Magister Filsafat Keilahian (S2)

Deskripsi Setiap Mata Kuliah

1. Mata Kuliah Wajib Umum

Mata kuliah wajib ini dimaksudkan untuk mengembangkan prinsip-prinsip atas sistem pemikiran atau penataan gagasan tentang bagaimana riset atau penelitian akan dilakukan melalui analisis serta sintesis yang didasarkan pada logika tertentu. Cakupannya tidak sekadar sebagai suatu teknik atau sistem operasional tetapi lebih pertanggungjawaban dan implikasi-implikasi yang menyertai, termasuk juga cara bagaimana penelitian ditempuh. Bebera- pa kajiannya meliputi: objek material dan objek formal, penelitian kuantitatif dan peneilitian kualitatif, pendekatan induktif dan deduktif, riset lapangan dan riset kepustakaan, dll. Fungsinya adalah untuk membekali dalam penulisan tesis

Orang berpikir melalui tanda. Pemikiran itu adalah tanda. Semua tindak bahasa (speech­act) merupakan penyampaian pesan melalui tanda baha- sa: ‘bahasa’ kial (gesture), sikap, pakaian, gaya rambut, parfum, aksen, atau konteks sosial merupakan tanda. Semiotika adalah bentuk pemahaman atas makna fenomena budaya sebagai tanda (baik representatif maupun interpre- tatif) atau studi tentang proses pembuahan makna. Tujuan utama semiotika ialah pencarian makna karena tanda dianggap mewakili sesuatu entah kon- kret atau abstrak dalam kognisi. Teologi dan praktik hidup beriman sangat kaya diwarnai beragam tanda, bahkan Kristianisme mengadopsi tanda se- bagai pilar utama penghayatan iman melalui tujuh sakramen. Terlebih lagi komunikasi selalu membutuhkan proses pemaknaan (signification) dengan memakai kode tertentu. Penyampaian pesan bisa saja melalui ‘indication’ atau ‘signification’. Hanya saja ‘indication’ tidak perlu kode, tapi cukup dengan tan- da. Memang komunikasi bisa berbentuk ‘indication’ atau ‘signification’, na- mun proses pemaknaan (signification) sarat dengan makna.

Iman akan Allah merupakan dasar pengharapan eskatologis bagi manusia dalam keadaan ambang batas kehidupan. Kuliah ini mau mengembangkan proses refleksi teologis-pastoral berpangkal dari participant observation da- lam situasi ambang batas kehidupan.

Model-model hermeneutik yang dapat digunakan untuk memahami suatu teks ataupun suatu realitas. Dicari pendekatan hermeneutik yang cocok bagi teks-teks suci maupun tradisi-tradisi kehidupan religius.

Mata kuliah ini merupakan program kerja sama Program Magister dengan MPK Universitas Sanata Dharma yang sedang mengembangkan bentuk mile- nial pengajaran mata kuliah Pendidikan Agama. Praktik Diseminasi Teo- logi dijalankan mahasiswa dengan menjadi mitra/asisten dosen mata kuliah Pendidikan Agama. Secara garis besar tugas asisten dosen adalah memban- tu dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama sesuai dengan struktur program, jadwal dan rincian tugas yang telah dipersiapkan oleh Tim. Ada- pun beban kehadiran asisten dosen adalah sebanyak 5 kali pertemuan di ke- las besar dan 4 kali pertemuan di kelas kecil (Selasa, pk. 16.00 – 18.00) selama 1 semester.

Seminar proposal tesis adalah ujian terbuka untuk memaparkan proposal penelitian tesis di depan komite seminar (tim penguji) dengan tujuan untuk menilai kelayakan penelitian dan kemampuan atau penguasaan mahasiswa dalam melaksanakan penelitian sesuai bidang kajian/topik yang telah dipilih.

Kuliah-kuliah wajib non sks ini dirancang untuk mengawal penulisan tesis bagi mahasiswa sedemikian rupa sehingga penulisan tesis dapat diselesaikan kurang lebih selama 1 tahun. Mahasiswa akan bertemu dengan pembimbing I, secara formal 3 kali setiap semester selama kurang lebih 90 menit. Pada pertemuan tersebut, masing-masing mahasiwa yang sedang menulis tesis akan menyerahkan hasil kerjanya secara bertahap. Dosen pembimbing I akan memberikan tanggapan.

