Kolom

Mengkaji Fenomena Medis Melalui Pendekatan Linguistik

03-12-2021 19:05:00 WIB 

Bisakah penelitian linguistik mengkaji soal masalah kesehatan? Kalau bisa, seperti apa peran linguistik dalam kajian tentang masalah kesehatan?

Di jurusan Sastra Indonesia, linguistik adalah salah satu bidang ilmu yang wajib dipelajari. Apa itu linguistik? Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau telaah bahasa secara ilmiah. Singkatnya, linguistik adalah ilmu yang berfokus pada bahasa dan penggunaannya sebagai alat komunikasi.

Mempelajari linguistik itu sangat menyenangkan sekaligus bermanfaat. Mengapa? Karena di kehidupan sehari-hari kita pasti tidak akan bisa lepas dari penggunaan bahasa, yang merupakan objek utama linguistik itu sendiri. Bahkan, tidak bisa dimungkiri bahwa seluruh bidang kehidupan kita pasti menggunakan bahasa sebagai perantara komunikasi, baik secara lisan maupun tertulis.

Dengan demikian, mempelajari linguistik hingga ke penerapannya dalam kehidupan sehari-hari tentu tidak akan membosankan. Kita akan selalu menemukan hal baru untuk dieksplorasi. Semua hal yang memiliki kaitan dengan bahasa bisa dijadikan objek penelitian.

Nah, salah satu ide penelitian yang bisa dilakukan adalah mengkaji fenomena medis atau masalah kesehatan. Ya, kajian linguistik ternyata juga bisa diterapkan hingga ke bidang ilmu eksakta ini lho. Supaya tidak bingung, mari kita bahas langsung ke contohnya saja.

Sebelumnya, saya pernah menulis satu liputan yang berjudul “Sastra Indonesia Kuliah Fonologi Bersama Dokter Bedah Plastik”. Kuliah virtual antara mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma angkatan 2021 dengan dr. Robertus Arian Datusanantyo, M.P.H., M.Ked.Klin., SpBP-RE. itu membahas soal “Sumbing dan Gangguan Bicara”.

Bagi yang belum membacanya, mungkin kalian akan bertanya-tanya, “Kok anak sastra kuliah bersama dokter sih?”, “Kok anak sastra diberi bahasan soal sumbing/gangguan bicara?, dan sebagainya.

Memang, secara langsung mahasiswa Sastra Indonesia tidak pernah diberi mata kuliah soal ilmu-ilmu eksakta seperti kedokteran, arsitektur, matematika, dan lain-lain. Namun mereka tetap bisa mengkaji fenomena yang terjadi di luar bidang ilmu yang mereka pelajari.

Saya memberikan contoh dalam kasus penderita bibir sumbing seperti yang sudah disebutkan di atas. Setelah dilakukan penelitian, mayoritas penderita bibir sumbing ternyata mengalami gangguan bicara. Misalnya, lengkungan rahang atas penderita sumbing yang sempit cenderung menyebabkan rongga mulut berjejal dan resonansi yang dihasilkan saat berbicara terdistorsi.

Hal-hal semacam ini sangat dekat dengan salah satu cabang ilmu dalam linguistik yaitu fonologi. Fonologi adalah cabang linguistik yang meneliti bunyi-bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsinya sebagai pembeda makna.

Kelainan berbicara yang dialami penderita bibir sumbing akan sangat mempengaruhi produksi bunyi bahasa (speech sounds) yang mereka hasilkan. Misalnya, bunyi bahasa /l/ dalam kata dari /dari/ dan /t/ dalam kata tari /tari/ merupakan dua bunyi bahasa yang berbeda karena membedakan makna kata dari dan tari. Penderita bibir sumbing kemungkinan besar akan kesulitan mengutarakan dua kata tersebut. Kata yang dihasilkan bisa terdengar sama, kurang jelas, bahkan berbeda dari makna sebenarnya dari kata yang diinginkan.

Model penelitian yang sama juga dapat diaplikasikan untuk masalah kesehatan yang lain, misalnya, bagaimana penguasaan bahasa pada orang bisu dan tuli, permasalahan bahasa yang dialami penderita cadel atau disartria, dan lain-lain. Permasalahan-permasalahan tersebut dapat ditelaah secara mendalam dengan berbagai pendekatan dalam cabang ilmu linguistik.

Misalnya, saat meneliti soal penguasaan bahasa pada orang bisu dan tuli, kalian bisa memakai kombinasi dari cabang ilmu morfologi dan sintaksis. Kemudian, permasalahan bahasa yang dialami penderita cadel atau disartria dapat ditelaah secara fonologis.

Jadi, jangan berpikir jika mempelajari linguistik itu kuno atau sia-sia ya. Ada banyak hal yang bisa kalian temukan serta kembangkan saat menyelami dunia bahasa ini.

Sebagai penutup, saya berikan kutipan dari seorang linguis Inggris di bawah ini:

“Linguistik, seperti setiap cabang ilmu pengetahuan lain, dibangun berdasarkan masa lampau; tidak hanya menantang dan menyangkal ajaran tradisional, tetapi juga mengembangkannya dan merumuskannya kembali” – John Lyons.

Penulis: Reni Nurari | Gambar: Freepik

 kembali