AKTUALITA

Misa Pembukaan Tahun Ajaran 2022/2023 Dan Studium Generale


Pada hari Jumat (19/08/2022), seluruh civitas akademika Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta merayakan bersama-sama misa pembukaan tahun ajaran 2022/2023. Perayaan misa ini dilaksanakan di Kapela Seminari Tinggi Kentungan dan dipimpin oleh Rm. CB. Mulyatno, Pr sebagai selebran utama bersama Rm. Francis Purwanto SCJ, Rm. Y. Subali, Pr, Rm. D. Bismoko Mahamboro, Pr, Rm. E Martasudjita Pr, Rm. Bernardus Dirgaprimawan SJ, dan Rm B. S. Octavianus Timmerman, MSF. 

Setelah Misa seluruh Civitas Akademika Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengikuti acara Lectio Brevis dan Studium Generale. Lectio Brevis disampaikan oleh Romo CB. Mulyatno, Pr selaku Dekan Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Ia menyampaikan bahwa sangat penting untuk mengedepankan kolaborasi, integrasi, dan berkontribusi di Fakultas Teologi Wedhabakti (FTW). 

Semangat gotong royong hendaknya menjadi cita-cita bagi semua mahasiswa FTW dalam usaha untuk menjadi manusia yang utuh. Semangat kontribusi juga hendaknya menjadi semangat untuk melakukan sesuatu bagi Fakultas. Untuk itu diperlukan pengoptimalan sumber daya yang ada di fakultas.
Pengoptimalan itu yang akan membantu Fakultas menjadi tempat yang baik dalam mengembangkan kemanusiaan semua warga FTW. FTW ingin menjadi pelayan yang selain pelayan internal juga pelayan eksternal.

Selain itu, Rm. Mulyatno juga menyampaikan bahwa akan ada dosen baru yakni Rm. Dr. Bernardus Dirgaprimawan, SJ, Rm. Dr. Boby Steven Octavianus Timmerman, MSF, dan Rm, Dr, Martinus Joko Lelono, Pr. 

Setelah acara Lectio Brevis selesai acara dilanjutkan dengan Studium Generale. Studium Generale diisi oleh Romo Profesor Eddy Kristiyanto, OFM. Studium Generale kali ini bertemakan “Menafsirkan Sejarah Reformasi 1998 dan Menegaskan Identitas”.

Menurut Rm. Edi, membaca peristiwa adalah menafsirkan sejarah. Sejarah menurutnya juga bukan semata-mata ilmu spekulatif. Sejarah menurutnya adalah ilmu deskriptif. Penafsiran yang ada tergantung pada cara dan siapa yang menafsirkannya. Untuk itu diperlukan berbagai macam sumber guna menambah studi penafsiran yang valid. 

Ia juga menyinggung mengenai peranan Gereja. Gereja yang adalah paguyuban orang beriman hendaknya menampilkan nilai-nilai yang ada di tengah-tengah dunia yang penuh “pembusukan”.  Diperlukan formatio kebatinan, jiwa dan kehendak yang baik untuk mengaplikasikan peranan itu. Gereja juga perlu kritis terhadap dogma. Bisa saja dogma tidak sejalan dengan sejarah. Pada bagian penutup Rm. Edi mengatakan bahwa sesungguhnya masa lalu yang sudah kita lalui belumlah terungkap semuanya. 

Seluruh rangkaian acara ditutup dengan doa penutup dan setelah itu setiap tingkat dari tingkat I sampai IV mengadakan pertemuan bersama dosen yang menjadi wali tingkatnya. (Hendrik Cahyono).
 

  Kembali
Lihat Arsip