Kuliah-kuliah wajib non sks ini dirancang untuk mengawal penulisan tesis bagi mahasiswa sedemikian rupa sehingga penulisan tesis dapat diselesaikan kurang lebih selama 1 tahun. Mahasiswa akan bertemu dengan pembimbing I, secara formal 3 kali setiap semester selama kurang lebih 90 menit. Pada pertemuan tersebut, masing-masing mahasiwa yang sedang menulis tesis akan menyerahkan hasil kerjanya secara bertahap. Dosen pembimbing I akan memberikan tanggapan.

Penulisan tesis dimaksudkan sebagai sarana bagi mahasiswa untuk menun- jukkan kemampuan meneliti secara mandiri, di bawah bimbingan dua dosen, mengenai tema-tema filosofis teologis dalam sejarah Gereja atau mengenai situasi jemaat/masyarakat konkret, sesuai bidang konsentrasi yang dipilih sejak awal.


2.Mata Kuliah Wajib dan Pilihan Konsentrasi
a. Bidang Konsentrasi Teologis Biblis

Masing-masing tradisi keagamaan mempunyai teks-teks yang diterima seba- gai teks suci dan otoritatif untuk kehidupan. Meskipun demikian, masing-masing komunitas mempunyai pemahaman dasar yang berbeda-beda ten- tang teks-teks suci tersebut. Perbedaan pemahaman ini akan membawa per- bedaan perlakuan pula. Kuliah ini dimaksudkan untuk memberi pemahaman dasar tentang Kitab Suci dari sudut pandang Gereja Katolik sebagaimana tercermin dalam dokumen-dokumen resmi Gereja. Secara konkret, kuliah ini akan mempelajari secara mendalam dokumen Konsili Vatikan II, Dei Ver­ bum sebagai dokumen pokok serta juga beberapa dokumen lain sebelum dan sesudahnya, baik ensiklik para Paus, maupun dokumen dari Pontifical Bibli­ cal Commission.

Bahasa Yunani I dan II merupakan kuliah propedeutik untuk memperke- nalkan pengetahuan-pengetahuan gramatika dan sintaksis bahasa Yunani. Bahasa Yunani I dirancang untuk memberi pengetahuan tentang gramatika Yunani dan sintaksis dasar Yunani. Bahasa II menitikberatkan pada latihan mempergunakan subsidia biblika untuk membuat sebuah analisis teks (textu­ al criticism). Kedua mata kuliah ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mempergunakan bahasa Yunani dalam menafsirkan sebuah teks biblis.

Kursus ini adalah kursus pendahuluan bagi konsentarasi Teologi Biblis. Da- lam dua semester (Bahasa Ibrani I dan II) kursus ini bertujuan memberikan pengenalan dan pelatihan intensif kepada mahasiswa sehingga mahasiswa mempunyai kecakapan untuk membaca dan menganalisis teks-teks Alkitab Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani.

Sebagaimana dirumuskan oleh FABC, Kekristenan di Asia mesti berdialog dengan tiga unsur lain, yaitu kemiskinan, budaya, dan agama-agama lain. Hal ini membuat Kekristenan di Asia mempunyai kekhasannya sendiri. Sebagian besar orang Kristen di Asia berasal dari tradisi budaya atau religius yang ber- beda dan dibentuk oleh tradisi tertulis yang berbeda pula. Dalam kursus ini, tradisi tertulis dari tradisi budaya atau agama lain itu akan dicoba dilihat dan dipertemukan dengan Kitab Suci Kristiani. Diharapkan bahwa pertemuan tersebut bisa memberi kontribusi pada hidup bersama yang lebih baik.

Periode para Bapa Gereja merupakan periode yang unik dalam sejarah kekristenan. Para Bapa Gereja mesti merumuskan imannya dalam sebuah dunia yang semakin berbeda dari asalnya. Salah satu keunikan para Bapa Gereja adalah metode mereka dalam menafsirkan Kitab Suci. Yang akan dipelajari dalam studi ini adalah melihat perkembangan metode tafsir dari zaman post-biblika sampai dengan periode abad keenam.

