Category Archive Program

Panduan Layanan Mahasiswa Disabilitas

Untuk memenuhi hak penyandang disabilitas dalam memperoleh pendidikan yang
bermutu di perguruan tinggi, Pemerintah telah mengeluarkan sejumlah aturan
pelaksanaannya, diantaranya tertuang dalam Permenristekdikti nomor 46 tahun 2017 tentang
Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus di Pergurun Tinggi. Melalui permen ini, pemerintah
berharap agar semakin banyak kesempatan bagi individu disabilitas untuk menempuh
pendidikan di perguruan tinggi. Permen ini juga dimaksudkan agar para mahasiswa disabilitas
dapat memperoleh layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya, sehingga mereka
dapat belajar dan mencapai prestasi akademik yang optimal.

Read More

Sharing “Mendampingi Mahasiswa Berkebutuhan Khusus”

Sharing “Mendampingi Mahasiswa Berkebutuhan Khusus”

Universitas Sanata Dharma merupakan salah satu kampus inklusi di Yogyakarta. Beragam mahasiswa menjadi bagian di dalamnya, tidak terkecuali mahasiswa yang memiliki kebutuhan khusus. Demi kelancaran dinamika perkuliahan, diperlukan adanya pemahaman dan keterampilan dari para dosen serta tenaga kependidikan dalam upaya pendampingan kepada mahasiswa dengan berkebutuhan khusus selama proses perkuliahannya. Menyadari pentingnya hal tersebut, maka Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus, Universitas Sanata Dharma (PSIBK USD) akan mengadakan kegiatan Sharing Pendampingan Individu dengan Disabilitas yang bertema “Mendampingi Mahasiswa Berkebutuhan Khusus”.  PSIBK USD mengajak Bapak dan Ibu untuk belajar bersama narasumber Ibu Ardi Primasari, M.Psi seorang psikolog yang akan membagikan ilmu dan keterampilan mengenai upaya-upaya pendampingan mahasiswa berkebutuhan khusus. Mengingat situasi pandemi yang mengharuskan kita untuk mengurangi perjumpaan secara fisik, maka kegiatan ini akan dilangsungkan melalui media Zoom meeting. Kegiatan kali ini diperuntukkan bagi kalangan internal Universitas Sanata Dharma dan kuota hanya terbatas untuk 100 peserta saja. Maka bagi Bapak dan Ibu yang berminat untuk mengetahui dan memahami lebih lanjut tentang pendampingan bagi mahasiswa berkebutuhan khusus, silakan segera mendaftar dengan cara menghubungi narahubung yang tertera pada poster. Salam Inklusi!

(PSIBK, Desember 2020)

KURSUS BAHASA ISYARAT MARET 2020

Halo, sahabat PSIBK!

Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus, Universitas Sanata Dharma kembali membuka Kursus Bahasa Isyarat. Kursus terbuka bagi siapa saja yang berminat mempelajari Bahasa Isyarat.

Terdapat 2 jenis kelas, yaitu:

  • Kelas Beginner

Kelas untuk pemula yang akan dilaksanakan setiap

Senin, pukul 14.00-15.00

Selasa, pukul 14.00-15.00

(peserta memilih dan menetapkan 1 hari, berlaku untuk 10x pertemuan).

  • Kelas Advance

Kelas untuk peserta yang sudah pernah mengikuti dan sudah lulus Kursus Bahasa Isyarat Kelas Beginner.

Masing-masing kelas memiliki kuota 15 orang dengan 1 orang pengajar.

Apabila membutuhkan informasi yang lebih lengkap, dapat menghubungi nomor yang tertera pada poster.

Ayo tunggu apalagi, segera daftarkan dirimu!

