Kolom

Mengenal 8 Pahlawan dalam Dunia Sastra Indonesia

10-11-2021 07:31:20 WIB 

Karya sastra Indonesia telah muncul sejak zaman kerajaan dan terus berkembang hingga saat ini. Karya sastra hadir memberikan gambaran eksistensi dan bahasa suatu negara. Sastra sendiri merupakan unsur penting dalam sebuah bahasa memegang sejarah Indonesia, oleh sebab itu bahasa dan sastra memiliki hubungan dekat.

Terkait sejarah, penjajahan dahulu di Indonesia berperan penting terhadap dunia sastra. Para sastrawan meninggalkan jejak kesastrawanan dalam berbagai bidang pada masa pra sampai revolusi nasional Indonesia. Karya sastra yang mereka ciptakan, kini menjadi referensi sastra yang masih dicari-cari banyak sastrawan muda.

Sejatinya sastra merupakan unsur yang penting dalam memberikan wajah manusiawi, unsurunsur keindahan, keselarasan, keseimbangan, perspektif, harmoni, irama dalam kehidupan manusia saat menciptakan peradaban. Berikut ini terdapat beberapa sastrawan yang memiliki peran terhadap kemajuan karya sastra di Indonesia.

 

 1.        Abdoel Moeis

Karya sastra milik Abdoel Moeis yang terkenal yaitu novel Salah Asuhan, menjadi perhatian dari berbagai kalangan, termasuk para kritikus terkemuka waktu itu. A. Teeuw mengatakan bahwa Abdoel Moeis adalah orang yang termasuk golongan pertama sastrawan Indonesia yang nasionalis. 

Abdoel Moeis dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional dengan Surat Keputusan (SK) Presiden Republik Indonesia No. 2183/59, tanggal 30 Agustus 1959.Abdoel Moeis tercatat sebagai anggota Serikat Islam, beliau dipercaya untuk menjadi pimpinan redaksi surat kabar Kaum Muda, terbitan Serikat Islam di Bandung.

Seorang sastrawan Abdoel Moeis ini memang terhitung kurang produktif, beliau hanya menghasilkan 4 buah novel atau roman dan beberapa karya terjemahan. Namun, karyakaryanya tercatat dalam sejarah sastra Indonesia.

 

2.        Eka Kurniawan 

Karya Eka Kurniawan banyak dilirik oleh dunia Internasional, dapat dilihat dari banyaknya karya yang diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa seperti, Inggris, Belanda, Perancis, Jepang, Denmark, Yunani, Tingkok, Korea, dll. Salah satu karyanya yang sangat terkenal yaitu Man Tiger (Manusia Harimau) masuk ke dalam nominasi penghargaan literatur bergengsi The Man Booker International Prize 2016.Eka Kurniawan ingin menyampaikan gagasan-gagasan yang sangat serius melalui karya sastra, namun dengan tulisan yang ringan.

 

 3.        Amir Hamzah

Amir Hamzah menjadi salah seorang sastrawan yang sangat penting dalam dunia kesastraan

Indonesia. Nursinah Supardo mengatakan bahwa Amir Hamzah berbeda dengan tokoh-tokoh Pujanggan Baru lainnya, beliau membongkar pustaka lama kesusastraan Melayu lama.

Amir Hamzah tidak hanya menjadi penyair besar pada zaman Pujangga Baru, melainkan juga menjadi penyair yang diakui kemampuannya dalam bahasa Melayu-Indonesia hingga sekarang. Amir merupakan sastrawan Indonesia pada angkatan Pujangga Baru dan telah dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden RI Nomor 106/ tahun 1975, tanggal 3 November 1975.

 

 4.        Chairil Anwar

Chairil Anwar disebut sebagai pelopor Angkatan 45 dalam Sastra Indonesia dan sajak-sajaknya dapat membuktikan bahwa bahasa Indonesia berupa bahasa sastra yang matang. Beliau memberikan perspektif baru perihal bahasa Indonesia yang sanggup menjadi bahasa sastra dengan mengungkapkan kehidupan rohani manusia modern.

Chairil Anwar menghasilkan 71 buah sajak asli, 2 buah sajak saduran, 10 sajak terjemahan, 6 prosa asli, dan 4 prosa terjemahan. Dalam bukunya yang berjudul Pengarang Indonesia dan Dunianya (1983) yang diterbitkan oleh PT Gramedia membuat pembaca merasa mengembara ingin menemukan suatu hal baru atau yang dilihat dengan mata dari sudut pandang yang berbeda.