Bahasa Yunani I dan II merupakan kuliah propedeutik untuk memperke- nalkan pengetahuan-pengetahuan gramatika dan sintaksis bahasa Yunani. Bahasa Yunani I dirancang untuk memberi pengetahuan tentang gramatika Yunani dan sintaksis dasar Yunani. Bahasa II menitikberatkan pada latihan mempergunakan subsidia biblika untuk membuat sebuah analisis teks (textu­ al criticism). Kedua mata kuliah ini membekali peserta dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mempergunakan bahasa Yunani dalam menafsirkan sebuah teks biblis.

Kursus ini adalah kursus pendahuluan bagi konsentarasi Teologi Biblis. Da- lam dua semester (Bahasa Ibrani I dan II) kursus ini bertujuan memberikan pengenalan dan pelatihan intensif kepada mahasiswa sehingga mahasiswa mempunyai kecakapan untuk membaca dan menganalisis teks-teks Alkitab Perjanjian Lama dalam bahasa Ibrani.

Tulisan para nabi Israel merupakan salah bagian besar dalam Kitab Suci Per- janjian Lama yang menyajikan serangkaian kritik para nabi terhadap Israel, terutama terhadap para pemimpin yang tidak setia. Salah satu kritik para nabi terhadap para pemimpin Israel berpusat pada kritik atas ketidakadilan sosial yang mereka lakukan. Mata kuliah ini membahas landasan ideologis kritik para nabi atas ketidakadilan para pemimpin Israel, keselarasan antara bakti kepada Allah dan penegakan tata hidup pribadi dan sosial yang adil. Perkuliahan dilaksanakan dengan penelitian teks oleh para mahasiswa atas teks-teks kenabian yang dipilih yang kemudian dipresentasikan dalam pem- bahasan bersama.

Kitab suci bukan hanya kitab informasi yang berisi perwahyuan Allah teta- pi juga sekaligus menjadi pedoman orang Kristani dalam bertindak dan menanggapi persoalan hidup yang nyata. Mata kuliah ini akan menitikberat- kan bagaimanakah penggunaan Kitab Suci dalam penalaran moral serta pe- doman-pedoman apa saja yang disediakan oleh Kitab Suci untuk menanggapi dan memecahkan persoalan jaman sekarang. Sering orang menjadi bingung ketika berhadapan dengan keadaan sekarang yang pemecahannya tidak serta merta kita dapatkan dari Kitab Suci. Kitab Suci menyediakan kaidah-kaidah yang harus diikuti dalam menanggapi dan memecahkan persoalan etis dan moral zaman sekarang.

Gagasan tentang rahasia Mesias dinyatakan oleh pioner hipothesis ini, yak- ni Martin Kähler, sejak tahun 1901 dan mengarahkan alur studi Injil-injil sinoptik sampai saat ini. Hipotesis bertumpu pada asumsi bahwa pada garis besarnya Injil adalah kisah sengsara dengan pengantar panjang. Kesimpulan bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah, diyakini merupakan iman post Pas- kah. Tidak sedari awal penampilan historis-Nya, Yesus dikenal sebagai Me- sias, Anak Allah. Oleh karena itu, Markus seolah merahasiakan identitas Me- sianik Yesus tersebut melalui beberapa perintah untuk diam. Yesus meminta supaya mereka yang mengenal identitas-Nya (roh jahat yang diusir, orang- orang yang disembuhkan, para murid) tidak mengatakan apa yang mereka ketahui. Motif ketidakmengertian para murid juga mendominasi gambaran para murid yang tidak segera mengerti siapakah Yesus..

Kekerasan dalam hidup beragama tidak hanya menjadi fenomena modern, tetapi sudah berakar dalam tradisi panjang sejarah agama-agama dunia. Perjanjian Lama pun menampilkan fenomena kekerasan yang dilakukan atas nama Allah atau bahkan dilakukan karena perintah Allah. Kenyataan ini sering menimbulkan kesulitan interpretatif dalam memahami teks-teks yang mendukung kekerasan yang harus dibaca dan dimengerti dalam kon- teks zaman modern yang sudah jauh berbeda dari konteks historis kekerasan yang dikisahkan di dalam Perjanjian Lama. Mata kuliah ini berupaya untuk mencari kejelasan tentang bagaimana teks-teks yang memuat kekerasan itu harus dipahami dalam konteks historisnya dan bagaimana teks-teks tersebut dipahami dalam konteks masyarakat multireligius dewasa ini.