Klik di sini untuk mendaftar

(PSIBK, Februari 2020)

Seminar Disabilitas : Memaknai Individu sebagai Citra Allah

Yogyakarta (9/4/19), Pusat Studi Invidu Berkebutuhan Khusus (PSIBK) menyelenggarakan seminar dengan tema “Disabilitas : Memaknai Individu sebagai Citra Allah”. Seminar ini merupakan kerja sama antara PSIBK, Fakultas Teologi serta Program Studi Bimbingan dan Konseling (BK) yang berlangsung di Ruang Koendjono kampus 2 Mrican. Acara ini menjadi sebuah wadah untuk memperkenalkan disabilitas dari dua sudut pandang yang dipaparkan oleh masing-masing narasumber sesuai dengan bidang yang digelutinya. Acara ini dipandu oleh Fani Stefani dan Wining Windarti dan dimoderatori oleh   Dra . M. J. Retno Priyani. Rangkaian acara diawali dengan pembukaan oleh MC, dan kemudian dilanjutkan dengan sambutan singkat yang diberikan oleh Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, M.A. selaku kepala PSIBK. Selanjutnya terdapat pengenalan bahasa isyarat oleh teman-teman dari Deaf Art Community (DAC) yang merupakan sebuah komunitas tuli di Yogyakarta. Menjadi suatu kebahagiaan tersendiri, ketika seluruh peserta seminar serentak menyambut hangat ilmu yang dibagikan oleh DAC, karena peserta dengan antusias mengikuti gerakan untuk mempelajari bahasa isyarat. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi  oleh Br. Martin De Pores dan Dr. T. Priyo Widiyanto sebagai narasumber. Seminar ini juga diselingi dengan pertunjukan pantonim oleh siswi SLBB Dena Upakara dan diakhiri dengan sesi tanya jawab.

Dalam pemaparannya, Br. Martin menyampaikan sepenggal kalimat pembuka “Tuhan tak iseng ciptakan saya” sebagai pancingan untuk merefleksikan siapa kita di hadapan Tuhan. Beliau  juga menyinggung bahwa mereka yang berusaha untuk memahami citra Allah ini adalah pengertian yang sopan untuk tidak merepotkan orang- non disabilitas untuk memahami orang disabilitas yang juga merupakan citra Allah. Dalam persoalan pembebasan Br. Martin menegaskan bahwa citra Allah dikatakan pembebasan karena ada faktor inklusinya. Menurutnya teologi harus sampai pada pembebasan, baik yang umum maupun yang khusus. “Inklusi di teologi membawa level setara atau derajat. Setara tidak sama, kita berbeda tetapi setara”. Dalam ajaran gereja, ia menjelaskan persoalan bahwa gereja tidak mengajarkan disabilitas sebagai orang yang berkekurangan atau tidak normal. Tetapi dalam sejarah, kita sebagai manusia yang membuat segala sesuatu terjadi. Kita punya keyakinan bahwa segala sesuatu akan diterapkan dimasyarakat. Oleh sebab itu, beliau meyakini bahwa penghayatan dan pengamatan citra Allah akan sangat berpengaruh dan cara untuk memahami Allah itu ada pada unsur horizontal dan vertical, bahwa kita sebagai manusia juga menjadi bagian dari proses pembebasan itu.

Beralih ke sudut pandang psikologi, Dr. T. Priyo Widiyanto langsung menghangatkan seluruh peserta seminar dengan sebuah pertanyaan singkat “Bahagiakah mereka ?”. Beliau menjelaskan bahwa individu dengan kebutuhan khusus adalah individu yang secara signifikan (bermakna) mengalami kelainan/penyimpangan (phisik, mental-intelektual, social, emosional) dalam proses pertumbuhan/perkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain seusianya sehingga mereka memerlukan pendidikan khusus. Berbagai pengalaman yang dialami dan didapatkan disekitar kehidupan bermasyarakat membuat Pak Priyo yang merupakan sapaan sehari-harinya menjelaskan dari sudut pandang psikologi menjelaskan berbagai macam individu berkebutuhan khusus yang terdiri atas tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, tunalaras, lamban belajar, anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik, dan individu yang mengalami gangguan komunikasi.

Menurutnya, khusus untuk ketulian, manusia akan mengalami karena usia. Adapun hambatan berupa emosional, sosial, pengetahuan, bahasa (komunikasi), kecerdasan, fisik,  dan pekerjaan. Lalu ia menarik beberapa kesimpulan dari beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan materinya yakni bagaimana mereka berbahagia?, apa peran kita dalam kebahagian mereka?, siapa yang harus menyesuaikan agar tumbuh kembang kebahagiaan di dalam diri mereka? “ kita lupa betapa luhurnya Tuhan ketika mengambil salah satu indra dari kita, indra lainnya dibuatNya lebih peka” tuturnya. Beliau juga menghimbau agar kita lebih saling menghargai dan mengenal tanpa pandang bulu karena orang-orang disabilitas menjadi sumber belajar bagi orang lain, terkhususnya kita.

