 Mahasiswa tingkat akhir bahkan beberapa fresh graduate di FST seringkali belum mempunyai gambaran jelas tentang apa yang menjadi keinginannya setelah lulus sebagai sarjana. Mereka juga belum mengetahui secara pasti gambaran nyata dunia kerja yang akan dihadapinya kelak sehingga setelah yudisium ada jeda waktu yang cukup lama sampai mereka memulai aktifitas pencarian kerja. Saat mereka memulai aktifitas pencarian kerja timbul perasaan belum siap dan perasaan gamang melihat begitu besarnya kompetisi para pencari kerja. Kegamangan ini antara lain disebabkan karena ketiadaan ketrampilan dalam mendapatkan informasi lowongan kerja dan pembuatan Surat Lamaran Kerja beserta curriculum vitae (CV) yang “menjual”, ketidaksiapan merespon panggilan psikotes serta kurang percaya diri dan komunikatif ketika wawancara kerja.
Menyadari bahwa untuk mendapatkan peluang kerja di perusahaan impian kemampuan akademik perlu dilengkapi dengan kemampuan mengungkapkan potensi melalui Surat Lamaran Kerja beserta CV dan komunikasi yang persuasif, maka FST bekerjasama dengan Dosen dan mahasiswa Psikologi USD pada hari Jumat, 22 Maret 2013, bertempat di Paingan menyelenggarakan Career Accelerator Training bagi mahasiswa tingkat akhir maupun para fresh graduate.
Dengan sangat menarik, Ibu Dewi Soerna Anggraeni, M.Psi sebagai nara sumber memberikan penjelasan tentang Job Seeking Activity untuk memberikan gambaran aktivitas apa saja yang terjadi saat proses pencarian pekerjaan. Peserta diharapkan dapat lebih termotivasi untuk segera memulai aktivitas pencarian kerja dan menyadari pentingnya perencanaan dan kesigapan dalam proses mendapatkan pekerjaan.
Sesi berikutnya adalah melatih peserta untuk membuat Surat Lamaran Kerja beserta CV berbasis kompetensi. Dalam sesi ini satu per satu Surat Lamaran Kerja beserta CV yang dibuat oleh peserta pelatihan ditayangkan sekaligus dikoreksi oleh nara sumber.
Kegiatan diakhiri dengan melatih peserta tampil persuasif dalam wawancara kerja menggunakan sumber data dari CV masing-masing peserta. Dengan menggunakan model pembelajaran Role Play, peserta sungguh-sungguh diajak berlatih mengkomunikasikan kompetensi mereka secara santun, persuasif dan efektif. |
