Berita

LATIHAN BERKOMUNIKASI: Pelatihan Public Speaking untuk Kubina Sarasvita

30 Januari 2024

Setiap awal tahun para aspiran dan postulan atau para calon religius muda dari aneka kongregasi yang tergabung dalam KUBINA (Kursus Bina Awal) mengikuti pelatihan Public Speaking. Kali ini, peltihan tersebut berlangsung pada 22-26 Januari 2024  di Sarasvita, Soropadan, Yogyakarta. Pesertanya berjumlah 105 orang, calon frater-bruder-suster dari 18  kongregasi (ADM, CB, SX, SDP, FIC, OP, MTB, FICP, PBHK, MASF, PPYK, BM, CSA, AK, PMY, MSC, SJD dan OSU). Karena sedang punya kegiatan khusus OFM tidak mengirimkan peserta. Tutor pengampu pelatihan ini adalah Tim dari SAV-USD yang terdiri dari Rm. Yoseph Ispuroyanto SJ (Rm. Iswarahadi), Bp. Emmanuel Cahyo Kristianto  (Mas Noel Kefas), dan Sr. Christine CB (Dewi Kartika Aritonang, mahasiswi Pendikkat-USD).

 
 
Peserta Public Speaking
 

Tujuan dari pelatihan ini adalah meningkatkan kepercayaan diri, kemampuan mengekspresikan diri dan kemampuan berbicara di depan umum. Kemampuan Public Speaking mesti dibina sejak muda, sehingga hari demi hari mereka semakin siap diutus untuk mewartakan iman dan menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi umat yang dipercayakan kepada mereka. “Setiap bangsa butuh pemimpin, setiap organisasi butuh pemimpin, juga setiap jiwa butuh pemimpin. Bagaimana orang bisa memimpin hal yang lebih tinggi jika ia tidak bisa memimpin dirinya sendiri dalam berkomunikasi? Dengan menumbuhkan rasa percaya diri, Anda siap menerima hal yang lebih besar.” (Masyarakat Berkomunikasi, 2008:211).

 
   
          
Pemaparan materi oleh Rm. Iswara,  Mas Noel dan Sr. Christine

 
Selama proses pelatihan, para tutor pendamping secara garis besar memberikan teori dan prinsip-prinsip dasar berbicara di depan umum. Kemudian sebagian besar waktu dipakai untuk praktik. Setiap peserta diberi tugas untuk tampil dan setiap peserta mendapat evaluasi dari tutor. Semua persiapan dilakukan di biara masing-masing. Mengingat jumlahnya cukup besar, para peserta dikelompokkan dalam tiga kelas, yaitu Kelas A , Kelas B, dan Kelas C yang masing-masing didampingi oleh seorang tutor/fasilitator secara penuh. Pada hari pertama, mereka mendapat tugas mengekspresikan diri bertitik tolak dari bahasa foto. Ada ratusan foto yang digelar di lantai dan setiap peserta wajib memilih satu foto/gambar yang paling menarik dan berkaitan dengan pengalaman hidupnya. Lalu para peserta bergabung di kelasnya masing-masing. Satu per satu diberi kesempatan untuk mengekspresikan diri dan mendapat komentar dari tutor pendamping. Penampilan pertama ini sungguh menentukan. Kepercayaan diri semakin tumbuh dan menjadi bekal untuk tugas berikutnya.


 

          
Ekspresi diri lewat bahasa foto

 
Pada hari kedua, para peserta diberi tugas untuk menyiapkan materi pidato dan berpraktik satu per satu dengan mendapat masukan atau evaluasi dari tutor. Ada 4 tema besar yang bisa dipilih dan diolah, yaitu kaum religius dan pendidikan iman, kaum religius dan orang miskin,  kaum religius dan orang muda, serta kaum religius dan lingkungan hidup. Pada hari ketiga, setelah diberi pengantar dan contoh oleh tutor, para peserta menulis puisi dan masing-masing mengekspresikannya di depan umum. Saat melakukan tugas puisi, para peserta sudah semakin percaya diri dan mereka sangat kreatif dalam menulis puisi dan saat mengekspresikannya. Mereka semakin terbebas dari belenggu ketakutan dan ketidakpercayaan diri. Pada hari keempat, para peserta mendapat tugas yang lebih sulit, yaitu menyiapkan dan memberikan homili berdasarkan kalender liturgi tanggal 25, 26 dan 27 Januari 2024. Ini adalah tugas yang menakutkan, sekaligus tugas yang memberi pengalaman indah bagi mereka. Pada umumnya para peserta baru pertama kali mendapat tugas berkotbah. Itulah empat tugas sebagai inti dari pelatihan.

 
    
          
Praktik puisi, pidato, dan homili

  
Pada hari kelima, para peserta mendapat tugas tambahan, yaitu merangkum seluruh pengalaman selama pelatihan dengan menyiapkan sebuah pertunjukan yang dibungkus secara artistik. Tugas dilaksanakan dalam kelompok-kelompok kecil sesuai dengan biara masing-masing. Ada 14 macam pementasan dalam aneka bentuknya (puisi dan lagu, drama, pantun, tarian, dll.). Durasi setiap pementasan dibatasi sampai 5 menit. Dari pementasan itu terlihat kegembiraan mereka, dan terdengar kesaksian mereka tentang manfaat pelatihan public speaking ini. Pementasan berlangsung dengan sangat meriah,  penuh sorak sorai dan tepuk tangan.

 
      
Ungkapan kegembiraan pada akhir pelatihan

 
Para peserta semakin percaya diri dan mampu berbicara dengan lancar di depan umum. Menurut istilah Br. Sirilus BM (Koordinator KUBINA),  selama 5 hari telah terjadi mukjijat di Sarasvita. Dengan melaksanakan tugas yang diberikan dan dengan pendampingan yang penuh kesabaran oleh para tutor, para peserta mengalami apa yang menjadi tujuan pelatihan ini. Kepercayaan diri, keberanian berekspresi dan ketrampilan berbicara di depan umum ini merupakan bekal penting bagi para religius dalam perkembangan panggilan selanjutnya. Pada saat penutupan pelatihan, Rm. Iswarahadi menyampaikan refleksinya, yaitu bahwa melalui Pelatihan Public Speaking ini  para peserta mengalami Kerajaan Allah: orang buta bisa melihat, orang lumpuh bisa berjalan, orang tuli bisa mendengar, orang ragu-ragu menjadi percaya diri, dan orang yang gagap dapat berkata-kata dengan baik. (Peliput: Ispuroyanto Iswarahadi SJ). 

 

 

 
***

 

 

Kembali