AKTUALITA

Kampus Kok Sepi?

Baru saja matahari bertahta di pucuk biru langit. Jarum jam di angka duabelas juga semakin mengeraskan suara detiknya. Beberapa daun seperti enggan lagi terjatuh, takut mengganggu keheningan lingkungan sekitarnya. Kampus Teologi namanya. Mereka tidak sedang UAS, tetapi kesunyian UAS nyatanya selalu dijamu sejak siang. Ya, lazimnya tidak ada lagi aktivitas perkuliahan sejak tengah hari. Kok bisa? Universitas Sanatha Dharma memiliki lima kampus yang tersebar di berbagai tempat yang berbeda di Yogyakarta. Dari kelima kampus itu terdapat satu kampus di antaranya yang jarang dikenal, yaitu kampus IV yang terdapat di Jalan Kaliurang Km. 7. Jika yang terlintas di benak Anda mengenai fakultas adalah tempat perkuliahan dan tempat kegiatan mahasiswa yang aktif hingga malam hari, Anda keliru. Kampus ini menjalankan perkuliahan secara efektif hingga siang hari saja. Namun kegiatan belajar masih terus terintegrasi dalam rumah studi para mahasiswanya. Menurut Conny R. Semiawan, pendidikan tinggi antara lain berfungsi untuk mempersiapkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki perilaku, nilai dan norma sesuai sistem yang berlaku sehingga mewujudkan totalitas manusia yang utuh dan mandiri sesuai tata cara hidup bangsa. Semantara kampus menjadi sarana yang mendukung segala bentuk kegiatan dan tujuan pendidikan tinggi itu. Maka di berbagai kampus yang sudah dikenal secara umum, kegiatan mahasiswa di kampus biasanya selalu padat, hingga malam hari. Berbeda dengan kampus IV USD yang memiliki latar belakang mahasiswa yang berbeda dari biasanya, namun tidak berarti perkuliahan tidak berjalan efektif. Mahasiswa FT USD sebagian besar terdiri dari para frater, biarawan dan biarawati yang menempuh S1 Filsafat Divinitas atau program Magister Teologi di USD, sekaligus meraih gelar Bachelor of Sacred Theology di Pontifical Faculty of Theology Wedhabakti. Artinya terdapat dua gelar yang berbeda dalam program studi yang dijalankan secara bersamaan; gelar akademis formal dan gelar akademis gerejawi (ecclesiastical degree). Dalam rangka inilah, tuntutan mahasiswa Teologi menjadi berbeda dengan mahasiswa pada lazimnya. Mahasiswa Teologi sebagian besar berasal dari biara atau seminari yang terikat dengan jadwal dan kegiatan di komunitas mereka masing-masing. Pendidikan di FT USD sendiri adalah bagian integral tak terpisahkan dengan proses pendidikan di seminari atau biara (konvik). Perkuliahan berjalan seperti biasanya hingga siang hari, tetapi ketika mereka pulang bukan berarti mereka tidak belajar lagi. Mereka masih meneruskan kegiatan belajar pribadi atau diskusi kelompok di konvik. Konvikpun biasanya menyediakan fasilitas belajar yang mendukung bidang studi sebagaimana terdapat di kampus seperti perpustakaan, akses internet, sarana diskusi dan pengembangan, dll. Hal inilah yang membuat kampus IV ‘sepi sebelum waktunya’. Mereka sudah sangat terfasilitasi untuk bisa belajar di konvik mereka masing-masing. Bagaimana dengan mahasiswa non-konvik? FT USD juga memiliki mahasiswa awam. Prinsipnya, belajar teologi tidak harus digeluti oleh calon pastor saja. Nyatanya terdapat juga awam yang tertarik mendalami ilmu teologi untuk hidup mereka, toh hal tersebut sah-sah saja. Dalam perkuliahan, mereka mendapatkan perlakuan yang sama dengan para frater (calon Imam). Yang membedakan hanyalah gelar yang diterima, yaitu gelar akademis formal saja. Jadi mereka mengikuti ritme belajar yang ada dengan mengandaikan tanggungjawab pribadi untuk bisa belajar mandiri selepas kuliah formal. Kampus harus ramai? Tidak juga. Yang terpenting adalah efektifitas mahasiswa dalam memanfaatkan sarana perkuliahan sebaik mungkin. Maka jika ingin meramaikan kampus IV, marilah datang! ** (Virdi Mubin SCJ)

  Kembali
Lihat Arsip