Chairil Anwar merupakan sosok yang nyata dalam pembangunan karya sastra di Indonesia. sajak-sajaknya banyak diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing, seperti bahasa Belanda, Inggris, dan Prancis.

 

5.        Pramoedya Ananta Toer

Pramoedya Ananta Toer mendirikan dan memimpin Literary dan Features Agency Duta pada tahun 1952-1954. Dan pada tahun 1958, beliau masuk anggota Pimpinan Pusat Lembaga Kesenian Rakyat (Lekra) yang berada di bawah naungan Partai Komunis Indonesia (PKI). Pram menghasilkan banyak buku yang beberapa dilarang oleh Kejaksaan Agung terkait pengasingannya di Pulau Buru. Buku-bukunya beredar luas hingga ke luar negeri, salah satu bukunya yang terkenal yaitu Bumi Manusia (1980) diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa asing, terutama bahasa Inggris dan Belanda.

Karya-karya Pram dari kesusastraan modern Indonesia secara historis dan didaktis merupakan kelanjutan dari karakter upaya pemetaan kesusastraan modern Indonesia. Upaya ini tidak dapat dilepaskan dari pertarungan kekuasaan. Karya sastra milik Pram cenderung tidak diakui sebagai bagian dari sejarah resmi kesusastraan modern Indonesia dan menjadi pihak yang tersubordinan.

 

 6.        W.S. Rendra

W.S. Rendra merupakan penyair ternama yang memiliki julukan “Burung Merak”. Puisinya pertama kali dipublikasikan di media massa pada tahun 1952 melalui majalah Siasat, karyakaryanya cukup terkenal di luar negeri dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa asing, diantaranya bahasa Inggris, Belanda, Jerman, dan India.

Beliau mendirikan Bengkel Teater di Yogyakarta pada tahun 1967. Setelah kepindahannya ke Depok, pada tahun 1985, Rendra mendirikan Bengkel Teater Rendra yang masih beroprasi sampai sekarang dan menjadi basis bagi kegiatan kesenian.

 

 7.        Sapardi Djoko Damono

Usaha Sapardi Djoko Damono dalam pengembangan karirnya sebagai sastrawan dengan ikut berpartisipasi dalam berbagai pertemuan internasional. Sapardi sangat berperan penting dalam kehidupan sastra Indonesia. A. Teeuw dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II (1989) menyatakan bahwa Sapardi adalah seorang cendekiawan muda yang mulai menulis sekitar tahun 1960.

Sapardi Djoko Damono menerjemahkan karya sastra asing ke dalam bahasa Indonesia, antara lain Lelaki Tua dan Laut (The Old Man and the Sea, Hemingway). Sapardi menerima banyak penghargaan dan hadiah sastra dari dalam maupun luar negeri. Pada tahun 1963, Sapardi mendapat hadiah Majalah Basis atas puisi Ballada Matinya Seseorang Pemberontak, dan pada tahun 1978, beliau menerima Cultural Award dari pemerintahan Australia.

 

 8.        Putu Wijaya

Putu Wijaya dikenal sebagai novelis, cerpenis, dramawan, dan wartawan. Tahun 1968, beliau ikut serta di Bengkel Teater Rendra dan sempat mementaskan “Bip-Bop” dan “Pozzo” dalam drama Menunggu Godot di Jakarta tahun 1969.

Novel-novel miliknya bercorak “arus kesadaran”, “absurd” hingga bercorak kejiwaan dan filsafat. Menurut A Teeuw, Putu Wijaya adalah orang yang sangat energetik dan serbabisa. Karya-karya miliknya menyandang beberapa penghargaan dan hadiah, salah satunya naskah

“Lautan Bernyanyi” mendapat hadiah ketiga dari Badan Pembina Teater Nasional Indonesia dalam Sayembara Penulisan Lakon.

 

Referensi

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2021. Ensiklopedia Sastra Indonesia. Diakses dari http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/pada 6 November 2021.

Affan, Heyder. 2016. Eka Kurniawan Membangun Narasi Di Kepala. Diakses dari https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/03/160321_majalah_bincang_ekakurniawanpada 6 November 2021.

Halo Edukasi. 2021. Sejarah Satra Indonesia: Awal Mula Hingga Perkembangannya. Diakses dari https://haloedukasi.com/sejarah-sastra-indonesiapada 6 November 2021.

CNN Indonesia. 2016. Insight with Desi Anwar – Sastra Indonesia Menyapa Dunia. Diakses dari https://www.youtube.com/watch?v=e-Z-QiNry8Mpada 6 November 2021.

 

Penulis: Bernadetha Wahyu Andriyanto | Freepik

 kembali