Kelas ini bertujuan agar mahasiswa memahami adanya berbagai kelompok etnik dan ras dalam jemaat awal Paulus. Mereka itu adalah Kristen Yahudi, Kristen Yahudi diaspora, Kristen Romawi, Kristen Yunani. Kisah 5 mencerita- kan bahwa komunitas Kristiani berkembang di luar Yerusalem setelah peng- aniayaan Paulus. Bagaimana Paulus membantu komunitas Kristen ini untuk membangun identitas mereka dalam Kristus? Kajian Kitab Suci ini akan me- makai pendekatan ilmu sosial, terutama teori Identitas Sosial untuk melihat pembentukan identitas komunitas kristen awal dalam jemaat-jemaat Paulus.


b. Bidang Konsentrasi Teologi Dogmatik

Dasar dari dialog lintas iman ialah penghargaan dan keyakinan Gereja bahwa Allah juga berkarya melalui agama-agama itu, Gereja berkeyakinan bahwa orang-orang yang tidak mengenal Kristus dapat diselamatkan. Dalam teo- logi agama-agama sering kali keselamatan mereka dikaitkan dengan karya Roh Kudus, sementara itu, Roh Kudus sering kali juga diidentikkan dengan Roh Kristus. Bagaimana karya Roh Allah yang jauh lebih luas daripada karya Kristus ini dapat dipahami?

Teologi dogmatik juga disebut teologi sistematik adalah disiplin yang bertu- juan untuk merefleksikan isi keyakinan orang beriman dan apa yang Gereja yakini sebagai kebenaran, dalam sistem yang teratur dan homogen, secara logis berurutan. Tugas teologi dogmatik dalam konteks Kekristenan adalah mengekstrapolasikan, mendeskripsikan dan menginterpretasikan pokok- pokok iman kristiani dari sumber utama yakni Kitab Suci, pengakuan iman, Tradisi dan Magisterium. Mata kuliah wajib metodologis ini bertujuan mem- berikan panorama sekaligus melatih mahasiswa cara-cara berteologi yang koheren tentang pokok-pokok iman kristiani dalam konteks yang beragam.

Menggali pemahaman mengenai Yesus Kristus dalam konteks masyarakat Indonesia dan Asia pada umumnya yang pluralistis. Dengan titik perhatian pada dialog dengan kebudayaan yang hidup, mau dimengerti gambaran yang tepat mengenai Yesus Kristus dalam masyarakat sekarang.

Mata kuliah ini adalah mata kuliah teologi dogmatik. Mata kuliah ini mem- pergunakan metode penelitian teks-teks berkaitan dengan Gereja Asia. Ba- han utama adalah teks-teks yang dihasilkan oleh FABC, dan juga tesis-tesis doktoral yang mempelajari teks-teks tersebut. Para mahasiswa dilibatkan dalam menggali, memahami dan merumuskan kembali pemahaman teologi yang hidup tentang Gereja Asia. Hal tersebut meliputi, sejarah perkembang- an dan dinamika pergolakannya. Pemahaman ini akan berawal dari tesis- tesis teologis yang pernah dirumuskan oleh komisi teologi FABC, direfleksikan secara kritis dalam konteks Gereja Katolik. Para mahasiswa diundang untuk berefleksi secara kritis dengan tetap berpegang teguh setia kepada tradisi Gereja dan sekaligus menjawab kebutuhan pastoral dari Gereja yang hidup di Asia. Ekklesiologi Gereja Asia akan berkaitan erat dengan evange- lisasi, dialog dengan agama-agama, kemiskinan, berbagai kebudayaan dan ekologi. Pembelajaran ini mengajak mahasiswa berpikir lokal dan konkret dalam kesatuan dengan Gereja Katolik.

Suatu doktrin yang ditetapkan oleh otoritas Gereja, misalnya keputusan Kon- sili, disampaikan kepada umat agar diterima sebagai bagian iman kepercayaan mereka. Proses ini disebut sebagai “reception” (penerimaan). Meski proses penerimaan terjadi sejak awal sejarah Gereja, namun persoalan penerimaan menguak berkaitan dengan konsili Vatikan II. Maka secara khusus kuliah ini akan berfokus pada penerimaan dokumen-dokumen Konsili Vatikan II.