Seusai penyajian materi oleh kedua pembicara, suasana kembali dihangatkan dengan hiburan pantonim yang dibawakan oleh salah satu teman disabilitas yang hadir pada kesempatan itu yakni siswi SLBB Dena Upakara. Kemudian, dilanjtkan dengan sesi diskusi atau sesi tanya jawab oleh peserta seminar terkait makna citra Allah dari sudut pandang Teologi dan Psikologi. Sesi pertanyaan ini dibuka dalam dua termin yang terdiri atas tiga peserta penanya pertama dan  dibawakan oleh moderator sekaligus langsung dijawab oleh masing-masing pemateri secara runut. Setelah kurang lebih setengah jam berdiskusi antara peserta seminar dengan pemateri, moderator akhirnya menyimpulkan berbagai pertanyaan dan jawaban pada kesempatan itu ‘Bahwa sebagai manusia kita harusnya tidak saling menjatuhkan, melainkan saling menguatkan dan saling membangun terlebih kepada mereka yang memiliki keterbatasan’.

 

(PSIBK, April 2019)

Hiruk Pikuk Kesederhanaan dalam Berbagi Bersama EEC Sanata Dharma

Kali ini PSIBK diundang dalam sebuah acara rutin yang digelar oleh English Extension Club (EEC) universitas Sanata Dharma Yogyakarta.  Acara ini bertujuan untuk berbagi pengalaman sekaligus saling bertukar pikiran perihal dunia disabilitas. Acara yang berlangsung di area pendopo PGSD Kampus 2 Mrican  pada 31 Maret 2019 ini mengangkat tema “We can do it too”. Sasaran dari rangkaian acara  yang digelar oleh EEC ini adalah kepada khalayak umum khususnya generasi muda. Melalui kegiatan ini peserta diajak untuk melihat dan memaknai  lebih dalam tentang bagaimana proses dan keterlibatan sesama kita bagi saudara-saudara yang memerlukan kehadiran kita ditengah-tengah mereka.  Ibu Laura Aptik Evanjeli selaku ketua PSIBK memberikan gambaran besar mengenai dunia disabilitas yang terdapat di lingkungan kampus USD. Turut hadir dalam acara ini beberapa staff  PSIBK yang ikut berpartisipasi membagi pengalamannya selama menjadi bagian dari PSIBK seperti saat melakukan pendampingan maupun pengalaman saat berdinamika dengan teman-teman difabel.

Acara yang berlangsung dari pukul 11.00 – 14.00 WIB ini berlangsung dengan baik dengan menu  diskusi diselingi dengan permainan yang melibatkan seluruh peserta. Permainan ini dibuka dengan sesi perkenalan singkat menggunkan bahasa Inggris antar peserta secara bergantian untuk saling mengakrabkan dan saling berbagi. Kemudian, peserta dibagi menjadi dua kelompok besar tanpa memandang suku dan budaya. Permainan komunikata ini mengharuskan peserta saling memberikan pesan yang didapat dari kalimat yang diucapkan oleh orang pertama yang mendapat pesan. Dalam permainan ini terdapat peserta yang memiliki ranjau huruf yang diperolehnya, dan jika peserta tersebut mendapat salah satu huruf maka dalam pengucapan kalimat yang ingin dia sampaikan harus menghilangkan atau menyamarkan huruf yang terdapat dalam kalimat sesuai dengan ranjau huruf yang diperoleh masing-masing peserta. Permainan yang sarat akan makna ini mengajarkan banyak hal seperti bagaimana memahami apa yang diutarakan orang lain, menyampaikan pesan dengan baik meskipun terdapat rintangan, serta bagaimana berkolaborasi antar teman dengan baik.

