Kolom

Sembilan Tokoh yang Layak Disebut Pahlawan Bahasa Indonesia

15-11-2021 07:40:25 WIB 

Sepuluh November yang lalu, Indonesia baru saja merayakan Hari Pahlawan Nasional. Selalu menjadi pertanyaan bagi saya, mengapa dalam peringatan hari pahlawan, hanya terpampang beberapa wajah pahlawan yang bisa dibilang “itu-itu saja?” 

Memang, dalam sejarahnya, 10 November 1945 merupakan puncak pertempuran Surabaya. Akan tetapi, bukankah 10 November kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan Nasional yang berarti merupakan hari peringatan semua tokoh yang berperan bagi kemerdekaan bangsa ini? Baik kemerdekaan secara fisik, batin, geografis, pun linguistik.

Lantas, apakah pahlawan merupakan mereka yang berjuang dengan mengangkat senjata saja? Dalam artikel ini, saya mencoba merangkum beberapa tokoh yang layak disebut sebagai pahlawan bagi bahasa Indonesia.

 

1. Sutan Takdir Alisjahbana (STA)

STA lahir di Mandailing Natal pada 11 Februari 1908. Ia merupakan keturunan kerajaan Indrapura dari garis ibu. Ia mengenyam pendidikan Hoogere Kweekschool (HKS) di Bandung, kemudian mendapatkan gelar Dr. Honoris Causa dari Universitas Indonesia dan Universitas Sains Malaysia.

Ia pernah menjadi seorang guru, namun itu tak bertahan lama karena ketidaksabarannya terhadap para muridnya. Alhasil, ia kemudian melamar ke Balai Pustaka dan diterima menjadi redaktur pada bagian buku.

Pada 1933, pertemuannya dengan Armijn Pane dan Amir Hamzah menjadi cikal bakal kelahiran majalah Pujangga Baru. STA menjabat sebagai ketua komisi Bahasa selama pendudukan Jepang. Ia melakukan modernisasi bahasa Indonesia sehingga dapat menjadi bahasa nasional yang menjadi pemersatu bangsa. STA merupakan orang pertama yang menulis Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia pada 1936.

Ia juga merupakan pelopor Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo. Salah satu karya terpentingnya adalah novel Layar Terkembang yang diterbitkan pada tahun 1937. STA juga dikenal galak dalam berpendapat, bahkan polemik kebudayaan yang ia mulai disebut oleh Balai Pustaka sebagai “Pergulatan Pemikiran Terbesar dalam Sejarah Kebangsaan Indonesia”

 

2. W.J.S Poerwadarminta

Pak Poerwa (sapaan akrab beliau) lahir di Yogyakarta pada 12 September 1904. Ia merupakan seoramg lulusan Normaalschool yang pada zaman itu dipandang sebelah mata. Lulusan Normaalschool seringkali dibandingkan dengan lulusan Kweekschool yang lebih sejathera.

Ia sering mendapat ejekan dari orang di sekitarnya, namun ejekan itulah yang kemudian memantiknya untuk mengikuti banyak kursus bahasa asing. Akan tetapi, minatnya hanya pada filsafat dan Bahasa Belanda.

Untuk melatih keterampilannya bicara bahasa asing, ia menjadi guide di Kraton Yogyakarta. Semua ketekunannya berbuah hasil, ia mendapat tawaran mengajar bahasa Melayu di Jepang dan dari sanalah, kamus demi kamus berhasil disusun oleh Beliau.

Pak Poerwa merupakan salah satu leksikograf terbaik yang pernah dilahirkan bangsa ini. Salah satu karyanya adalah Kamus Umum Bahasa Indonesia yang diterbitkan pada 1954 oleh Lembaga Penyelidikan Bahasa dan Kebudayaan Universitas Indonesia dan dianggap sebagai awal sejarah leksikografi Bahasa Indonesia.

 

3. Mohammad Tabrani Soerjowitjitro

M. Tabrani lahir di Pamekasan, Madura pada 10 Oktober 1904. Ia merupakan lulusan MULO dan OSVIA. Ia adalah seorang wartawan.

Peristiwa terpenting mengapa Tabrani sungguh layak menjadi salah satu pahlawan Bahasa Indonesia terjadi saat Kongres Pemuda 1 pada 2 Mei 1926. Mohammad Yamin mengusulkan kalimat Kami poetra dan poetri Indonesia menjoenjoeng Bahasa Persatuan Bahasa Melajoe.

Mohammad Tabrani adalah tokoh yang menentang usulan tersebut karena baginya, bahasa bangsa Indonesia adalah Bahasa Indonesia bukan Bahasa Melayu. Dalam autobiografinya, Tabrani mengatakan bahwa Yamin naik pitam dengan alasan “Tabrani menyetujui seluruh pikiran saya, tetapi kenapa menolak konsep usul resolusi saya? Lagipula yang ada bahasa Melayu bukan bahasa Indonesia. Tabrani menanggapi dengan mengatakan bahwa ia tetap pada pendiriannya bahwa bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia. Jika belum ada, maka harus dilahirkan dari kongres ini.”

 

4. Anton Moeliono

Beliau merupakan lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Dilansir dari Narabahasa.id, Pak Anton merupakan orang yang menemukan padanan kata “pencakar langit”, “nirlaba”, “jalan layang”, dll.

Ia juga merupakan tokoh yang mencetuskan adanya Ejaan Lama yang Disempurnakan (EYD). Ia melahirkan banyak karya bagi  perkembangan Bahasa Indonesia, seperti Pedoman Umum Pembentukan Istilah (1975), Aspek Teoretis dalam Penerjemahan (1997), dan Beberapa Aspek Masalah Penerjemahan ke Bahasa Indonesia (1997). Bahkan saat Ia memimpin Pusat Bahasa, terbitlah untuk pertama kalinya Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988).

