AKTUALITA

Biografi Rm Wim Van Der Weiden, MSF

Civitas academica Fakultas Teologi kehilangan salah satu dosen senior yang mewarnai sejarah awal mulainya pendidikan teologi di Yogyakarta ini. Rm. Wim van der Weiden MSF berpulang di usia 81 tahun pada tanggal 27 November 2017.



Rm. Wilhelmus van der Weiden lahir di Waalwijk-Belandan pada tanggal 5 April 1936. Beliau mengikrarkan kaul pertama sebagai Misionaris Keluarga Kudus (MSF) di Nieuwerk, Belanda, pada tanggal 8 September 1955. Setelah menjalani studi dan formasi, ia mengikrarkan kaul kekal di Oudenbosch, Belanda, pada tanggal 8 September 1958 dan tahbisan imamat diterimanya pada tanggal 23 Juli 1961 di Oudenbosch, Belanda.  

Riwayat Karya

Selain bertugas sebagai pengajar Kitab Suci di Yogyakarta dari tahun 1969 s/d 2015, beliau telah dipercaya untuk menjalankan berbagai tugas seperti: Superior Propinsial MSF Jawa dari tahun 1974 hingga 1976, Wakil Ketua MASI (1975), Wakil Ketua Dewan Penyantun IFT (1977), Dekan Teologi IFT (1979), anggota Badan Pengurus LBI (1982), Superior Jenderal Kongregasi MSF selama dua periode (1995 – 2007). Rm. Wim, demikian ia akrab dipanggil, mendedikasikan hidupnya untuk mendalami Kitab Suci sedari usia muda. Ia menyelesaikan studi teologi di Universitas Kepausan Gregoriana – Roma, pada tahun 1963. Dari tahun 1963 hingga tahun 1966, ia mendalami studi Kitab Suci di Institut Kepausan Biblicum - Roma sampai menyelesaikan program licenciat. Beliau terus menjalankan studi doktorat di institut yang sama. Dari tahun 1966 sampai 1967, Rm. Wim mengadakan pendalam Kitab Suci ke Yerusalem (PIB) dan Paris (Institut Catholique). Pada akhir tahun 1968, ia menyelesaikan studi doktorat untuk Kitab Suci di Institut Biblicum - Roma.  Beberapa saat sebelum menyelesaikan program doktoratnya, beliau menerima tawaran untuk mengajar di sebuah universitas ternama di Eropa. Ia menjawab bahwa, di sana untuk mencari pengajar handal Kitab Suci tidak sulit; tetapi untuk mendapat seorang pengajar Kitab Suci di Indonesia, siapa mau pergi? Beliau memilih Indonesia sampai akhir hayatnya. Tepat sebulan sebelum ia mempertahankan disertasinya, Rm. Wim mendapatkan hadiah pada malam pesta Santo Nikolaus. Hadiah itu berasal dari Bapak Kardinal Justinus Darmojuwono: sebuah permintaan untuk mengajar Kitab Suci di IFT (sekarang bernama Fakultas Teologi Wedabhakti) Kentungan, Yogyakarta. Beliau memaknai permintaan tersebut sebagai salah satu hadiah terindah dalam hidupnya. Dengan pergi dan bertugas ke Yogyakarta ini, ia sudah akan tiba di “Tanah Misi” yang telah ia impikan sejak masa kecilnya. Pada bulan Oktober 1969, Rm. Wim van der Weiden tiba di Indonesia. Sejak dari awal kehadirannya di Indonesia, ia segera mulai mengajar Kitab Suci di Institut Filsafat dan Teologi (IFT) pada saat itu. Beliau menekuni tugasnya mengajar di sana sampai tahun 2015. Beliau demikian bahagia menjalankan tugas sebagai dosen Kitab Suci di situ dan di berbagai pulau di Indonesia. Sedemikian besarnya suka cita sebagai pengajar, ia menuturkan dalam buku “Rekam Jejak Kawula Werda MSF” (2004): “Tidak satu hari pun saya menyesal bahwa saya telah datang ke sini. Tidak selalu enak, tidak selalu mudah, tetapi tahun-tahun di sini merupakan tahun yang paling bahagia dari hidupku. Memberi kuliah merupakan suatu kesenangan, setiap hari kembali.” Jalan hidupnya, Tuhanlah yang memilih. Awalnya, Rm. Wim ingin menjadi seorang pater di tanah misi; tapi Tuhan menghendaki dia menekuni Kitab Suci dan membantu ribuan orang menekuni Kitab Suci. Tuhanlah yang memilih Rm. Wim untuk Indonesia untuk. Benar sekali motto tahbisannya “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap” (Yoh 15:16). Di tahun ia merayakan pesta emas imamatnya, ia melihat bahwa buah melimpah itu nyata. Saat itu, ia menceritakan bahwa sampai tahun itu ia sudah mengajar sekitar dua ribu calon imam, tiga puluh calon uskup, dan satu calon kardinal.  Begitu besar suka citanya untuk mengajar dan ini dia imbangi dengan sikap belajarnya. Rm. Wim ingat betul kata-kata Paus Yohanes XXIII yang pernah berkata kepadanya agar ia terus menerus belajar, sebab seorang dosen pengajar Perjanjian Lama nanti ia akan cepat menjadi tua kalau tidak terus belajar.  

Riwayat Akhir

Sejak beberapa tahun terakhir ini, kesehatan Rm. Wim mengalami penurunan  dan beliau banyak mengurangi aktifitasnya, termasuk kebiasaan berjalan kaki dan bersepeda. Pada tahun lalu kesehatannya sangat menurun. Beberapa waktu yang lalu beliau mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Elisabeth Semarang. Setelah membaik, ia minta kembali ke Yogyakarta. Kurang dari seminggu di Yogyakarta, tepat pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam, Minggu tanggal 26 November 2017, pukul 07.50, Rm. Wim van der Weiden MSF dipanggil Tuhan pada usia 81 tahun di Biara Nazareth, Skolastikat MSF Jogjakarta. (Emanuel Aji MSF)    

  Kembali
Lihat Arsip