Usai permainan berakhir, peserta diberi waktu istirahat kurang lebih 15 menit untuk mempersiapkan diri mengikuti diskusi bersama team PSIBK. Diskusi ini dibuka dengan  sharing  yang di buka oleh kepala PSIBK disusul rekan-rekan staf PSIBK yang juga memaparkan akun-akun media sosial dan berbagai kegiatan rutin PSIBK. Penayangan salah satu  video mengenai disabilitas turut menjadi bahan diskusi yang menggali pengalaman dan rasa ingin tahu dari para peserta diskusi yang hadir. Berbagai pertanyaan serta masukan menjadi lengkap dalam sesi ini mengenai disabilitas di Indonesia dan di luar negeri yang menjadi tolak ukur untuk melihat perkembangan disabilitas di ranah umum. Akhir dari diskusi ini mencoba untuk mengajak kita semua untuk turut bergerak menyuarakan suara teman-teman difabel. Hendaknya teman-teman difabel menjadi bagian penting yang harusnya diperhatikan semua pihak, terutama pemerintah dalam penyediaan akses disabilitas untuk fasilitas umum sehingga mempermudah akses mereka dimanapun berada. Acara ini ditutup dengan penyerahan penghargaan oleh kepala EEC  kepada kepala PSIBK beserta staff dan diakhiri dengan foto bersama oleh seluruh peserta.

 

(PSIBK, Maret 2019)

If you are in a situation where you are able to find a loan https://www.affordable-papers.net/ but don’t need to use your bank, then you need to consider applying for this kind of funding.

Launching PSLDa dan Seminar – Universitas Ahmad Dahlan

Seminar yang diadakan oleh Universitas Ahmad Dahlan (UAD) pada hari Kamis, 21 Maret 2019 bertempat di kampus 2B UAD. Seminar ini merupakan bagian dari rangkaian acara  launching Pusat Studi dan Layanan Difabel di  UAD. Pembicara yang dihadirkan dalam acara seminar ini adalah Prof. Dr. Edi Purwanto, M.Pd dan  Dr. Arif Maftuhir,M.Ag.,M.A.I.S. Peserta yang hadir pada acara ini diantaranya adalah dosen-dosen dari berbagai universitas, mahasiswa dari berbagai perwakilan program studi yang ada di UAD dan berbagai undangan dari lembaga-lembaga di universitas yang memiliki visi dan misi yang sama yakni memperjuangkan hak teman-teman yang memiliki kebutuhan khusus. Adapun tema yang diangkat pada acara seminar ini adalah “Akseptabilitas dan Asesabilitas Mahasiswa Berkebutuhan Khusus: Menuju Kampus yang Inklusif”.

Kampus Inklusif yang dimaksud adalah kampus yang mau menerima siswa-siswa yang difabel untuk mengikuti kuliah bersama secara reguler. Dalam hal ini dibuat penyetaraan antara orang yang difabel dengan mahasiswa yang lainnya. Dalam usaha menjadikan kampus yang inklusif banyak hal yang harus dipersiapkan diantaranya :

  1. Fasilitas yang ada harus memadai, dapat membantu mahasiswa yang difabel, sehingga mahasiswa tersebut memiliki fasilitas sesuai dengan kebutuhan mereka masing-masing yang dapat membantu mereka dalam mengikuti pembelajaran dan lain sebagainya.
  2. Mempersiapkan lingkungan yang dapat menerima mahasiswa difabel, contohnya adalah mahasiswa lain yang mampu menerima kekurangan yang dimiliki oleh mahasiswa yang difabel dan mampu membantu mereka dalam belajar maupun kegiatan lainnya.
  3. Tenaga pengajar yang mau mengajari mahasiswa difabel, dosen harus mampu menyesuaikan dengan mahasiswa difabel tanpa pandang bulu dengan mahasiswa lainnya. Dosen harus mampu merangkul setiap mahasiswa difabel dan mahasiswa lainnya.
  4. Media pembelajaran yang digunakan harus disesuaikan dengan kebutuhan dari setiap mahasiswa, dalam hal ini setiap kelas harus memiliki media yang dapat berpihak kepada semua mahasiswa.

