USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Herman Yosef Cahyono: Berkarya dalam Kebhinnekaan

diupdate: 5 tahun yang lalu



Mengenali diri sendiri merupakan tahap awal untuk menjadi pribadi yang lebih terbuka. Sebab, dengan mengenal diri sendiri kita akan paham mengenai kekurangan dan potensi yang dimiliki. Selanjutnya, kita akan mampu melihat seberapa jauh kapasitas diri untuk mewujudkan mimpi-mimpi kita. Menjadi pribadi yang mengenal diri sendiri berarti telah berada pada tahap penerimaan “siapa aku”. Hal ini akan membawa kita pada kesediaan untuk belajar, berani mencoba banyak hal baru, dan aktif dalam setiap kesempatan untuk semakin berkembang.

Muda, aktif, dan berprestasi adalah sebutan yang tepat untuk Herman Yosef Cahyono (22). Pemuda berdarah Tionghoa ini sangat aktif baik di dalam kegiatan kampus maupun luar kampus. Herman, sapaan akrabnya, adalah seorang mahasiswa Program Studi (Prodi) Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Univeristas Sanata Dharma (USD) angkatan 2014. Selama mengenyam pendidikan di USD, Herman aktif berkegiatan, mulai dari kepanitiaan di tingkat prodi hingga tingkat universitas. Pencapaian tertinggi di kampus yang pernah dicapainya yaitu menjadi Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas (BEMU) Sanata Dharma periode 2017/2018.

“Saya mengikuti beberapa kegiatan di kampus. Tentunya, dari kegiatan-kegiatan itu ada macam-macam peran yang saya jalani. Saya awalnya pernah menjadi ketua acara di tingkat prodi PBI. Selain itu saya juga pernah menjabat menjadi Wakil Ketua Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Cantus Firmus. Hingga akhirnya saya diberi kepercayaan untuk menjadi Presiden BEMU. Itu semua membuat saya menjadi semakin terbuka akan makna sebuah organisasi yang mampu membawa perubahan baik bagi orang-orang di sekitar.” jelas Herman.

“Saya sangat mengidolakan Santo Ignatius Loyola. Saya kagum pada pemikirannya yang sangat terbuka. Santo Ignatius Loyola selalu membawa semangat Cura Personalis yang dinyatakan dalam tindakan personal care. Dari semangatnya inilah, saya belajar bagaimana menjadi pemimpin yang baik, yang tidak hanya mampu melakukan koordinasi dengan anggota namun juga memahami setiap permasalahan dengan seksama.” tambahnya, Senin (11/3/2019). Eksistensi keberagaman yang ditemui di USD membuatnya terus menjunjung nilai kebhinnekaan. Hingga pada suatu pertemuan dengan Sujiwo Tedjo secara pribadi semakin membuatnya mengerti arti kebhinnekaan itu. Herman menjadi sadar bahwa sebelum kita melakukan sesuatu, kita harus mampu menerima keadaan dan dari mana asal kita sesungguhnya. Sujiwo Tedjo berpesan kepada Herman bahwa seseorang akan mampu sampai pada tujuan akhir jika dia tahu dari mana asalnya. Hal ini tidak lagi membuatnya rendah diri dengan etnis yang disandangnya, justru dia semakin ingin menunjukan kepada semua orang bahwa dengan perbedaan inilah Indonesia menjadi lebih indah.

Selain itu, Herman juga memiliki prinsip hidup yang membuatnya menjadi orang yang sangat terbuka, “Fortiter in re, suaviter in modo“Saya mendapat quote itu dari Romo Robertus In Nugroho, S.J., S.S., B.S.T., M.Hum., M.P.P., yang akrab disapa Romo In, salah satu idola saya. Dari quote itu, beliau mau menyatakan bahwa kita boleh memiliki pemikiran tegas tapi harus fleksibel dalam bertindak, karena segala sesuatu bisa saja terjadi dan kita harus luwes dalam menanggapi sesuatu, menyesuaikan dengan konteks permasalahannya. Dengan begitu, kita akan lebih mudah mencari jalan keluar.” ujar pemuda yang pernah menjadi model majalah anak muda itu.


Aktif berkegiatan di kampus tak menyurutkannya untuk menorehkan prestasi. Bersama PSM Cantus Firmus, Herman membawa dua medali emas dalam Pesparawi Mahasiswa Nasional Medan 2016. Atas pencapaiannya itu, dia diberi penghargaan sebagai Mahasiswa Berprestasi (Mawapres) di tingkat universitas pada tahun 2016. Tak hanya itu, Herman juga melangkah untuk mencoba hal baru. Dia tidak segan mengembangkan kemampuannya hanya di tingkat universitas, pada Februari 2018 lalu ia berhasil menyabet gelar Koko dalam ajang pencarian Koko Cici tingkat provinsi mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta. Atas prestasinya dalam ajang Koko Cici ini, Herman kembali mendapat penghargaan sebagai Mawapres tahun 2018 untuk kategori Rekognisi.

Sebagai salah satu public figure di masyarakat, Herman memiliki banyak kesempatan untuk menjadi Master of Ceremony (MC) di berbagai acara bahkan dipercaya menjadi narasumber mengenai topik kepemimpinan dan public speaking. Saat ini, dia sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti pemilihan Koko Cici Nasional pada tahun 2020 mendatang. “Tidak ada target khusus, yang pasti saya akan berusaha memberikan yang terbaik untuk Yogyakarta.” tuturnya menjelaskan kesibukannya. Meskipun banyak agenda, Herman selalu berusaha mengatur waktu dengan baik. Hal ini sudah menjadi hal wajib supaya hari-harinya dapat berjalan dengan teratur dan terstruktur dengan baik.

Sebagai anak muda yang dilingkupi oleh keragaman suku, agama, ras, budaya, dan pengetahuan, Herman ingin terus berkarya dengan menyuarakan bahwa kebhinnekaan Indonesia tidak hanya sebatas semboyan atau pun ideologi bangsa Indonesia, namun sebagai sebuah nilai yang harus dihidupi dan dinyatakan dalam setiap tindakan. “Perbedaan itu wajar. Kadang juga menimbulkan masalah. Ketika ada masalah jangan hanya diam. Dengan begitu kita akan menjadi bagian dari masalah itu. Tapi, ketika ada masalah, berusalah untuk bertindak, dan menjadi bagian dari sebuah solusi.” pesannya untuk anak-anak muda.

(SW &VYA)

  kembali