kegiatan pengabdian ini merupakan upaya konkret untuk memberdayakan masyarakat dalam pengendalian vektor DBD melalui pembuatan dan penggunaan ovitrap, yang merupakan salah satu metode pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti secara mandiri oleh masyarakat," ujar Dr. apt. Rini Dwiastuti.

Para peserta dibekali pemahaman mengenai siklus hidup nyamuk DBD, metode pencegahan, serta teknik pembuatan dan penempatan ovitrap yang strategis. dr. Antonius menegaskan pentingnya peran aktif masyarakat dalam upaya pencegahan.

“Dengan memahami pembuatan ovitrap, masyarakat dapat berkontribusi langsung dalam mengendalikan penyebaran DBD di lingkungan mereka,” ujarnya.

FARMASI DBD

Ibu Emi, kader kesehatan Desa Kepek, menyambut baik pelatihan ini. “Kami sangat terbantu, mengingat kasus DBD di desa kami meningkat. Ilmu ini akan kami sebarkan ke masyarakat agar angka kejadian DBD bisa ditekan,” ungkapnya.

Pada Desember 2024 hingga Januari 2025, tercatat 12 kasus DBD di desa tersebut. Sebagai tindak lanjut dari intervensi kesehatan masyarakat tersebut, akan dilakukan pemantauan keefektifan ovitrap serta pemantauan dan pelaporan berkala oleh kader setiap dua atau tiga minggu sekali. 

Sebagai tindak lanjut, kader kesehatan akan melakukan pemantauan dan evaluasi efektivitas ovitrap setiap dua hingga tiga minggu sekali. Program ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat dan menjadi langkah nyata dalam pengendalian DBD di Gunungkidul.



(ED/Farmasi)

  kembali