Riset sudah memastikan hubungan erat antara karyawan yang tinggi keterlibatannya (engaged)
dengan perusahaan yang menguntungkan. Namun hingga kini para periset
masih belum bisa menentukan yang mana yang duluan: engagement atau
produktivitas.
Hubungan "telur atau ayam" ini setidaknya dilaporkan oleh tiga survey belum lama ini, oleh Gallup, Towers Watson, dan Hay Group.
Dalam wawancara terhadap 7.000 orang pekerja Amerika di penghujung
tahun 2010 dan awal 2011, Gallup Washington menemukan bahwa karyawan
yang terlibat dalam pekerjaannya akan dua kali kemungkinannya (43%)
dibandingkan yang tidak terlibat aktif (21%) untuk melaporkan bahwa
organisasinya sedang merekrut.
Sementara itu, pekerja yang tidak terlibat secara emosional dengan
pekerjaan dan tempat kerja (sekitar 30 persen) akan jauh lebih cenderung
melaporkan bahwa perusahaan sedang melakukan PHK dibanding mereka yang
lebih terlibat (13 persen).
Index keterlibatan karyawan dari Gallup diperoleh berdasarkan jawaban
pekerja pada 12 unsur di tempat kerja yang berhubungan dengan hasil
kinerja, seperti produktivitas, layanan pelanggan, kualitas, retensi,
keamanan, dan profit.
Tetapi apakah karyawan yang terlibat yang menciptakan lingkungan
kerja yang menguntungkan (sehingga rekrutmen aktif) atau sebaliknya,
produktivitas dan aktivitas merekrut dari sebuah perusahaan yang sukses
yang menciptakan keterlibatan (engagement)?
Patrick Kulesa dari Towers Watson New York menyebut fenomena engagement dan kinerja ini bagaikan "lingkaran setan."
Kulesa menemukan bahwa keterlibatan sales managers didorong oleh
kepemimpinan yang kuat dan peluang karir yang besar serta pemberdayaan.
Hal itu mendorong sales manager yang terlibat itu untuk melakukan lebih
banyak untuk mendapatkan kesuksesan, misalnya menambah staff,
mempromosikan pemimpin lebih cepat, dan menyiapkan lebih banyak pemimpin
pada jalurnya.
Pada saat yang sama, hasil penjualan dan produksi yang lebih tinggi
berkorelasi dengan keterlibatan yang lebih tinggi, stabilitas dan bonus,
dan hal-hal tersebut menambah tingkat keterlibatan, yang kemudian
berkorelasi dengan aktivitas pendorong sales yang semakin tinggi.
"Dan begitulah lingkaran setan itu berputar terus," kata Kulesa seperti dikutip dari Human Resource Executive Online.
Penulis buku "Linking Sales Manager Engagement and Performance:
Chicken or Egg?" itu yakin bahwa perusahaan dengan kinerja dan
keterlibatan yang lebih tinggi akan lebih berhasil mempertahankan
karyawan terbaiknya, lebih baik dalam merekrut orang yang tepat untuk
mengisi kebutuhannya, lebih baik dalam mengembangkan orang-orang sesuai
potensinya, dan akan lebih kompetitif dan inovatif dalam menciptakan
produk, lebih efisien, dan dapat merespon dengan lebih baik terhadap
perubahan di pasar.
Tetapi banyak juga organisasi yang membuat penghalang pada
terciptanya keterlibatan dan kinerja, kata Mark Royal dan Tom Agnew,
konsultan senior Hay Group Insight, divisi riset karyawan dari Hay Group
Philadelphia. Hal ini disampaikan dalam buku mereka yang akan segera
terbit, The Enemy of Engagement: Put an End to Workplace Frustration.
Mereka menulis bahwa komitmen seorang karyawan yang terlibat akan
tersia-siakan bila manajer dengan tidak berhati-hati menempatkan mereka
pada posisi yang tidak mengembangkan potensi mereka dan tidak memberi
mereka dukungan di tempat kerja yang mereka butuhkan untuk melaksanakan
tanggung jawab mereka.
"Frustrasi di tempat kerja adalah musuh engagement," demikian tulis mereka.
Meminimalkan frustrasi membutuhkan manajemen yang baik, menurut
Gallup: Organisasi harus menjelaskan ekspektasinya, memberi pekerja
tools yang mereka butuhkan, mengakui hasil kerja mereka, mendorong
pengembangan mereka, membantu mereka terlibat dalam tujuan organisasi
yang lebih besar, dan mengukur serta mendiskusikan progress mereka.
Dalam ekonomi hari ini, Kulesa menambahkan, organisasi semakin butuh
untuk mendapatkan semakin banyak dari karyawannya, karena itu memahami
bagaimana meng-engage mereka dan apa yang mendorong engagement adalah sesuatu yang semakin penting. Sumber : http://www.portalhr.com
|