Gereja yang satu ternyata terpecah-pecah dalam aneka macam denominasi. Namun demikian, gerak menuju kesatuan Gereja tampak semakin berkem- bang. Dalam mata kuliah ini mau dipelajari landasan, cita-cita, serta wujud konkret gerakan kesatuan Gereja.

Dan Barker dalam bukunya Losing Faith in Faith: From Preacher to Atheist (2006) bertanya, Yesus, sejarah atau mitos? Ia sampai pada kesimpulan bukan saja historisitas kebangkitan, tetapi bahkan historisitas Yesus sendiri adalah se- buah mitos. Mata kuliah pilihan ini ingin mengangkat diskusi kontemporer tentang Kebangkitan Kristus yang merupakan kebenaran, di mana iman Gereja kepada Kristus mencapai puncaknya: umat Kristen perdana mempercayainya dan menghayatinya sebagai kebenaran sentral; Tradisi meneruskannya sebagai sesuatu yang mendasar, Perjanjian Baru membuktikannya; bersama dengan salib kebangkitan diwartakan sebagai bagian penting misteri Paskah.

Mata kuliah ini membahas fenomena keimanan ganda (multireligious belong­ ing) yang biasanya dimengerti sebagai loyalitas yang diambil secara sadar terhadap beberapa agama sekaligus, yang menghasilkan identitas ganda juga. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan interdisipliner yang meng- gabungkan pendekatan fenomenologis dan kultural (teori hibriditas) dan pendekatan teologis. Selain gambaran yang umum mengenai fenomena ini, akan dibahas secara khusus fenomena hibriditas kultural agama dan identitas yang kompleks dari komunitas Kristiani Asia. Realitas Asia mengajak kita untuk memahami keimanan ganda terutama dalam pengertian identitas re- ligius-kultural yang kompleks, yang bukan dilakukan oleh kaum elite agama, tetapi oleh banyak orang Kristiani biasa.


c. Bidang Konsentrasi Teologi Moral

Mata kuliah ini membicarakan masalah-masalah konkret sehubungan etika kehidupan dalam cara pandang Kristiani dan juga etis sehubungan perkem- bangan pesat ilmu dan teknologi. Ilmu dan teknologi kalau tidak digawangi oleh etika dan moral Kristiani akan menjadi ancaman hidup manusia karena akan menjadikan manusia hanya sebagai alat/objek dan bukan subjek. Mata kuliah ini akan mengkhususnya masalah-masalah etika kehidupan (bioetika) yang sedang hangat dewasa ini, misalnya kloning manusia, stem cell, rekayasa genetika, Human Genome, In Vitro Fertilization (bayi tabung), operasi plas- tik, riset memakai subjek manusia, terapi memakai teknologi canggih dan sebagainya.

Teologi Moral sebagai bidang ilmu pengetahuan mempunyai metode tersendi- ri dalam memperkembangkannya. Ada suatu perbedaan besar mengenai Moral Katolik sebelum Konsili Vatikan II yang berpusat pada manualisme dan sesudah Konsili Vatikan II. Demikian juga ada perbedaan penekanan dalam perkembangan pesat yang terjadi sesudah Konsili Vatikan II sampai sekarang. Dewasa ini metode kontekstual lebih ditekankan agar Moral Kato- lik benar-benar mendarat dan mampu menjawab persoalan aktual yang ada dalam masyarakat maupun yang ada dalam Gereja.

Mata kuliah Sejarah Teologi Moral adalah mata kuliah pilihan program magister konsentrasi teologi moral. Fokus mata kuliah ini adalah meneliti kekayaan metode dalam berteologi moral yang digunakan oleh para teolog moral sepanjang sejarah. Dengan meletakkan pandangan teologi moral da- lam konteks sejarahnya, mahasiswa diharapkan mampu memangkap kon- teks perdebatan yang melatarbelakangi, sekaligus memahami kekuatan dan keterbatasan sebuah metode teologi moral ketika diterapkan terlepas dari konteks yang melatarbelakanginya. Pokok pembahasan dalam mata kuliah ini akan dibagi dalam tiga bagian. Pada bagian pertama akan dipelajari ten- tang praktik pengakuan dosa yang menjadi dasar bagi perkembangan teologi moral. Bagian kedua membahas beberapa perdebatan pokok tentang teologi moral di abad 14-16 seperti diskusi peran kodrat dan rahmat, moralitas dan hukum, perdebatan tentang hati nurani & subjektivitas. Bagian ketiga akan berfokus pada pembaharuan Konsili Vatikan II dan beberapa usaha menjadi- kan teologi moral menjadi semakin Asia pasca Vatikan II.

