USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

"Seasons of Love", Persembahan Cemerlang Mahasiswa Penutup Akhir Semester

diupdate: 5 tahun yang lalu



Universitas Sanata Dharma (USD) memasuki jeda perkuliahan semester genap tahun akademik 2018/2019 ke semester gasal tahun akademik 2019/2020. Masa semester genap ditutup dengan pertunjukan drama musikal mengagumkan yang dipersembahkan oleh mahasiswa dari program studi Sastra Inggris, Fakultas Sastra USD, pada hari Sabtu (22/6). Drama musikal yang bertajuk ‘Seasons of Love’ ini merupakan hasil adaptasi dari sebuah film berjudul ‘Rent’ yang ditulis oleh Jonathan Larson pada tahun 90-an. Pertunjukan yang berlangsung selama dua jam dengan bangga dipentaskan di Auditorium Driyakarya USD. Drama ini mengisahkan tentang sekelompok anak muda yang sedang berjuang untuk mengatasi permasalah yang mereka hadapi, mulai dari mencari cara agar tetap mampu membayar uang sewa tempat tinggal mereka, berjuang melawan penyakit yang diderita, berusaha mewujudkan mimpi mereka, hingga permasalahan persahabatan dan cinta.

Program Studi Sastra Inggris USD sudah memulai pentas drama musikal sejak tahun 2008 yang kemudian menjadi agenda tahunan bagi mahasiswa Sastra Inggris. Drama musikal yang disutradari oleh dua sutradara, yakni Theresia Tyas Thea dan Nayeggita Falindao keduanya merupakan mahasiswa Sastra Inggris, tahun ini melibatkan mahasiswa sebanyak 106 orang untuk panitia dan 25 orang untuk pemain, seluruhnya adalah mahasiswa dari Pogram Studi Sastra Inggris. Demi menghasilkan sebuah karya yang penuh dengan kesan bagi seluruh penonton, para pemain hingga panitia dari pertunjukan musikal ini rela mempersiapkan segala hal secara teliti selama sembilan bulan, terhitung sejak bulan Oktober 2018. Panitia drama musikal ini dibagi ke dalam dua tim, yaitu produksi dan artistik. Tim produksi menangani hal-hal yang berkaitan dengan hal teknis seperti tiket, publikasi, dokumentasi, perlengkapan, usaha dana, dan konsumsi. Sedangkan tim artistik mengelola hal-hal yang berkaitan langsung dengan pertunjukan seperti setting, wardrobe, hair-do, make up, sound and lighting, music producing,dan properti panggung.

Agar dapat tampil dengan memukau, persiapan yang dilakukan oleh para pemain meliputi persiapan fisik, vokal, dan persiapan khusus demi mendalami karakter yang mereka perankan. Tentu saja, seluruh individu yang terlibat tidak akan mengecewakan 700 orang penonton yang datang untuk menyaksikan mereka. Salah seorang mahasiswa bernama Alexander Yoga Yudhistira yang memerankan karakter bernama Tom Collins menyebutkan bahwa pementasan ini menjadi kesempatan baginya untuk mewadahi ketertarikannya pada dunia musikal. Yoga, begitu panggilan akrabnya bahkan mengatakan bahwa untuk dapat memerankan karakter yang dia peroleh secara sempurna ia perlu mengubah beberapa kebiasaannya, mengingat karakter yang ia mainkan berbanding jauh dengan dirinya. Ia juga merasa bahwa pertunjukan ini memiliki banyak nilai positif di dalamnya yang sesuai dengan karakter USD.

“Menurut saya dari play ini kita bisa mengambil nilai, yaitu menjunjung tinggi martabat manusia di mana semua orang tetap adalah seorang manusia yang patut untuk dihargai dan diperlakukan seperti manusia sebagaimana mestinya.” ujar Yoga. “Saya harap setelah memainkan drama ini, saya sendiri dapat merubah pandangan saya terhadap orang-orang yang tersingkir atau pun sedang mengalami kesulitan di luar sana. Kemudian untuk para penonton, saya harap kiranya nilai dari play ini bisa menjadi gambaran atau contoh bahwa di luar sana masih banyak orang yang kurang beruntung dan kita tidak sepatutnya menjauhkan (diri) dari mereka atau bahkan mencaci maki mereka.” lanjutnya.

Pertunjukan diawali dengan sambutan dari Pimpinan Produksi, seorang mahasiswi Sastra Inggris, Irene Putri Larasemi. Irene memulai sambutannya dengan mengutip sebuah kalimat dari Jonathan Larson, sang penulis naskah dari drama ini, yang berbunyi “It’s not how many years you live, but how you fulfil the time you spend here.” Sebuah kalimat pembuka yang rasanya cukup untuk menggambarkan nilai positif yang ingin dibagikan kepada siapa saja yang datang dan menonton pertunjukan ini. “In life, you don’t measure your lifespan, but the things you gain during your life. Experience, knowledge, process, emotion, love, friendship, family, what you count in life should be things that are meaningful. ‘Seasons of Love’, this big project gives us so many things. It taught us how to process to be a better person, to solve conflicts, to appreciate others, to be humble, to put your ego away, to be as one as what we called a team”. (Janganlah mengukur seberapa lama kamu hidup di dunia ini, tapi hitunglah apa saja yang kamu dapatkan selama hidupmu. Pengalaman, pengetahuan, proses, amarah, cinta, persahabatan, keluarga adalah hal yang harusnya menjadi berharga dalam hidupmu. ‘Seasons of Love’, dapat memberikan banyak hal pada kita. Kita bisa belajar bagaimana berproses menjadi orang yang lebih baik, bagaimana menyelesaikan masalah, bagaimana kita menghargai orang lain, rendah hati, membuang ego, untuk dapat menjadi satu sebagai tim).

Setelah sambutan, pertunjukan yang ditunggu-tunggu pun dimulai. Tirai panggung terbuka dengan delapan pemeran utama berdiri berjarak sambil menyanyikan lagu ‘Seasons of Love’ dengan sangat indah.

(GFAN & GN)

  kembali