Karya

Puisi -Tamasya di Atas Nisan

06-04-2022 10:53:21 WIB 

 
Akhir pekan memutuskan tidak mengakhiri senjanya
kini malam menjadi lebih panjang
lebih panjang dari amin demam kanak-kanak
lebih panjang dari lekas kantuk pekerja lembur
lebih panjang dan lekaslah panjang
 
Kaki bulan dijadikan penyangga
selembar doa dijadikan penutup duka
Pendeta Tua lalu membuat rajah melingkar-lingkar
lalu turunlah dari angkasa kereta berkuda naga
meraung-raung suaranya
bergemerincing loncengnya
krang kring krang kring
lalu sunyi kembali merdeka
 
Pendeta Tua itu membuka,
“Wahai para umat, Perjamuan Sunyi telah digelar
salah satu dari kita dijadikan persembahan
bukan daging dan bukan darah―karena itu telah Kulakukan
Kini bayarlah saja dengan sepotong hati
yang kau balut firman embun
yang kau kunci dengan segenggam niscaya
dengan hati-hati”
 
Setelah perjamuan itu selesai
Pendeta tua mengakhiri
dengan menghampiri dua gadis kecil
menyapa dengan nyanyi
 
mendoa dengan senyum
dan bersabda,
“Wahai, anak-anakku. Kuberi kalian dua pasang sayap merpati
Kini dukamu dimerdekakan
dengan segenap niscaya maka ingatlah
yang dihidupkan Tuhan tak akan dimatikan-Nya
Bersukalah... Bersukalah
 
Temui potongan hatimu, Darah
Sapa luka dan tabungan tangismu, Daging
Maka yang pergi akan datang mengisi potongan lain
yang telah kau persembahkan
beterbangan
hinggap
mengecup
dan terbang.
Kini, mari bertamasya di atas nisan.”
 
 
Dimulailah tamasya panjang
yang tak pernah usai
di atas nisan
 
(Yogyakarta, Oktober 2021)

Penulis: Sarwo Edi Wardana
IG: @ardhaaee__
 kembali