Kolom

Perlintasan Generasi Membawa Sunyi

04-12-2021 04:27:04 WIB 

Kehidupan sosial bermasyarakat selalu dinamis mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Daerah pedalaman Kalimantan Barat tak luput dari perubahan yang terjadi, seperti yang dialami oleh Umet, gadis dari sebuah desa yang beberapa bulan sebelumnya sempat tinggal di kota besar selama sementara waktu untuk bekerja. Pandemi yang tak kunjung reda membuatnya untuk memilih kembali ke desa.

Kisah Umet merupakan bagian dari cerpen berjudul “Karet itu Telah jadi Sawit” karya Jumini. Cerpen karya mahasiswi Program Studi Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma ini ditayangkan pada laman tempusdei.id.

Cerpen ini mengisahkan tentang Umet yang merenungi perubahan-perubahan yang terjadi di desa tempat kelahirannya. Umet memandangi jamban-jamban, tempatnya mencuci pakaian, mulai dari hilir hingga ke hulu sungai. Tak ada lagi kesibukan dan kebisingan yang dilakukan masyarakat desanya tempo dulu di jamban-jamban yang kosong ini. Tidak ada lagi orang yang menyoal tentang ikatan tali perahu. Tidak ada lagi teriakan ibu-ibu saat memperebutkan ikan segar di pagi hari. Bahkan, tidak terdengar lagi keluhan bapak-bapak yang kehilangan pengayuh perahunya karena nakalnya anak-anak di kampung.

Pada saat Umet kecil, pekerjaan pokok masyarakat desanya adalah menoreh getah karet sementara pekerjaan sampingan yang dilakukan ialah mencari rotan, ikan, dan menebas ladang. Dirinya sangat ingat saat dirinya ingin ikut ibunya menoreh getah karet namun akhirnya sang nenek mengajak ke warung demi mengalihkan perhatian Umet.

Setelah beberapa tahun berlalu, kebun-kebun karet ini telah berubah wujud menjadi sawit-sawit dan gedung pabriknya. Umet mengenang masa kecilnya dalam kenangan. Embun pagi yang rutin dirasakannya pada saat kebun karet luas terhampar digantikan oleh kabut-kabut hasil dari pembakaran lahan yang akan ditanami sawit.  

Cerpen Jumini berjudul "Karet itu Telah jadi Sawit" mengisahkan perubahan sosial yang terjadi di perkampungan di Kalimantan. Melalui permenungan tokoh aku, perubahan sosial itu dipotret. Ketenangan dan kedamaian hidup masyarakat pedesaan yang penuh harmoni dengan alam menjadi terusik, ketika perusahaan-perusahaan multinasional memperkenalkan sebuah bisnis yang asing, yakni usaha minyak kelapa sawit.

Ladang-ladang karet para petani kini berubah menjadi perkebunan kelapa sawit. Yang lebih mengenaskan, penduduk desanya kini hanya menjadi kuli di perkebunan milik para pengusaha. Tentu saja bisnis minyak kelapa sawit sangat menguntungkan para pengusahanya.

Inilah sebuah cerpen yang sederhana tetapi lugas mengisahkan tanah kelahiran penulisnya. Penggunaan teknik flashback cukup tepat untuk menggambarkan perubahan sosial yang terjadi.

Penulis: Yoseph Yapi Taum dan Jhon Cipta Levrando

 kembali