USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Membangun Kebersamaan

diupdate: 5 tahun yang lalu

 

Terima kasih saya mendapat kesempatan mengikuti kegiatan selama dua hari yang dilaksanakan pada hari sabtu, 1 Desember 2018 sampai dengan minggu, 2 Desember 2018.

Saya sangat bersyukur atas anugrah Tuhan yang paling indah ini, yang tidak pernah saya bayangkan. Saya dapat melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi dengan beasiswa. Saya sangat bangga dan bahagia karena saya dapat mengurangi beban orang tua. Tidak hanya mengurangi, melainkan sangat-sangat meringankan beban orang tua saya dalam membiayai pendidikan saya. Dari dulu saya memang memiliki cita-cita untuk bisa berkuliah. Tapi mengingat kedua orang tua saya yang sudah bekerja banting tulang demi saya dan saudara-saudara saya, saya tidak lagi tega untuk bercita-cita melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi.

Saya anak kedua dari tiga bersaudara, ayah saya banyak menganggur karena sulit mendapatkan pekerjaan. Ibu saya yang bertahun-tahun bekerja untuk menghidupi keluarga. Hingga tiba pada saat ibu saya mengandung pada usia 46 tahun, ibu saya harus berhenti bekerja. Oleh karena itu ayah harus menggantikan ibu untuk bekerja. Meskipun selama ayah saya bekerja hidup keluarga saya sangat prihatin, tapi kami masih selalu bersyukur dan berdoa semoga yang terbaik Tuhan anugrahkan buat keluarga kami.

Saya masuk ke Perguruan Tinggi dan mendapat beasiswa, merupakan anugerah yang besar dari Tuhan. Kedua orang tua saya tentu merasa amat bersyukur juga. Tuhan mengirimkan malaikatnya berupa orang-orang yang dengan murah hati bersedia membantu saya meraih cita-cita saya. Ketika Saya mengikuti pertemuan yang diperuntukan bagi mahasiswa penerima beasiswa. Hati saya tentu bangga berada ditengah-tengah mereka yang saya bayangkan sebagai orang-orang terpilih. Dalam pertemuan tersebut saya dapat mengambil banyak makna. Makna yang pertama yaitu sebagai penerima beasiswa saya memiliki tanggungjawab meluangkan waktu untuk peduli terhadap sesama, mendengarkan keluh-kesah teman-teman. Saya sangat terharu,  kami berada dalam satu tempat dengan latar belakang keluarga yang kurang lebih sama, dan dengan tekad serta cita-cita yang sama. Saya merasakan kekeluargaan yang mulai tumbuh, rasa kasih sayang yang mulai muncul kepada teman-teman seperjungan.

Makna yang kedua adalah   saya bertekat untuk menjadi mahasiswa yang FULL KONSEN. Yang   berjuang demi kelancaran studi dengan optimal, sehingga hasil yang tampak adalah berawal dari kata sangat, yaitu sangat memuaskan, sangat membanggakan, dan sangat membahagiakan. Namun sebagai mahasiswa yang humanis, bukan hanya dituntut untuk mengutamakan kesuksesan pribadi saja, tapi juga meningkatkan rasa kepedulian dan perhatian terhadap teman yag lain yang masuk dalam tahap minus konsen, juga yang splite konsen.

Kemudian, makna yang ketiga saya mendapatkan sebuah pencerahan. Mengapa saya menamainya sebagai pencerahan? Karena apa yang telah disampaikan pembicara dalam pertemuan tersebut dapat mengetuk hati saya dan membukakan hati saya sehingga mampu menumbuhkan keinginan dalam diri saya untuk hidup lebih selaras dengan kehendak Tuhan.

Kegiatan ini mengajarkan saya, bagaimana membangung relasi antara diri saya dengan Tuhan, Mengucap syukur, dan berdoa. Membangun relasi kekeluargaan dengan sesama yang dalam keseharian ada di sekitar saya. Membangun pendangan yang positip terhadap berbagai organisasi yang saya hadapi serta membuka hati untuk membangun relasi dengannya, dan yang berikut adalah merawat serta menajaga alam yang saya tempati dan hidupi ini.

Pertemuan yang singkat ini sangat mengesan bagi saya, karena saya merasa disadarkan akan banyak hal penting bagi hidup saya, terlebih saya menjadi sadar sebagai orang yang terpilih dari antara banyak orang yang mengingini posisi seperti saya saat ini saya miliki. Saya akan berusaha mempertanggungjawabkan anugrah yang telah saya peroleh ini. Kesempatan yang indah itu tidak selalu saya sadari, saya yakin bahwa teman-teman yang lain juga mengalami demikian. Maka dengan kegiatan pendampingan seperti yang kami alami, sangat membantu menyadarkan saya dan teman-teman yang kadang masih menjalani hidup tanpa keseriusan. Hidup yang bahagia adalah hidup yang mampu mensyukuri segala yang Tuhan berikan. Maka saya selalu mencoba untuk bersyukur pada Tuhan yang sangat mencintai saya.

Sebagai wujud balasan cinta kepada Tuhan, saya berusaha untuk menjadi mahasiswi yang serius dalam studi dan berusaha memupuk rasa cinta dan kasih terhadap sesama, agar saya mampu memberikan pelayanan dan pengabdian kepada sesama yang membutuhkan baik saat ini semasa saya menempuh studi maupun kelak setelah saya menyelesaikan studi dan hidup mandiri.

Lia

  kembali