USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Sambutan Rektor

oleh: Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. Wisuda Periode I TA 2018/2019, September 2018


Para Orang Tua/Wali, Pengurus Yayasan, Tamu Undangan, Wisudawan, Anggota Senat serta Ketua Program Studi USD yang berbahagia.

Marilah kita mengucap syukur  kepada Tuhan Yang Maha Kasih karena pada hari ini kita dapat merayakan keberhasilan kita bersama menyelesaikan seluruh proses pendidikan mahasiswa sehingga layak memperoleh predikat sebagai seorang sarjana atau sarjana utama.

Kepada Bapak/Ibu Orangtua/Wali, saya ucapkan ikut berbahagia karena perjuangan dan jerih payah Bapak/Ibu telah membuahkan hasil yang membanggakan. Semoga hari ini menjadi awal kebahagiaan dan kebanggaan sebagai orang tua yang menyaksikan putra-putrinya merajut masa depan dengan penuh semangat dan kepercayaan diri.

Setiap kali wisuda selalu ada sesuatu yang baru. Kali ini, wisuda akan menjadi unik karena akan berlangsung sebanyak 4 sesi yakni 2 sesi di hari Jumat dan 2 sesi di hari Sabtu. Bisa kita bayangkan perasaan apa yang muncul dari orang-orang yang harus selalu hadir dalam wisuda ini apalagi harus mendengarkan sambutan saya selama 4 kali. Untuk itu, sambutan saya akan pendek saja dan semoga dengan begitu melegakan semua pihak. Namun demikian, di balik keunikan ini ada sesuatu yang pantas kita syukuri bersama yakni karena jumlah lulusan dan yang diwisuda cukup banyak sehingga tidak mungkin perayaan wisuda dilangsungkan 3 sesi saja, apalagi hanya 2 sesi. Sebagaimana tadi diumumkan, wisuda kali ini diikuti oleh 1174 dari 1383 lulusan. Angka ini bermakna bahwa jumlah lulusan mendekati jumlah mahasiswa baru bila terjadi 2 kali wisuda. Dengan kata lain produktifitas kita menghasilkan lulusan berada dalam arah yang baik dan benar. Meskipun demikian kita tetap harus waspada karena akan terjadi perubahan besar dalam peta kerja di kurun waktu 5 sampai 10 tahun mendatang.

Para hadirin yang saya muliakan,

Selama setahun terakhir kita banyak bergulat dengan salah satu isu yang sangat relevan dengan tantangan dan peluang yang akan dihadapi oleh para wisudawan. Hal itu terkait dengan apa yang disebut dengan Era Revolusi Industri 4.0. Dalam bukunya “The Fourth Industrial Revolution” (2016), Klaus Schwab yang adalah pendiri dan ketua eksekutif World Economic Forum menyatakan bahwa saat ini kita sedang memasuki era tatanan masyarakat baru. Dalam era yang ia sebut sebagai Era Revolusi Industri Keempat tersebut akan terjadi perubahan mendasar dalam cara kita hidup, bekerja, dan berelasi. Perubahan mendasar tersebut dapat kita bayangkan terjadi dengan memperhatikan beberapa realitas terkini misalnya bahwa jutaan orang lintas identitas, ruang, dan waktu telah terhubung dengan gajet cerdas nan murah. Informasi dan pengetahuan tersedia dengan melimpah dan murah untuk hampir semua cabang ilmu pengetahuan dan persoalan kehidupan. Mulai hadirnya berbagai bentuk teknologi menakjubkan seperti robot cerdas, printer 3 dimensi, Global Positioning System (GPS), artificial intelligence, internet of things/everything (IoT), teknologi nano, serta rekayasa genetika.

Lahirnya era revolusi industri keempat bukan hanya menyangkut persoalan lahirnya teknologi cerdas yang akan menggusur banyak profesi serta semakin luas dan masifnya keterhubungan antar manusia, antar mesin, serta antara manusia dan mesin tetapi juga menyangkut persoalan-persoalan lain nan pelik lagi mendasar. Hal ini mencakup misalnya penataan ulang gen kehidupan, penciptaan material baru memakai teknologi nano, serta pengembangan komputer memakai teknologi kuantum. Akibat dari pengembangan teknologi tersebut menjadi tak terbayangkan karena manfaat dan resikonya sama besar.

Salah satu pertanyaan mendasar yang wajib alumni jawab adalah apakah revolusi industri keempat ini akan lebih banyak menciptakan peluang ataukah justru memberikan banyak ancaman terutama dari sisi ketersediaan lapangan pekerjaan. Sementara itu, jumlah penduduk bumi terus bertambah dan sejalan dengan itu persoalan-persoalan mendasar kemanusiaan  juga terus bertambah seperti kelaparan, pengungsi, kesehatan, pendidikan, dan kerusakan lingkungan. Dengan kata lain, apakah arah peradaban umat manusia yang menuju era industri keempat akan melahirkan sistem ekonomi yang berkelanjutan ataukah justru mempercepat kehancuran peradaban karena lahirnya ketimpangan yang semakin akut ?

Di tengah arus perubahan yang cepat serta ketidakpastian yang tinggi tersebut, para wisudawan tidak punya banyak pilihan kecuali menghadapinya dengan penuh semangat dan kepercayaan diri. Sikap terbaik yang dapat diambil para wisudawan adalah bersedia untuk terbuka terhadap perubahan dan siap untuk terus belajar. Meskipun Era Revolusi Indistri 4.0 mungkin akan menghilangkan banyak jenis pekerjaan lama tetapi saya yakin ia juga akan menciptakan banyak jenis pekerjaan baru. Namun, karena hal ini baru maka peluang tersebut hanya mungkin ditangkap lewat kesediaan untuk terus belajar.

Visi kita yang berbunyi ‘Menjadi penggali kebenaran yang unggul dan humanis demi semakin meningkatnya masyarakat’ harus kita makni sebagai sebuah panggilan jaman untuk wisudawan dan alumni. Menghidupi cita-cita sebagai penggali kebenaran haruslah berangkat dari gairah untuk mencintai kebenaran sebagaimana menjadi salah satu nilai dasar kita. Meskipun kedatangan era revolusi industri 4.0 akan memberikan banyak ketidakpastian tetapi semangat mencintai kebenaran akan membantu kita semua untuk menghadapinya dengan penuh optimisme. Hal tersebut mungkin kalau kita sungguh bergairah untuk terus menggali kebenaran dengan penuh keterbukaan. Sebagaimana telah ditunjukkan di era revolusi industri 3. 0 dengan puncaknya internet yang mengubah banyak segi kehidupan kita dan menciptakan beribu peluang dan kemungkinan baru, demikian pula halnya nanti dalam era revolusi 4.0. Keyakinan kita bahwa setiap persoalan yang kita juga berarti tersedianya banyak peluang menjadi sikap dasar awal yang baik untuk sungguh mencintai kebenaran.

Untuk itu kami sangat berharap, para wisudawan yang telah berhasil digembleng menjadi pribadi yang Cerdas dan Humanis tidak takut dan merasa rendah diri memasuki era yang baru ini. Sekarang para wisudawan sudah tidak punya alasan lagi untuk bisa mandiri dan percaya diri. Kami yakin bahwa kemandirian dalam belajar akan menjadi kunci utama keberhasilan para wisudan berkiprah di era yang penuh tantangan ini. Selamat menjadi bagian dari perubahan sosial di masa mendatang dan semoga Tuhan melimpahi Anda semua dengan hati yang berkobar untuk terus belajar.

Terimakasih.

  kembali