Adapun tantangan yang akan dihadapi oleh berbagai universitas yang menerapkan kampus yang inklusif adalah:

  1. Tugas Akhir : dalam perkuliahan tentunya sudah tidak asing lagi dengan skripsi. Sesuai dengan aturan kurikulum yang berlaku, adanya skripsi tentu saja harus dalam bentuk tulisan, lalu bagaimana hal ini akan diterapkan bagi mahasiswa difabel. Jadi perlu pertimbangan kembali oleh universitas yang menyelenggarakan.
  2. Kebutuhan mahasiswa difabel tidak sama, mungkin para pendamping dapat membantu mahasiswa difabel dalam pembelajaran lalu bagaimana dengan keperluan-keperluan seperti ke toilet dan sebagainya.
  3. Mahasiswa difabel memiliki sikap yang berbeda-beda, ada yang memiliki motivasi yang baik tapi ada juga yang merasa dirinya tidak layak sehingga dibutuhkan waktu ekstra dalam mendampingi mahasiswa difabel.
  4. Terkadang mahasiswa difabel memilih program studi yang mungkin didalam prodi tersebut mereka akan mendapat tantangan yang lebih lagi. Contohnya mahasiswa yang tuna netra ingin mengambil program studi kimia.
  5. Banyak mahasiswa difabel yang tidak mengecap jenjang SD, SMP, SMA tetapi langsung kuliah dan kemudian akan menjadi sebuah kewalahan bagi universitas yang menerima mahasiswa tersebut.

Berdasarkan pengalaman dari Universitas Islam Negeri Yogyakarta yang sudah menerapkan kampus inklusif di lingkungan kampus, mereka sudah membuka pendaftaran mahasiswa difabel setiap tahunnya sebanyak 15 orang melalui jalur khusus. Jika ada mahasiswa difabel yang ingin mendaftar ke universitas, pihak universitas akan menanyakan kebutuhan apa yang harus dipersiapkan oleh kampus tersebut contoh pendamping bahasa isyarat, kursi roda dan lain sebagainya. Selain berbicara mengenai kebutuhan yang diperlukan oleh mahasiswa difabel, universitas biasanya juga memberitahukan fasilitas yang ada di program studi tersebut dan kembali mempertanyakan apakah mahasiswa difabel tersebut mampu mencapai pembelajaran dengan fasilitas yang diberikan.

Selain universitas-universitas yang sudah membuka diri untuk memberikan hak yang sama untuk siswa difabel, pemerintah juga sudah memberikan kesempatan bagi masyarakat yang difabel untuk mengembangkan diri diantaranya adalah dengan adanya bantuan bagi mahasiswa difabel yang memiliki keterbelakangan ekonomi berupa  beasiswa “Bidikmisi”. Hanya saja yang menjadi tantangan yang paling besar mengenai masyarakat difabel diantaranya  keluarga dan lingkungan sekitar, terkadang keluarga dan masyarakat tidak memberikan dorongan positif kepada teman-teman difabel melainkan mendiskriminasi teman-teman difabel.

MOTTO Universitas Islam Negri dalam hal ini ialah melalui HAM untuk setiap individu, Universitas Ahmad Dahlan berencana untuk menyetarakan hak yang ada antar manusia dengan tidak membedakan mahasiswa difabel dan nondifabel. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan pada anak difabel untuk mengenal dunia pendidikan dan merasakan kesetaraan untuk memperoleh pendidikan yang layak hingga perguruan tinggi.

 

(PSIBK, Maret 2019)

Kelas Bahasa Isyarat PSIBK

Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus (PSIBK) merupakan sebuah pusat studi yang berfokus pada pelayanan mahasiswa/i dengan disabilitas di bawah naungan Universitas Sanata Dharma. Sebagai salah satu wujud atensi kami terhadap dunia disabilitas di Yogyakarta, PSIBK menyelenggarakan Kelas Bahasa Isyarat (KBI) yang memberikan edukasi tentang bahasa isyarat dan budaya Tuli kepada siapapun yang tertarik mempelajarinya.
Kali ini, kami ingin sedikit mengulas sejarah awal diselenggarakannya KBI di Universitas Sanata Dharma. Pada tahun awal berdirinya PSIBK, Ibu Sylvi, salah satu Steering Committee (SC) PSIBK, memiliki keinginan mengundang juru bahasa isyarat pada perayaan ekaristi di Universitas Sanata Dharma dengan harapan dapat mempermudah saudara/i Tuli yang mengikuti misa. Belum sempat niatan tersebut terlaksana, para Steering Committee memutuskan mengundang juru bahasa isyarat untuk melatih bahasa isyarat khusus kepada para SC. Harapannya adalah para SC dapat meningkatkan pelayanannya selama berproses di PSIBK dan mengurangi kendala komunikasi dengan teman-teman Tuli dimanapun berada.

