Berita

"Anomali Ruang": Secuil Cerita Pengembaraan dalam Paracosma

01-07-2021 11:18:55 WIB 

Ada di manakah aku saat aku tidak berada dalam realitaku ataupun dalam imajinasiku?

-Andrei Tarkovsky-

Semesta mimpi memang menakjubkan. Saat logika menolak realitas, kita lari menuju mimpi…

Naturalisme, surealisme, postmodernisme, transendentalisme. Sastra berat tampaknya membosankan, ya? Kira-kira, bagaimana cara menikmati sastra serius tanpa membuat kita “terlalu” serius?

Film!

Damian Kresna tampaknya sangat memahami hal ini. Mahasiswa Sastra Indonesia USD itu memiliki pemikiran eksentrik yang patut memikat perhatian publik. Akhir-akhir ini, ia mengaku senang menonton sinetron dan beberapa serial drama romantis Indonesia. Sayangnya, sinetron-sinetron lokal tampaknya masih sering dianggap sebagai tontonan receh. Padahal sebenarnya memiliki banyak potensi hiburan dan informasi.

“Melihat 'Parasite' dari Korea, itu adalah cara bercerita sinetron namun dibawakan dengan cara yang baik. Nah, kelompok kami ingin sekali belajar teknis dalam hal ini,” ujar Damian saat diwawancarai via WhatsApp (16/7/21).

Berbekal ilmu yang seadanya, Damian memulai produksi film bersama teman-temannya. Lokasi pengambilan gambar cukup bervariasi, seperti di area Jl. Jend. Sudirman, Kotabaru dan Gumuk Pasir Parangkusumo. Sang sutradara tersebut mengaku mengalami cukup banyak kendala selama pembuatan film. Proses pengambilan gambar sendiri memakan waktu hampir dua minggu karena beberapa adegan sempat tertunda.

“Modal ilmu jalanan. Kami mengandalkan belajar dari YouTube dan belajar dari teman-teman kami yang memang belajar di bidang film.” pungkasnya.

Meski minim pengalaman, Damian dkk tetap antusias dalam menjalani proses produksi film. Hal ini juga diungkapkan oleh para pemain, seperti Balqis dan Titus.

“Menarik dan menyenangkan. Semuanya semangat belajar dan bisa diajak kerja sama,” ujar Balqis.

“Sungguh membahagiakan. Bahwasanya pandemi menjauhkan semua orang, menghentikan perkuliahan luring, dan juga membatasi gerak manusia. Kemudian ada produksi film ini saya sungguh senang karena kami dapat berkumpul lagi, tertawa, dan yang terpenting bisa berproses bersama lagi,” kata Titus saat diwawancarai via WhatsApp (11/7/21).

Damian dkk. mengusung tema yang sangat dekat dengan kita semua, cinta. Film pendek yang diberi judul Anomali Ruang ini berbicara soal sebuah ruang imajinasi yang “bekerja dalam situasi yang agak berbeda”. Ceritanya mengangkat tentang sebuah keadaan ruang pikiran ketika didominasi oleh delusi, bukan imajinasi atau realitas itu sendiri.

“Bercerita mengenai seorang lelaki yang begitu mengagumi ibunya hingga ia menemukan sosok perempuan yang begitu menyerupai ibunya, namun perempuan itu sudah pergi meninggalkan beliau. Keseluruhan film lalu bercerita tentang setelah laki-laki ini ditinggalkan,” tambah Damian.

Cerita romansa memang lebih mudah disukai. Lebih dari itu, cinta dan segala komplikasinya tampak selalu mendapat ruang di hati manusia. Cerita seperti cinta bertepuk sebelah tangan sangat sering kita temui dalam kehidupan. Entah bagaimana, kita tetap baper meski alurnya sudah familiar saat dipikirkan.

"Anomali Ruang" mungkin satu dari sekian cerita romansa yang tidak biasa. Ada cinta, ada derita. Ada fakta, ada fiksi. Tapi, apa yang ada di tengah-tengahnya? Film pendek besutan mahasiwa semester enam ini akan mencoba menggambarkan keadaan tersebut. Meskipun tampak berat, film ini digarap sedemikian rupa agar tetap membawa kesan natural dan sederhana. Tentunya agar sama seperti tujuan awalnya, membuat tontonan yang kreatif namun tetap menghibur dan informatif.

“Karakter yang saya perankan adalah seorang penjaga perpustakaan yang nyentrik, kelihatan jemawa namun memang dia pantas bertingkah seperti itu, namun yang terpenting adalah bisa memahami manusia lain,” ujar Titus.

“Film ini punya daya tariknya sendiri, sudut pandang yang juga menarik, lalu juga caranya menghadirkan masalah juga menyelesaikannya sungguh di luar nalar,” tambahnya.

Film ini akan dipublikasikan melalui kanal YouTube pada tanggal 19 Juni mendatang. Ingin tahu lebih jauh? Pastikan kalian terus pantau laman Sastra Indonesia!

 

Penulis: Reni Nurari

 kembali