USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Ascoltaci Ke-21 Usung Tema 'Soundscape': Kedudukan Bunyi dalam Wacana Reproduksi Budaya

diupdate: 1 bulan yang lalu

Para pembicara dan moderator Ascoltaci ke-21, Magister Kajian Budaya USD (dok. MKB)

USD - Kamis, 15 Agustus 2024, di Kompleks Beringin Soekarno, Kampus II, Magister Kajian Budaya (KB) Universitas Sanata Dharma kembali menggelar Ascoltaci Ke-21 bertajuk “Soundscape Kedudukan Bunyi dalam Wacana Reproduksi Budaya”. Pada penyelenggaraannya yang ke-21, Ascoltaci menghadirkan dua pembicara yaitu Febiryan Stevanus Kurniawan (Penggerak Komunitas Jazz Tulungagung) dan Gatot Danar Sulistyanto (praktisi seni).
 
Febiryan Stevanus Kurniawan atau yang akarab dipanggil Pepi, adalah seorang alumni Magister Kajian Budaya USD. Saat ini ia aktif sebagai akademisi dan gerakan musik berbasis komunitas di Tulungagung dengan nama Komunitas Jazz Tulungagung. Pepi mempresentasikan hasil dari penelitian tesisnya yang berjudul “Dalam Kerumunan Bunyi: Melacak Soundscape dan Fetisisme Warung Kopi Pangku di Tulungagung”. Sementara Gatot Danar Sulistyanto, atau akrab dipanggil dengan Gatot, banyak berkarya dan terlibat dalam berbagai proyek seperti October Meeting- Contemporary Music & Musicians (OMCMM) 2023 spatial concert, membawakan materi berjudul “Soundscape, Sonic Experience, and Music”.
 
Dalam sambutannya, Kaprodi Magister Kajian Budaya, Dr. Yustina Devi Ardhiani, M.Hum., menyampaikan pentingnya bunyi dalam produksi budaya.
 
“Obrolan kita kali ini tentang Soundscape, mau mengajak kita untuk melihat kembali pentingnya bunyi, tidak saja dalam bingkai karya seni musik, tetapi juga dalam produksi budaya dan pembahasan produksi budaya itu sendiri,” ungkapnya.
 
Para pembicara dan moderator, berfoto bersama Program Studi Kajian Budaya Program Doktor Dr. Gregorius Budi Subanar, S.J; Prof. Dr. Supratiknya; dan Kaprodi Magister Kajian Budaya, Dr. Yustina Devi Ardhiani.

Soundscape
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan lingkungan akustik atau lanskap suara di suatu tempat, baik itu lingkungan alami, perkotaan, atau buatan manusia. Konsep soundscape mencakup semua suara yang bisa didengar di lingkungan tersebut, termasuk suara alam serta suara buatan manusia seperti kendaraan, mesin, dan percakapan. Soundscape sering dipelajari dalam bidang ekologi akustik, musik, arsitektur, dan desain perkotaan untuk memahami bagaimana uara memengaruhi pengalaman dan persepsi manusia terhadap lingkungan mereka.
 
Dalam paparannya, kedua pembicara menjelaskan dan mengeksplorasi berbagai pandangan dan fenomena tentang soundscape.  Pepi menjelaskan soundscape dalam konteks Warung Kopi Pangku dan fetisisme yang dihadirkan. Sementara Gatot memaparkan keterhubungan antara musik, science, dan matematika.
 
Ascoltaci ke-21 yang dimoderatori oleh Clara Natalia Christina Mitak (Mahasiswa Magister Kajian Budaya) ini ditutup dengan diskusi yang menarik antar peserta yang berasal dari berbagai latar belakang.
 
(BKPB-IRB/AFH-Humas)
sabung ayam onlinescatter hitam

  kembali