Berita

Road Show Magister Sastra FS USD di Madiun: Sastra dan Pendewasaan Etos Politik Pemilih Pemula

18-11-2023 16:43:36 WIB

“Sastra bisa menjadi katalisator perubahan dalam kehidupan bernegara karena secara indah mampu memberikan pendidikan politik, menyuarakan gagasan keadilan, kepemimpinan yang bermoral, patriotisme, dan perilaku positif lainnya yang akan menjadi rujukan dan pertimbangan dalam menilai, mengkritisi, dan mengevaluasi kondisi politik Indonesia, terlebih dalam memilih pemimpin negeri ini menjelang pemilu 2024”, demikian disampaikan Prof. Dra. Novita Dewi, M.A. (Hons)., Ph.D. dalam kuliah umum dengan tajuk “Sastra dan Pendewasaan Etos Politik Pemilih Pemula yang diselenggarakan kerja sama antara Prodi Magister Sastra, Fakultas Sastra, USD dan FKIP-FIKOM Unika Widya Mandala Surabaya kampus Madiun di Aula Unika Wima Madiun Jumat (17/11/23).

Di hadapan sekitar lima puluh mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP dan Pendidikan Bahasa Inggris FIKOM Unika Widya Mandala Kampus Madiun. Turut hadir dan menyambut acara tersebut adalah Wakil Rektor IV Dr Christina Esti Susanti, M.M. , CPM (AP), Wakil Dekan FKIP Dra. Agnes Adhani, M.Hum., Wakil Dekan FIKOM Christina Maya Iriana, S.S., M.Hum. di dampingi para dosen Pak Kristo, Bu Arielia, serta Pak Djoko. Sementara dari Prodi Magister Sastra turut mendampingi adalah Dekan Fakultas Sastra Dr. Tatang Iskarna dan salah satu dosen Prodi Magister Sastra Dra. Th. Enny Anggraini, M.A., Ph.D.

Prof. Novi mengawali kuliahnya dengan memaparkan bagaimana kaum muda yang juga sastrawan muda, seperti Soe Hok Gie dan Chairil Anwar, memiliki kepedulian akan negara ini melalui pemikiran-pemikiran yang profetik terkait perjuangan bangsa Indonesia. Gie memimpikan sebuah kehidupan negara yang bebas dari kemunafikan, pembunuhan, kebencian, dan perang demi kehidupan dunia yang lebih baik. Chairil Anwar juga menyoroti kisah pilu para veteran yang terlantar karena pemerintah ingkar janji terhadap nasib mereka dalam sajaknya “Hukum”.

“Percik-percik gagasan mereka tetap relevan karena tema-tama seperti pencarian jati diri, perubahan sosial, atau gelora politik masih mewarnai kehidupan berbangsa kita saat ini”, tegas Prof. Novi.
 

Menurut Pof. Novi ada linieritas dan kemiripan antara sastrawan muda masal lalu dengan generasi Z saat ini, salah satunya adalah kepedulian mereka tentang keadilan sosial, keberagaman, inklusivitas, lingkungan, dan kesehatan mental. Namun, generasi Z yang saat ini sangat paham teknologi lebih dapat terhubung satu sama lain dan terbuka sekali terhadap segala arus informasi.

“Di sinilah peluang generasi Z untuk dapat membuat gerakan untuk menciptakan masyarakat yang lebih demokratis, akuntabel, dan adil”, lanjut profesor perempuan pertama di Universitas Sanata Dharma ini. 

Menyinggung situasi politik terkini di Indonesia menjelang pemilu 2024 yang juga menjadi topik kuliah umum ini, Prof. Novi mengisyaratkan pentingnya peran generasi Z karena 52% pemilih adalah kaum muda. Dalam arti masa depan bangsa ini ditentukan oleh generasi muda saat ini. Untuk itu Prof. Novi dalam kuliah ini menyadarkan agar generasi muda saat ini untuk tidak apatis terhadap proses politik, syukur bisa terlibat secara aktif agar praktik-praktik buruk perpolitikan di Indonesia pada masa lalu tidak terjadi lagi, terlebih politik model patronase.

“Untuk itu pendidikan kewarganegaraan di sekolah dan perguruan tinggi perlu terus digencarkan, demikian juga melek informasi politik, hak pilih, dan partisipasi kaum muda perlu terus digaungkan”, tegas Prof. Novi.
 

Selain itu, di tengah masifnya informasi dan media sosial, kaum muda perlu kritis terhadap berbagai macam propaganda dan hoaks.

“Yang justru dibutuhkan adalah literasi digital harus dibarengi literasi politik sehingga kaum muda bisa membawa damai dan membawa perubahan positif”, tambahnya.

Di bagian akhir kuliah umumnya Prof. Novi menekankan pentingnya dunia sastra dalam membantu menyuarakan perubahan ke arah positif seperti mimpi utopis Gie dalam karya puisinya “Cita-cita”.

"Kemampuan sastrawi, termasuk menulis karya sastra, baik cerpen, puisi, novel, esai, atau materi edukatif lainnya bagi mahasiswa bahasa dan sastra dapat digunakan sebagai kampanye literasi politik. Demikian juga kemampuan berkomunikasi, berorganisasi, dan seminar-diskusi terkait pendidikan politik juga dapat dipakai untuk membuat perubahan ke arah yang lebih baik”, tambahnya.
 

Kuliah umum ini diakhiri dengan pemberian souvenir buku-buku karya dosen-dosen Magister Sastra kepada 6 penanya dalam kuliah umum ini. Selain itu juga diserahkan buku-buku yang sama kepada pihak FKIP-FIKOM Unika Widya Mandala Kampus Madiun oleh Dekan Fakultas Sastra kepada Wakil Dekan FKIP Widya Mandala. 

Kuliah umum kali ini merupakan rangkaian kegiatan road show Progam Magister Sastra, Fakultas Sastra, USD di tahun 2023. Road show dalam bentuk kuliah umum ini dimulai dari Fakultas Sastra dan Bahasa Univeristas Kristen Indonsia (UKI) Jakarta, Universitas Pakuan Bogor, FKIP Unika Santu Paulus Ruteng, Manggarai, NTT, dan terkahir FKIP dan FIKOM Unika Widya Mandala Surabaya Kampus Madiun. Road show ini sebagai bagian dari implementasi kerja sama dan pengenalam program studi Magister Sastra.

(Tti)

Kembali