 

Saat itu, tahun 2014 menjadi tahun pertama diadakannya Kelas Bahasa Isyarat (KBI) sepanjang sejarah perkembangan Universitas Sanata Dharma. KBI khusus untuk para SC diselengarakan sebanyak 2 kali dengan level yg berbeda (Beginner dan Advance). Berdasar hasil evaluasi Bersama, KBI ternyata memberi makna dan manfaat mendalam bagi para SC. Selain dapat memberdayakan teman-teman Tuli (sebagai pengajar KBI), program ini dapat membantu menciptakan lingkungan inklusi di Universitas Sanata Dharma sesuai dengan ketetapan pemerintah. Singkat cerita, para student staff PSIBK (biasa disebut dengan Cepries) juga difasilitasi pembelajaran bahasa isyarat. Dampak positif dari lingkungan inklusi ini pertama kali dirasakan oleh Phieter Angdika, mahasiswa Tuli pertama di Universitas Sanata Dharma yang menempuh program studi Sastra Indonesia tahun ajaran 2017.

Secara tak langsung, KBI merubah paradigma terhadap teman Tuli. Perspektif negatif terhadap teman Tuli dan disabilitas perlahan semakin memudar. Hal ini terbukti dari banyaknya mahasiswa/i Universitas Sanata Dharma yang mendaftarkan diri sebagai student volunteer di PSIBK untuk ikut serta berbagi kepedulian kepada Phieter Angdika dan teman disabilitas lainnya. Tugas utama dari student volunteer adalah mendampingi teman Tuli saat pembelajaran di kelas berlangsung dan mengetikkan penjelasan yang disampaikan dosen menggunakan laptop. Manfaat substansial lain dari KBI adalah mempermudah komunikasi antara student volunteer dan juga teman Tuli. Komunikasi antar keduanya tidak melulu melalui media laptop, namun juga melalui bahasa isyarat yang relatif lebih efisien. Winning, salah satu student volunteer PSIBK, mengatakan bahwa ia tak akan bisa mendampingi Phieter semudah dan semenyenangkan ini jika dia tidak dibekali dengan pengetahuan bahasa Isyarat dan budaya Tuli (KBI) sebelumnya.

Sejak tahun 2017 tersebut, kabar tentang Kelas bahasa Isyarat tersebar ke seluruh penjuru kampus dan memiliki banyak peminat. Para SC dan juga Cepries kemudian mempersiapkan KBI untuk kalangan intern Universitas Sanata Dharma. Persiapan tersebut membutuhkan waktu cukup lama, mulai dari perekrutan teman-teman Tuli sebagai instruktur bahasa Isyarat, penyebaran iklan dan informasi, dan pengadministrasian peserta, dan berbagai macam hal lainnya. Di awal tahun 2018 (Februari-Juni), PSIBK resmi membuka empat kelas regular (tiga kelas beginner, satu kelas advanced) untuk kalangan intern Universitas Sanata Dharma, serta satu kelas khusus SC dan Cepries. Selanjutnya pada semester ganjil (September-Desember 201, kami membuka lima kelas regular (tiga kelas beginner dan dua kelas advanced). Jumlah peserta maksimal dalam satu kelas adalah 20 orang.

 

 Setelah resmi dibuka tahun lalu, KBI yang diselenggarakan oleh PSIBK semakin berkembang dan diminati oleh berbagai kalangan luar Universitas Sanata Dharma. Banyaknya peminat KBI membawa kami pada pertimbangan membuka Kursus Bahasa Isyarat untuk umum di tahun 2019 ini. Ibu Laura selaku Kepala PSIBK berharap agar pelaksanaan KBI di waktu selanjutnya semakin berkembang dan semakin banyak peserta yang mendaftar. Yuk ikut KBI di Universitas Sanata Dharma tahun ini! Ikuti social media kami supaya tidak ketinggalan informasi ya 😊

 

(PSIBK, Februari 2019)

PSIBK Hadiri RAD Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak Disabilitas

Undang-Undang tentang disabilitas telah lama disusun serta disahkan dengan tujuan mengangkat kesejahteraan warganya. Sayangnya, banyak poin Undang-Undang belum terlaksana dan menjadi keresahan bagi kaum disabilitas maupun kelompok peduli disabilitas di Indonesia.

