Karya

Puisi - Untuk Jiwa-Jiwa Merdeka

06-04-2022 11:14:53 WIB 

Dulu ketika malam masih terjaga
Dulu ketika bulan dan gerhana kerap bercanda
Anak-anak membawa bintangnya masing-masing
di ujung bambu kering
di bawah besi-besi
di dalam sunyi hatinya sendiri
 
Bintang-bintang gemerlap dijadikan sesaji
Kepada Tuhan Yang Maha Indah
Kepada Tuhan Yang Maha Jingglang
Kepada Tuhan yang memberikan listrik 20 watt
Anak-anak bernyanyi
Mendendangkan duka yang disematkan semoga sebagai doa tolak bala
Kemudian salah satu dari mereka diberikan berkat jingglang-cerlang pada jiwanya
 
Satu-satu doa dinyanyikan
Syukur dimandikan
dan tenaga dipulihkan
Kemudian salah satu dari mereka diberi berkat jingglang-cerlang pada sadarnya.
 
Sepulangnya bulan dijemput embun
Anak-anak tumbuh dan saat itu pula purnama dan gerhana
tak lagi dinyanyikan dan didongengkan
Mereka sudah menyusup pada anak-anak terpilih
yang nantinya  menjadi abdi Tuhan
untuk selalu berdoa dalam indah yang abadi
 
Anak-anak yang tumbuh dengan purnama kian menua
Doanya sudah melanglang telinga dan dermaga
Raganya masih tersimpan dalam mata yang kasat-kasat saja
Kepalanya masih nampang setia
pada buku-buku sejarah, pada ucapan-ucapan bersahaja,
dan pada suatu hari
merdeka melahirkan tangis dan dikibarkan
 
Abadinya pada kaset-kaset Lokananta
pada buku-buku tua
pada foto-foto lama
pada sakit dan lupa yang kini merdeka
Abadinya dalam karya
 
                                Selamat jalan.

Penulis: Sarwo Edi Wardana
IG: @ardhaaee__
 kembali