USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

USD dan Elisabeth University of Music Gelar Konser Kolaborasi untuk Kemanusiaan dan Keberlanjutan

diupdate: 2 bulan yang lalu

x

USD - Jumat, 23 Februari 2024, Universitas Sanata Dharma (USD) dan Elisabeth University of Music (EUM) Japan mengadakan konser kolaborasi yang bertajuk ‘
Memories of Our Fantasy: A Collaboration Concert’. Konser yang dilaksanakan di Auditorium Driyarkara USD pada jam 19.00 WIB tersebut dihadiri beberapa tamu penting diantaranya Provinsial Serikat Jesus di Indonesia, Ketua Yayasan Sanata Dharma, Rektor Universitas Sanata Dharma, serta para piminan perguruan tinggi sahabat.

Konser kolaboratif antara kedua universitas jesuit ini membawakan lagu-lagu tema anime, yang mengajak para penonton untuk bernostalgia dengan masa kecil. Selain itu, konser kolaboratif tersebut merupakan sebuah kegiatan penggalangan dana untuk membantu mahasiswa yang membutuhkan bantuan biaya pendidikan dan biaya hidup. Dana yang terkumpul diserahkan Lembaga Kesejahteraan Mahasiswa (LKM) USD.

Pada sambutan Albertus Bagus Laksana, S.J. S.S., Ph.D. (Romo Bagus), beliau menyampaikan bahwa konser ini merayakan hubungan kerjasama USD, khususnya dengan Elisabeth University of Music. Romo Bagus menuturkan bahwa kolaborasi antarbangsa seperti ini mampu mendatangkan efek yang baik untuk kemanusiaan secara global yang seringkali ditempa masalah.

x

“Malam ini merupakan perayaan hubungan dan kolaborasi USD, khususnya dengan Elisabeth University of Music. Ini bukan pertama kalinya mereka datang, dan USD sambut dengan baik karena USD percaya bahwa kolaborasi antarbangsa akan punya efek baik untuk kemanusiaan global yang seringkali diterpa persoalan, perpecahan, dan ketidakmampuan untuk berkomunikasi,” ucap Romo Bagus.

Professor Yuji Kawano selaku Rektor EUM mengungkapkan lewat suratnya yang dibacakan oleh Romo Bagus bahwa konser selama dua hari yang diadakan di USD dan Kolese Kanisius Jakarta merupakan aksi nyata dari Laudato Si yang dicanangkan oleh Paus Fransiskus dan Sustainable Development Goals (SDGs) yang direncanakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mana semua universitas Serikat Jesus (SJ) diminta mengimplementasikan.

“Ini merupakan kali pertama mahasiswa kami mendatangi Indonesia, didampingi staf pengajar musik vokal, yaitu Profesor Yoshiko Kobayashi. Mereka punya pengetahuan tentang musik Eropa karena itu yang mereka pelajari. Kami berharap untuk memperluas pengetahuan di bidang seni dan budaya Indonesia melalui konser ini,” tambah Profesor Yuji Kawano.

Pater Fransiskus Purhastanto, S.J., jesuit yang mendampingi tim EUM, mengatakan bahwa konser kolaborasi ini merupakan salah satu rangkaian pesta konser perayaan 75 tahun berdirinya EUM dan merupakan salah satu puncak berdirinya universitas mereka. Senada dengan yang disampaikan oleh Romo Bagus sebelumnya, ia menjelaskan bahwa konser kolaborasi ini memiliki tujuan berupa partisipasi dalam program pembangunan berkelanjutan (SDGs) dari PBB, khususnya pengentasan kemiskinan, kualitas pendidikan, dan kemitraan.

x

“Semoga konser kemitraan ini membuat kita tidak hanya saling bekerja sama dan belajar, tetapi juga berpartisipasi dan berkomitmen secara aktif pada program SDGs dari PBB yang dimulai pada tahun 2015 dan akan berakhir di 2030. Semoga yang mereka persiapkan bisa membuahkan hasil maksimal dan hadirin bisa menikmati,” tuturnya.

Sementara itu, mahasiswa Sastra Inggris yang menjadi 
creative director pada konser ini, Bernadetha Michiyo (Chiyo) merasa bersemangat dan bangga tetapi juga gugup karena bisa mengadakan kerjasama dengan Elisabeth University of Music. Ia juga bersyukur karena mendapat pengalaman baru.

“Tentunya excited dan bangga, tetapi juga deg-degan karena harus menggabungkan dua negara di satu event yang sama, dan hanya diberi waktu untuk latihan bersama satu hari sebelum acara diselenggarakan. Overall, aku sangat bersyukur karena menjadi pengalaman baru untuk aku dan teman-teman kru yang lain,” tutur Chiyo.

Chiyo menyampaikan bahwa persiapan untuk konser ini memakan waktu dua bulan dari awal pembentukan konsep, dan proses latihan para talent dari USD dan Elisabeth University of Music memakan waktu sekitar satu bulan. Dalam waktu yang singkat tersebut, Chiyo mengungkapkan bahwa menggabungkan talent dari dua universitas yang terpaut jarak dan waktu merupakan hal unik tersendiri dari tanggung jawab yang ia emban.

“Kalau pada ranah pekerjaan yang jadi tanggung jawabku, hal uniknya, ya, harus menggabungkan para talent mulai dari PSM Cantus Firmus, musisi, singer dari USD, dan juga talent dari Jepang dalam waktu yang sangat singkat singkat. Yang membuat proses ini seru juga karena latihan mandiri tiap talent sejak Januari hanya sekadar bertukar informasi dan video, membuat kami tim yang mengeksekusi stage harus kerja keras mencari cara untuk bisa menggabungkan itu semua di H-1 acara,” tutur Chiyo.

x

Melalui kolaborasi antara USD dan EUM, Chiyo berharap agar semakin banyak kerjasama demi kemanusiaan dan kreativitas di masa depan bagi banyak orang dan driyarkara muda.

“Semoga semakin banyak hubungan baik yang terjalin atas dasar kemanusiaan dan kreativitas anak muda, sehingga bisa menjadi peluang dan tempat berproses bagi banyak orang serta teman-teman driyarkara muda yang terlibat di dalamnya,” ucap Chiyo.


(CJM/DKS/YK/KSM-Humas)

  kembali