Mata kuliah ini berupa teori untuk membantu mahasiswa mencapai kompe- tensi dalam penguasaan materi pelayanan publik yang responsif dan relevan bagi masyarakat dan internalisasi nilai-nilai etika publik. Mahasiswa mampu memahami pengertian etika publik yang mendasari pelayanan publik, ter- utama masalah integritas para pejabat. Integritas pribadi tumbuh di keluarga dan teruji dalam kehidupan profesional, terutama dalam keterlibatannya di organisasi pelayanan publik. Dalam pelayanan publik, integritas pribadi itu menjadi dasar integritas pejabat publik yang akan berkembang bila ditopang oleh dua modalitasnya, yaitu akuntabilitas dan transparansi. Etika publik ber- awal dari keprihatinan terhadap pelayanan publik yang buruk karena konflik kepentingan dan korupsi. Konflik kepentingan dan korupsi ini melemah- kan komitmen pejabat publik pada nilai-nilai etika. Pelayanan publik yang berkualitas, relevan dan responsif nyaris tak ada gemanya. Padahal perta- ruhan kebijakan publik adalah memenuhi kebutuhan publik dan memba- ngun institusi-institusi agar lebih adil. Lemahnya komitmen ini menggero- goti integritas pejabat publik dan politisi. Perbaikan birokrasi dan organisasi politik, serta pengawasan diperketat dengan dibentuknya berbagai komisi, ternyata tindak korupsi tetap merajalela, berarti kesalahan pertama-tama harus dicari di dalam sistem organisasinya. Asumsi ini menjadi titik-tolak mata kuliah ini ketika mengusulkan pembangunan budaya etika di dalam organisasi. Maka langkah pertama adalah mengubah sistem organisasi dengan mengintegrasikan etika publik ke dalam organisasi pelayanan publik. Jadi fokus diarahkan ke modalitas etika, yaitu bagaimana menjembatani antara norma moral (‘apa yang seharusnya dilakukan’) dan tindakan faktual. Kepri- hatinan etika publik pada modalitas tidak bisa mengabaikan infrastruktur etika sebagai landasan budaya etika dalam organisasi yang mengandaikan pemahaman teori-teori sosial dan terutama teori-teori perubahan sosial.

Mata kuliah ini mempelajari beberapa persoalan yang dihadapi oleh Umat Beriman Kristiani dan coba didekati dari dua sudut pandang yang berbeda yakni perspektif moral dan hukum Gereja. Kadang kala ada pertentangan di antara keduanya, akan tetapi kerap pula satu sama lain saling melengkapi dan mendukung. Para mahasiswa diajak untuk secara teliti menangkap per- soalan-persoalan yang menjadi bahan perdebatan di tengah umat beriman sehingga akhirnya memiliki dasar pandangan dan ajaran Gereja yang resmi dan pasti serta mampu menjawab.

Mata kuliah ini memfokuskan perhatian pada upaya-upaya memahami bagaimana “yang jahat” (ing. evil, yang sering kali di dalam bahasa sehari-hari maupun bahasa filosofis-teologis disebut “setan” atau “iblis”) mempengaruhi dan mengatur kehidupan manusia. Pemahaman yang kurang kritis mengenai “yang jahat” menyebabkan penggunaan istilah tersebut secara semena-me- na dan membiarkan orang membuat dikotomi “orang baik-orang jahat” atau “partai Allah-partai setan” untuk membenarkan dirinya sendiri dan kelom- poknya, dengan pihak lain.

Mata kuliah pilihan Program Lisensiat dan Filsafat Keilahian Konsentrasi Te- ologi Moral ini akan mengkaji keterkaitan antara konsep hak asasi manusia dengan perkembangan refleksi teologi Kristiani. Kuliah ini akan dibagi dalam tiga bagian. Pada bagian pertama, mahasiswa akan meneliti sejarah perkem- bangan konsep hak asasi manusia dan pengaruh formulasi hak asasi manu- sia terhadap perkembangan refleksi teologi. Pada bagian kedua, mahasiswa akan menyelidiki penerimaan (reception) konsep hak asasi manusia di dalam masyarakat plural, terutama bagi negara dunia selatan (global south). Pada bagian akhir, mahasiswa akan mengaplikasikan konsep-konsep pokok yang sudah ditemukan pada bagian pertama dan kedua pada kasus-kasus aktual yang terjadi di Indonesia. Mahasiswa juga diajak merefleksikan keterlibatan Gereja Katolik dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan demokrasi di Indonesia.

