AKTUALITA

WEBINAR: 8 April 2022 Goreskan Penamu ! Memperjuangkan Nilai-Nilai Injili Melalui Karya Sastra

April 22
Fakultas Teologi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta kembali mengadakan seminar bulanan secara daring (webinar) pada hari Jumat, 8 April 2022 pukul 16.00-19.00 WIB. Webinar yang diikuti oleh seluruh mahasiswa sarjana (S1) FTW ini mengangkat tema “Goreskan Penamu !: Memperjuangkan Nilai-Nilai Injili Melalui Karya Sastra.” Narasumber webinar ini adalah Ayu Utami, Sastrawan, Novelis, Aliansi Jurnalis Independen dan Komunitas Utan Kayu dan Nazarius Sudaryono, Penggerak dalam bidang Sastra Panggung. Selain itu, webinar yang dilaksanakan melalui aplikasi Zoom Meeting dan disiarkan secara live streaming melalui kanal YouTube TheoTalk ini dimoderatori oleh Fr. Christian Hofer Pakpahan, SCJ.
April 22
            Dalam pemaparannya Ibu Ayu mengisahkan tentang khazanah sastra modern di Indonesia. Menurutnya sastra modern sudah mengalami perkembangan sesuai konteks zaman dari yang menulis menggunakan model lama yaitu pena beralih ke model baru yang lebih modern yaitu melalui digital. Untuk masuk ke dalam sebuah karya sastra, ibu Ayu memberikan berberapa contoh karya sastra modern berbentuk puisi dari Chairil Anwar, Muhammad Yamin, Amir Hamzah, dan Goenawan Mohamad. Terkait dengan hubungannya dengan nilai-nilai injili, Ibu Ayu menjelaskan bahwa karya sastra modern justru bukan terletak pada petuah-petuah dan ajaran-ajaran dogmanya akan tetapi pada pengalaman kongkret manusia berkaitan dengan kemanusiaan. Sebagai penutup, Ibu Ayu mengharapkan bahwa pengalaman kemanusiaan apabila dilakkukan secara tulus berdasarkan nilai-nilai Injili maka akan menghasilkan suatu karya pengalaman yang artistik dan estetik.
Aoril 22
Melanjutkan diskusi dalam webinar kali ini, Bapak Nazar membagikan pengalaman dan kegelisahannya pada masih muda terkait dengan kerinduannya untuk mencecap kembali pengalaman menjadi manusia "lumrah". Menurutnya, kegelisahan untuk menjadi manusia lumrah mengajak setiap manusia agar bisa berempati, bersimpati, dan berbelarasa dengan melihat realitas keseharian umat/masyarakat secara lebih kongkret. Upaya-upaya tersebut bertujuan untuk membantu umat beriman dapat merasakan dan menghayati iman secara lebih dinamis. Selain itu, Bapak Nazar juga mengatakan bahwa perlunya membangun lingkaran atau ruang sosial sebagai tempat berbagi pengalaman keseharian yang mengesan serta menemukan gagasan atau insight yang didapat sebagai prima cerita. Untuk masuk ke dalam sebuah prima cerita, Bapak Nazar memberikan contoh tentang proses pembuatan karya seni teater yang mencoba menjawab kegelisahan beliau pada saat itu terhadap pandangan atau realitas kemanusiaan yang terjadi dalam kehidupan yang senyatanya. (Adi Dharma)

  Kembali
Lihat Arsip