USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Sindhunata: Karya Sastra yang Baik adalah Anugerah

diupdate: 7 tahun yang lalu


Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Komisariat Universitas Sanata Dharma (USD) dan Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI) Cabang USD pada Sabtu (29/9) menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema “Membaca Sindhunata: Perspektif Bahasa, Sastra, dan Budaya”. Seminar Nasional yang berlangsung di Kampus 2 USD ini menghadirkan Prof. Dr. Suminto A. Sayuti sebagai Pembicara Kunci; Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. yang merupakan dosen Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Elisa Dwi Wardani, S.S., M.Hum. yang merupakan dosen Program Studi Sastra Inggris sebagai Pembicara Utama; dan Dr. Gabriel Possenti Sindhunata, SJ sebagai sastrawan.
Seminar Nasional tersebut dimulai dengan sambutan dari Dr. Yoseph Yapi Taum selaku Ketua Panitia yang juga merupakan dosen Program Studi Sastra Indonesia USD. Beliau mengatakan bahwa seminar ini ingin memperkenalkan lebih dalam tentang Sindhunata sebagai salah satu sastrawan yang karya-karyanya sudah tidak asing di masyarakat, namun masih dipertanyakan kedudukannya dalam sejarah sastra Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan sambutan dari F.X. Ouda Teda Ena, M.Pd., Ed.D. selaku Wakil Rektor IV USD. Beliau mengatakan bahwa membaca dapat dilakukan dengan cara melafalkan atau menafsirkan yang mana keduanya sama-sama memiliki bahaya. Bahaya dari membaca dengan cara melafalkan adalah tidak adanya ilmu yang diperoleh, sementara bahaya dari membaca dengan cara menafsirkan adalah penafsiran yang bisa saja tidak tepat sehingga dapat menyesatkan. Seminar ini berusaha untuk membaca tulisan-tulisan Sindhunata dengan penafsiran yang tepat.
Acara dilanjutkan dengan pengulasan terhadap karya-karya Sindhunata dari Pembicara Kunci; dari Dra. A.B. Sri Mulyani, M.A., Ph.D. dan Dr. Yoseph Yapi Taum selaku pemakalah yang juga merupakan dosen USD; dari Siti Fatimah, Joko Nurkamto, Budi Setiawan, Ngadiso, Henry Thomas Simarmata, Naruddin Al Akbar, Henrikus Joko Yulianto, Yudita Susanti, Ursula Dewi, dan Novita Dewi selaku pemakalah dari berbagai kalangan dan instansi; dan dari dua Pembicara Utama. Beberapa karya yang dibahas tersebut antara lain Air Kata-Kata, Putri Cina dan Anak Bajang Menggiring Angin yang menjadi masterpiecenya. Sebelum Sindhunata memberikan catatannya, Johanes Jiwangga beserta dua rekannya menampilkan musikalisasi dua puisi karya Sindhunata yang berjudul Semar Mesem dan Bola Awan.
Sindhunata menjawab apa yang menjadi pertanyaan peminat-peminat sastra selama ini terkait kedudukannya dalam sejarah sastra Indonesia. Sindhunata mengatakan, “Kalau kamu mau menunjukkan [kedudukan] saya di mana, ya saya sendiri tidak tahu. Dalam posisi mana [pun], saya tidak pernah berpihak. Yang penting saya menulis seperti yang saya mau.” Sindhunata juga mengatakan, “Untuk suatu karya sastra yang baik, jangan-jangan, kata-kata itu pun diberikan. Bukan dari kita. Kata-kata itu pun [adalah] anugerah.” Beliau juga menjawab pertanyaan terkait karya-karya barunya yang belum juga terbit. “[Anugerah] diberi tidak banyak-banyak. Kalau saya jatahnya Anak Bajang [Menggiring Angin], ya saya harus menerima.” ungkapnya.
(PANBMD & YS)

  kembali