Salah satu penyebab kerusakan lingkungan adalah budaya modern yang ber- sifat konsumtif dan eksploitatif. Alam dikeruk secara massif demi memenuhi kebutuhan manusia. Manusia menjadi arogan terhadap alam. Padahal kearif- an lokal selalu mengajarkan bahwa alam adalah nenek (“Mbah”) atau ibu yang memberikan makanan kepada anak-anaknya. Mahasiswa akan meneliti kebudayaan lokal sesuai dengan daerah asalnya dan mempresentasikannya. Dengan belajar dari kebudayaan lokal ini, diharapkan manusia dapat meng- ubah diri dan perilakunya yang buruk terhadap alam serta membangun persaudaraan kosmik dengan alam. Kuliah ini akan membahas tema-tema sebagai berikut: persoalan dan data kerusakan alam, refleksi filosofis (antro- posentrisme, ekonomi, ilmu pengetahuan), refleksi teologi atas alam (pen- ciptaan, mistik), solusi pastoral.


d. Bidang Konsentrasi Teologi Pastoral

Mata kuliah Teologi Inkulturasi merupakan mata kuliah wajib konsentrasi teologi pastoral. Mata kuliah ini bertujuan untuk mengajak mahasiswa me- nemukan problematika inkulturasi, menemukan dasar-dasar berinkulturasi untuk mengembangkan wawasan dan sikap pastoral berinkulturasi, ser- ta mampu membuat usulan pastoral inkulturatif dalam Gereja. Salah satu metodenya ialah penelitian di lapangan, berkenaan dengan perjumpaan Injil dan budaya.

Metode Empirical Theology adalah metode penelitian teologi pastoral yang memberi tempat istimewa pada proses penelitian kuantitatif yang menda- sarkan diri kepada beberapa teori dan pandangan teologi, pengumpulan dan editing data serta analisis data-data kuantitatif dan kualitatif. Para ma- hasiswa dilatih untuk secara sistematis melakukan penelitian sesuai dengan standar penelitian sosial yang memperhitungkan latar belakang, perma- salahan yang diteliti, teori yang dipakai, alat penelitian (kuesioner) yang dipersiapkan, pengumpulan data dan editing, serta analisis data kuantita- tif. Berdasarkan data-data tersebut para mahasiswa dilatih untuk menarik keprihatinan-keprihatinan teologi yang muncul dan berteologi secara kritis dan kontekstual sesuai dengan kebutuhan umat yang diteliti dan berdasar- kan Injil, Ajaran Magisterium, tradisi para teologi dan refleksi teologi dari berbagai penjuru dunia. Metode ini diharapkan membantu mahasiswa untuk mengembangkan refleksi teologi pastoral yang kontekstual, interdisipliner dan menjawab secara nyata kebutuhan Gereja yang hidup. Para mahasiswa diundang untuk berteologi dengan tetap setia kepada kasanah teologi Gereja Katolik dan sekaligus kreatif menjawab tanda-tanda zaman dan berkontribu- si untuk membangun Gereja yang hidup.

Mata kuliah ini merupakan paduan antara teori dan praksis. Melalui mata kuliah ini mahasiswa mampu menganalisis kehidupan hidup Gereja, ber- pangkal pada kisah-kisah tokoh-tokoh awal suatu jemaat sampai pada cara hidup menggereja yang ditampilkan sekarang ini. Proses perkuliahan dilaku- kan melalui live in di jemaat konkret, refleksi mengenai sejarah perkembang- an Gereja di suatu tempat dan wajah Gereja Indonesia masa kini. Pada akhir mata kuliah para mahasiswa merumuskan suatu refleksi historis sistematis mengenai wajah Gereja yang dikembangkan sejak tokoh awal sampai seka- rang dan menyampaikannya dalam media digital.