Jumat (2/11/18), bertempat di Kantor Komite Disabilitas DIY, Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus (PSIBK) Universitas Sanata Dharma turut berpartisipasi dalam rapat Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) tentang Perlindungan dan Pemenuhan Hak-Hak bagi Penyandang Disabilitas. Tak hanya itu, pertemuan ini juga mendiskusikan rencana Perubahan Perda DIY No. 4 Tahun 2012.

Menjadi suatu kebanggaan tersendiri bagi PSIBK bisa mengikuti pertemuan yang dihadiri oleh perwakilan komite difabel di kabupaten/kota di DIY serta lembaga peduli disabilitas yang lain. Drs. Setia Adi Purwanta, M.Pd. selaku ketua komite memaparkan bahwa pertemuan ini diselenggarakan karena para difabel belum merasakan perubahan  signifikan setelah disahkannya UU disabilitas. Sebagai contoh, sistem inklusi seharusnya dilaksanakan serentak oleh seluruh sekolah, perguruan tinggi, bahkan perusahan di Indonesia. Namun kenyataannya, banyak lembaga yang belum menerapkan sistem tersebut dan menolak murid atau karyawan disabilitas. Teman-teman difabel merasa bahwa diskriminasi masih terus terjadi di lingkup pendidikan maupun pekerjaan. Beliau berharap agar RAD dapat segera terselesaikan dan membawa perubahan positif terhadap pemenuhan hak para difabel.

Berdasarkan hasil keputusan bersama, komite DIY akan mengadakan pertemuan rutin tiap bulan untuk menampung seluruh aspirasi dari masing-masing lembaga serta beberapa komite kabupaten/kota. Komite kabupaten/kota akan didorong untuk turut menyelenggarakan pertemuan terkait isu-isu disabilitas. Sedangkan lembaga-lembaga ditugaskan untuk fokus membahas kebutuhan dari masing-masing konsentrasi. PSIBK bersama dengan pusat studi di beberapa perguruan tinggi di Yogyakarta-pun akan bekerja sama untuk fokus pada pendampingan serta penelitian tentang pendidikan para difabel.

(PSIBK, November 2018)

PSIBK USD Rayakan Ulang Tahun ke-9

HUT PSIBK ke-9

Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus (PSIBK) Universitas Sanata Dharma (USD) menyelenggarakan acara untuk memperingati ulang tahun PSIBK yang ke-9 di Kampus 1 USD. Acara yang diadakan pada 18 Juli 2018 ini dihadiri oleh Rektor USD, Wakil Rektor I USD, Dekan Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan USD, beberapa dosen USD, dan mahasiswa. Acara dimulai pukul 11.45, dibuka dengan sambutan oleh Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. selaku Rektor USD. Dalam sambutannya, Rektor menyatakan bahwa USD harus lebih siap dalam menerima mahasiswa difabel.

Acara selanjutnya adalah sambutan oleh Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan USD, kemudian sambutan oleh Kepala PSIBK Laurensia Aptik Evanjeli, M.A.  Kepala PSIBK berharap adanya dukungan dari berbagai pihak agar di kemudian hari PSIBK USD dapat membantu mahasiswa dengan disabilitas. Pada acara ini juga diputarkan video yang berisi ucapan selamat ulang tahun dari pihak-pihak yang selalu mendukung PSIBK USD dalam berkarya. Kemudian acara dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh Kepala PSIBK sebagai simbol perayaan ulang tahun.

Acara pun diakhiri dengan dengan santap siang bersama sambil melihat foto-foto kegiatan yang dilaksanakan oleh PSIBK USD selama beberapa tahun terakhir. Monica Crismacentia Vianny selaku cepries (student staff) di PSIBK berharap di ulang tahun yang ke-9 ini PSIBK USD dapat semakin mengembangkan sayapnya dan mempererat tali persaudaraan baik di lingkup universitas maupun dengan komunitas atau lembaga yang berfokus pada kepedulian disabilitas.

