USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

San Fransisco Usmini, Mahasiswa Teologi USD:
“Ada Kasih yang Luar Biasa di Lapas”

diupdate: 5 tahun yang lalu



San Fransisco Usmini adalah mahasiswa Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma (USD) yang menjadi Koordinator Paguyuban Pendamping Narapidana Kristiani Yogyakarta (PPNKY) dan dimoderatori oleh Romo Yohanes Andrianto, SJ dosen Pendidikan Agama Katolik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan USD. San Fransisco Usmini mengkoordinir PPNKY yang didominasi oleh mahasiswa USD. Setiap Sabtu, mereka dibagi menjadi tiga kelompok secara bergantian mendampingi di tiga tempat, yaitu Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Yogyakarta, Wirogunan; Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakata, Pakem; dan Rumah Tahanan (Rutan) Kelas IIB Bantul.

Mahasiswa Teologi USD yang sering disapa “San” ini juga merupakan frater Keuskupan Agung Makassar. Terinspirasi oleh kata-kata Yesus, “Ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku” (Mat 25:35-36). Sebagai frater yang sedang mempersiapkan diri untuk memasuki Tahun Orientasi Pastoral, San terbayang akan pesan yang terakhir itu. “Kalau memberi makan, memberi minum, memberi tumpangan, memberi pakaian, dan menjenguk orang sakit sudah tidak asing lagi. Tetapi, kecenderungan kita kalau mendengar kata ‘penjara’, sudah ada konotasi kejahatan, sudah ada perasaan takut, sudah ada perasaan untuk menolak ke sana.” kata San. “Saya harus mengunjungi Yesus di dalam diri warga binaan.” tambah San.

San tidak menampik kemanusiaannya. Ia merasakan ketakutan pada awal kunjungannya. “Awalnya, ada juga ketakutan dalam diri saya.” ungkap San. Namun, ketakutannya berubah ketika sudah berdinamika dengan warga binaan di Lapas dan di Rutan. “Tidak seperti apa yang saya pikirkan sebelumnya. Mereka ternyata masih mampu bersukacita, masih mampu bercanda-gurau, masih mampu bergembira. Misalnya, dengan games dan bersharing pengalaman. Ternyata, mereka seperti kita ini. Biasa-biasa saja.” ungkap San.

PPNKY yang dikoordinir oleh San adalah paguyuban yang berdasarkan semangat keagamaan. Pendampingan yang dilakukan pun didasarkan oleh pengalaman religius. “Di dalam dinamika bersama dengan mereka, kami melihat pengalaman hidup dalam terang Kitab Suci lalu mensharingkannya.” kata San. Namun, dinamika dalam pendampingan itu sampai pada perjumpaan dengan nilai moral dan kemanusiaan yang berlaku luas dan universal. “Mereka mensharingkan mengapa mereka bisa masuk ke dalam Lapas. Mereka juga sharing apa yang mereka rasakan di dalam Lapas, dan apakah ada perubahan dalam diri mereka untuk menjadi warga negara dan manusia yang lebih baik.” kata San. “Ada kasih yang luar biasa di Lapas. Saya menemukan kasih. Mereka bukan sekedar mengasihi saya sebagai tamu yang datang. Tetapi, mereka membangun kasih persaudaraan di antara mereka. Saya menemukannya.” tambah San untuk menjelaskan bahwa membangun kasih persaudaraan adalah nilai kemanusiaan yang ingin mereka capai.

Mendengar bahwa Romo Yohanes Andrianto, SJ bersama dengan Romo Nikolas Kristiyanto, SJ (dosen Fakultas Teologi USD) berencana mengajak mahasiswa USD untuk melakukan pendampingan setiap Kamis, San pun mengajak mereka dan meyakinkan mereka untuk tidak takut terhadap pra-duga tentang warga binaan dengan melihat sisi kasih persaudaraan yang dibangun dan pelajaran hidup yang dapat diterima. “Cobalah! Mari rasakan sendiri kasih persaudaraan di antara mereka.” kata San. “Kerinduan mereka pada keluarga dapat menjadi kekuatan bagi kita sebagai kaum muda, khususnya sebagai mahasiswa. Kita diingatkan untuk berjuang demi hidup yang lebih baik.” tutup San.

(AHK & YS)

  kembali