Materi yang ditawarkan dalam sesi kelas ini terkait dengan konteks Indone- sia, terutama dari tragedi yang pecah di Maluku. Bentrokan etnis yang terjadi di sana, pada kenyataannya, memicu konflik agama. Tentu saja, dalam hal ini, seseorang tidak dapat mengabaikan alasan lain, seperti kepentingan politik dan ekonomi. Memang, berbagai kekuatan dan struktur makro-struktural, bercampur dengan oportunisme ekonomi, masalah kebijakan publik, per- saingan politik tingkat tinggi, rasa tidak aman, diskriminasi etnis dan agama, wilayah dan sumber daya alam, memainkan peran penting di dalamnya. Untuk ini, proses pembelajaran akan dimulai dari data; dan kemudian dianalisis melalui berbagai perspektif, terutama ilmu budaya dan sosial serta filsafat. Tentu saja, studi agama khususnya Islam dan Kristen perlu dipertimbangkan juga. Sintesis penelitian ini kemudian tercermin dalam terang teologi. Tra- disi dalam lingkup universal dan lokal, dan terutama Kitab Suci, digunakan dalam pendekatan hermeneutis untuk menemukan makna dan makna yang dengannya seseorang dapat membangun hubungan positif antara agama dan budaya. Selain itu, para siswa juga diundang untuk mengembangkan cara melanjutkan sedemikian rupa sehingga orang-orang Kristen yang tinggal di lingkungan Islam mampu membedakan kebaikan bersama dalam ma- syarakat majemuk.

Teologi Pewartaan dan Tantangan Dunia Digital merupakan mata kuliah teologi misi-evangelisasi dengan pendekatan kontekstual. Konteks yang di- pakai sebagai titik tolak berteologi ialah budaya digital yang sekarang ini mendominasi kehidupan manusia pada umumnya dan umat Katolik pada khususnya. Status quaestionis mata kuliah ini ialah: manakah relevansi (se- mangat, isi, dan pendekatan) evangelisasi (seperti ditegaskan oleh Konsili Vatikan II) bagi generasi milenial yang memiliki ciri-ciri yang khas. Fokus perhatian refleksi teologis mata kuliah ini terarah ke concern pastoral.

Kelas ini dirancang dengan tujuan praktis dan teoretis melalui studi pustaka dan penelitian lapangan untuk merefleksikan peran media sosial dan teknolo- gi digital yang telah membawa perubahan luas dalam kehidupan masyarakat. Di Indonesia per Januari 2021 ada sekitar 170 juta pengguna aktif media so- sial. Indonesia menempati urutan ketiga setelah China dan India di kawasan Asia Pasifik. Bagian dari media sosial dan teknologi digital adalah internet dan YouTube, yang dapat dengan mudah berdampak terhadap fungsi masya- rakat. Mereka juga bisa menimbulkan efek negatif karena bisa menjadi alat radikalisasi (Tucker, 2010; Ahmed Al-Rawi, 2017; Littler & Lee, 2020). Kare- na tersedia untuk banyak orang dan memberikan peluang yang lebih besar daripada interaksi offl e, internet dan YouTube juga dapat bertindak sebagai ‘ruang gema’ yang memungkinkan koneksi dengan berbagai individu dari seluruh dunia untuk keyakinan ekstremis, sedemikian rupa bahwa mereka muncul untuk memfasilitasi proses radikalisasi dan membiarkan ekstrem- isme terjadi tanpa kontak fisik. Melalui kelas ini, peserta didampingi untuk memahami dan mengembangkan refleksi kritis terhadap kasus yang diteliti.

Dunia sebelum Covid-19 telah berlalu. Tatanan “New Normal” merupakan tantangan untuk beradaptasi dan mentransformasi diri. Gereja harus bertanya pada dirinya sendiri tentang implikasi menjadi “gereja” dalam konteks normal baru ini. Dalam mata kuliah ini akan dieksplorasi tempat, peran, dan sumbang- an teologi dalam ikut menentukan perjalanan Gereja menuju masa depan.

Sejak Konsili Vatikan II menekankan tempat, analisis dan peran kaum awam, berkembanglah teologi pelayanan awam dalam Gereja Katolik. Mata kuliah ini bertujuan merefleksikan perkembangan pelayanan kaum awam dalam hubungannya dengan pelayanan kaum tertahbis dalam menjalankan misi Gereja di tengah dunia.

  Kembali