 

5. Gorys Keraf

Gorys Keraf merupakan ahli linguistik Indonesia. Ia sungguh berjasa bagi perkembangan Bahasa Indonesia melalui karya-karyanya soal Tata Bahasa Indonesia. Beberapa karya adalah Tata Bahasa Indonesia  (1970), Komposisi (1980), Diksi dan Gaya Bahasa (1981), Eksposisi dan Deskripsi (1981),  Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia untuk Tingkat Pendidikan Menengah (1991), dan Linguistik Bandingan Tipologis (1990).

 

6. Soewandi

Beliau merupakan Menteri Pendidikan dan Pengajaran pada kabinet Sjahrir III. Pada saat menjabat sebagai menteri inilah ia mengeluarkan ejaan Republik Indonesia, menggantikan Ejaan van Ophuysen. Salah satu perbedaannya terdapat pada penggunaan ‘oe’ diganti dengan ‘u’. Kelahiran Ejaan Soewandi ini tak hanya untuk menyempurnakan ejaan yang sebelumnya, namun juga berfungsi untuk menghilangkan citra Belanda dalam bahasa Indonesia.

 

7. Koewatin Sasrasoeganda

Beliau merupakan tokoh pribumi pertama yang menulis tata bahasa Melayu dalam bahasa Melayu dengan tradisi Yunani-Latin-Belanda. Salah satu karyanya yang terpenting adalah Kitab jang Menjatakan Djalan Bahasa Melajoe yang menjadi buku pegangan pengajaran Bahasa Indo-Melayu pada masanya.

Ia memperkenalkan kelas kata dalam Bahasa Melayu: perkataan pekerjaan, perkataan nama benda, perkataan kata sifat, perkataan bilangan, perkataan pengganti nama, perkataan tambahan, perkataan pengantar, perkataan penghubung, perkataan penyeru.

 

8. J.S Badudu

Dapat dipastikan sewaktu menempuh pendidikan sekolah dulu, nama ini pasti pernah didengar oleh semua orang. Ia mendapat julukan sebagai pendekar bahasa karena keberaniannya mengkritik penggunaan kata “daripada” yang salah.

Jasanya bagi perkembangan Bahasa Indonesia tak hanya tercermin dari karya fisik berupa buku dan makalah saja, namun juga dalam tayangan televisi. Pada tahun 1970-1980, beliau tampil dalam siaran di TVRI “Pembinaan Bahasa Indonesia”  Karya-karya beliau adalah: Morfologi Bahasa Indonesia Lisan dan Morfologi Bahasa Indonesia Tulisan.

 

9. Madong Lubis

Tak seperti tokoh lainnya, agak sulit untuk mencari kiprah perjalanan karier linguistik Madong Lubis. Dilansir dari Narabahasa.id, beliau memajukan Bahasa Indonesia dari lirik-lirik lagu yang ia gubah. Karyanya Taman Kesoema digunakan sebagai bahan ajar di sekolah rendah.

Salah satu karyanya yang terkenal adalah lagu anak yang berjudul Layang-Layang. Selain itu, beliau juga merupakan anggota panitia dan pembicara dalam seksi D yang bertopik ”Bahasa Indonesia dalam Pergaulan Sehari-hari”. Beliau juga merupakan salah satu tokoh kebahasaan  ternama di Sumatera Utara.

 

Demikianlah 9 tokoh yang dapat disebut sebagai pahlawan Bahasa Indonesia. Mereka memang tidak pernah mengangkat senjata, namun perjuangannya dalam menjadikan Indonesia memiliki bahasa sendiri yakni bahasa Indonesia adalah perjuangan heroik yang layak dikenang dan juga dipertahankan, sama seperti perjuangan tiap pahlawan yang lain, tugas kita adalah mempertahankan kemerdekaan. Caranya? Menjadi berwawasan dan berani.

 

12 November 2021

 

Sumber:

Firdausi, Fadrik Aziz. 2019. Bagaimana W.J.S Poerwadarminta menulis kamus-kamusnya?. diakses pada 12 November 2021, dari https://tirto.id/bagaimana-wjs-poerwadarminta-menyusun-kamus-kamusnya-cH8P

Teguh, Irfan. 2018. Terpana pada Barat, Sutan Takdir pun Meninggalkan Kebudayaan Usang. diakses pada 12 November 2021, dari https://tirto.id/terpana-pada-barat-sutan-takdir-pun-meninggalkan-kebudayaan-usang-cPid

Yudhistira. 2021. J.S Badudu: Sang Pendekar Bahasa. diakses pada 12 November 2021, dari https://narabahasa.id/tokoh-bahasa/identitas/j-s-badudu-sang-pendekar-bahasa

Yudhistira. 2021. M.Tabrani: Pencetus Kelahiran Bahasa Indonesia. diakses pada 12 November 2021, dari https://narabahasa.id/tokoh-bahasa/identitas/m-tabrani-pencetus-kelahiran-bahasa-indonesia

Yudhistira. 2021. Mengenang Madong Lubis. diakses pada 12 November 2021, dari https://narabahasa.id/tokoh-bahasa/identitas/mengenang-madong-lubis

Yudhistira. 2021. Raden Mas Soewandi Notokoesoemo: Sosok di Balik Ejaan Republik. diakses pada 12 November 2021, dari https://narabahasa.id/tokoh-bahasa/identitas/raden-mas-soewandi-notokoesoemo-sosok-di-balik-ejaan-republik

 

Penulis: Titus Mario Indriyanto | Gambar: Freepik

 kembali