Kunjungan PSIBK ke PSLD (Pusat Studi dan Layanan Disabilitas) Universitas Brawijaya, Malang

Pusat Studi Individu Berkebutuhan Khusus (PSIBK) Universitas Sanata Dharma mendapatkan kesempatan untuk mengunjungi Pusat Studi dan Layanan Disabilitas (PSLD) Universitas Brawijaya. Kunjungan berlangsung pada Selasa (31/7/2018) di Rumah Layanan Disabilitas, Universitas Brawijaya. Pertemuan ini diawali dengan sambutan hangat oleh Tika Ratna Sari selaku staf administrasi kesekretariatan PSLD. Berbagai pertanyaan diajukan oleh Laurensia Aptik Evanjeli, M.A. selaku kepala PSIBK kepada Tika terkait Seleksi Program Khusus Penyandang Disabilitas (SPKPD). Program ini adalah seleksi khusus penerimaan masuk mahasiswa Universitas Brawijaya bagi individu dengan disabilitas. Tika memaparkan bahwa proses seleksi ini terbilang cukup lama dibandingkan seleksi reguler mahasiswa baru. Hal ini dikarenakan calon mahasiswa perlu melalui beberapa tahap antara lain: administrasi, psikotes, simulasi kelas, serta wawancara.

Kemudian Tika mengajak mengikuti pelatihan bahasa isyarat bagi dosen-dosen Universitas Brawijaya dengan materi mengenai budaya tuli dan budaya dengar, serta kosakata-kosakata yang sering ditemukan pada perkuliahan bertempat di Gedung Layanan Bersama, Pusat Pengembangan Blended Learning, Universitas Brawijaya.

Setelah melihat dinamika pengajaran yang dilakukan oleh mahasiswa tuli bersama dosen-dosen Universitas Brawijaya, tim PSIBK berjumpa dengan Ketua PSLD di Rumah Layanan Disabilitas. Fadillah Putra, S.Sos., M.Si., M.PAff., Ph.D., Ketua PSLD, menyambut hangat tim PSIBK serta menceritakan berbagai hal terkait PSLD. Fadillah menyampaikan bahwa berdirinya PSLD tidak terlepas dari adanya dukungan dari berbagai pihak, sehingga PSLD dapat berkembang hingga saat ini. Berdirinya PSLD berawal dari sebuah pertanyaan sederhana dari salah satu alumni Universitas Brawijaya yang bertanya, dimanakah mahasiswa dengan disabilitas selama ini? Berbekal dari rasa ingin tahunya, hasil pencarian mahasiswa tersebut berupa solusi bahwa bukan saatnya universitas menunggu mereka datang, melainkan universitas yang membuka kesempatan bagi mahasiswa dengan disabilitas untuk mengenyam pendidikan tinggi.

Setelah berbincang-bincang cukup lama dengan Fadillah, tim PSIBK menyerahkan kenang-kenangan dari PSIBK kepada PSLD dan sebaliknya.

Setelah istirahat siang,  tim PSIBK mendapatkan kesempatan untuk berbincang-bincang dengan dua orang mahasiswa Tuli yang sedang berkumpul di Ruang Mahasiswa Disabilitas. Mahasiswa tersebut mengutarakan kesan dan pengalaman yang dirasakan oleh para mahasiswa dengan disabilitas di Universitas Brawijaya. Fikri dan Rieka, perwakilan mahasiswa Tuli, menyampaikan bahwa pelayanan yang disediakan oleh PSLD sangat membantu kegiatan perkuliahan.

Perbincangan selanjutnya dilakukan antara tim PSIBK dengan Sulistyowatik, selaku staf administrasi pendampingan PSLD. Sulis menyampaikan salah satu kendala yang sering terjadi di PSLD adalah sulitnya mencari pendamping dan mengatur jadwal pendampingan. Kendala tersebut dirasakan karena PSLD mengalami kesulitan dalam memfasilitasi mahasiswa dengan disabilitas melalui ketersediaan pendamping yang memadai dari segi waktu dan keterampilan pendampingan.