Agenda

TOR Seminar Dwi Windu

SEMINAR ILMIAH

PERINGATAN DWI WINDU FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

 

Terms of Reference: Keluarga, Kepribadian dan Kebudayaan

 

Keluarga di antara berbagai jenis persekutuan antar manusia memiliki posisi yang penting dan unik. Hampir semua kebudayaan memiliki institusi keluarga dengan beberapa penekanan fungsi yang berbeda pada tiap-tiap masyarakat dan kebudayaan. Kehadiran institusi ini tak dapat dilepaskan dari fakta biologis imaturitas bayi manusia yang lebih panjang dibanding mamalia lain. Keluarga menjadi semacam rahim kedua sebelum seseorang berhadapan langsung dengan realitas, dengan orang-orang dewasa lain. Di dalam rahim kedua ini, anak manusia mengembangkan kemampuan-kemampuan fisik dan mental untuk memahami dan menangani realitas objek-objek konkret maupun realitas kehadiran orang lain. Kemampuan-kemampuan dan sikap-sikapnya terhadap dirinya sendiri maupun terhadap dunia dikembangkan dan diujicobakan di dalam rahim kedua ini. Dengan demikian keluarga dapat dipahami sebagai ruang antara yang menghubungkan rahim ibunya dengan kenyataan, maupun menghubungkan dirinya dengan yang lain yaitu masyarakat atau komunitas.

Studi-studi kepribadian dan psikologi klinis memperlihatkan peran sentral keluarga dalam pembentukan kepribadian. Pertanyaan klasik yang  muncul dalam kepala seorang konselor atau psikoterapis ketika berhadapan dengan jalinan cerita tragis kliennya adalah tentang keluarga klien dan bagaimana inter-relasi klien dengan bapak, ibu maupun saudara kandungnya. Seolah-olah apa yang terjadi pada kehidupan klien telah dipetakan lebih awal di dalam kehidupan keluarga. Pola-pola relasi yang dikembangkan dalam keluarga menjadi pola dasar atau skrip yang cenderung siap pakai. Ketegangan yang muncul antara diri individu dan masyarakat terbayang lebih awal dari ketegangan yang muncul antara diri denganm pengasuhnya. Romansa keluarga, meminjam istilah Freud berkembang menjadi romansa diri di dalam masyarakat.

Di dalam keluarga seseorang belajar menjadi manusia dengan segala ketrampilan maupun sikapnya yang diperlukan untuk memahami dan menangani relitas, sekaligus belajar menjadi anggota masyarakat. Di dalam keluarga seseorang tidak saja belajar menjadi bagian dari umat manusia tetapi juga belajar menjadi bagian dan berpartisipasi di dalm kehidupan masyarakat. Hal yang terakhir ini membuat kehidupan di dalam keluarga tidak saja bersifat privat dan suci (karena sifat liminalitasnya atau ke-ambang-annya) tetapi sekaligus sosial dan bahkan politis. Tak heran jika perhatian terhadap keluarga juga muncul dari institusi negara. Negara dan masyarakat membutuhkan anggota yang dapat dikelola dan yang dapat berpartisipasi secara penuh untuk melanjutkan proses-proses yang menjamin kelangsungan hidup masyarakat maupun negara. Pengelolaan negara atas keluarga sebagian besar memanfaatkan praktek-praktek pengelolaan keluarga yang telah berkembang dalam masyarakat sembari menyesuaikannya dengan kepentingan-kepentingan politik ekonomi yang dibayangkan nyata yang tersemat di dalam benak para pengelola negara.Problem-problem yang muncul di permukaan seperti yang sering kita baca atau kita dengar dalam kehidupan sehari-hari dapat dibaca ulang dengan menggunakan konstruk-konstruk yang diabstraksikan dari pengalaman ketegangan antara subjek dengan praktek hidup berkeluarga, ketegangan antara keluarga dan komunitas atau masyarakat, atau ketegangan yang muncul ketika kepentingan politik ekonomi berseberangan dengan fungsi-fungsi keluarga.

Pembicaraan mengenai diri dan keluarga tidak dapat dilepaskan dari apa yang melingkupi keduanya, yaitu kebudayaan. Kebudayaan dapat dipahami sebagai sistem simbol dan makna yang menjadi sarana orang untuk menata pengalamannya, mendefinisikan dirinya, mengungkapkan dirinya maupun mengambil keputusan-keputusan seperti yang ditekankan oleh Geertz (1992)[1] maupun sebagai sistem interaksi atau aktivitas tempat seseorang belajar bersama anggota masyarakat yang lebih dewasa untuk membentuk dirinya sendiri seperti yang ditekankan oleh teori sosiohistoris (Rogoff, 1990)[2]. Di luar kedua varian tersebut masih banyak model yang mencoba memetakan bagaimana diri dan masyarakat berinteraksi.

Seminar ini selain membahas persoalan keterkaitan keluarga, masyarakat dan diri,  juga akan menempatkan kebudayaan sebagai hal yang penting dalam pembicaraasn mengenai problem-problem kemanusiaan. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dalam peringatan dwi windu mengundang para akademisi, peneliti dan praktisi untuk menyumbangkan gagasan-gagasan baik berupa hasil penelitian maupun review teoretik di seputar topik-topik di atas. Undangan ini adalah bagian dari keprihatianan bersama mengenai persoalan-persoalan yang muncul di dalam peri kehidupan manusia Indonesia. Psikologi adalah bidang yang strategis karena berada di dalam wilayah yang berurusan dengan kedirian, keluarga dan komunitas, wilayah yang sekaligus memunculkan persoalan dan menciptakan praktek-praktek untuk menangani persoalan. Sumbangan psikologi akan menjadi sangat berarti dan diharapkan masyarakat,  sekaligus mengingat institusi pendidikan psikologi merupakan barang mewah bagi negri yang memiliki 31 juta orang miskin dengan ketimpangan pendapatan yang cukup besar (indeks gini yang meningkat dari 0,29 pada tahun 1990 menjadi 0.39 pada tahun 2010).  Proyek mahal sepantasnya dituntut untuk menghasilkan buah yang berarti.

Untuk membantu mempertajam pembahasan penulis bisa memilih salah satu dari empat bidang permasalahan sebagai berikut:

  1. Keluarga: Praktek-praktek kehidupan sehari-hari (seperti pendidikan, penjagaan kesehatan  baik fisk maupun mental), sistem relasi, maupun sistem-sistem pemaknaan yang dikembangkan di dalam keluarga-keluarga Indonesia, beserta persoalan-persoalan maupun perubahan-perubahannya.
  2. Kepribadian dan Identitas: Praktek-praktek dan persoalan-persoalan terkait dengan proses-proses pembentukan diri yang berkembang dalam keluarga, komunitas maupun kebudayaan-kebudayaan di Indonesia.
  3. Kebudayaan: Peran kebudayaan atau masyarakat di dalam proses-proses psikologis atau pun sebaliknya peran individu dalam aktivitas dan praktek kebudayaan.
  4. Metodologi baik berkaitan dengan paradigma, metode pengambilan data, analisis data yang relevan dengan unit keluarga, komunitas maupun studi-studi yang menekankan interaksi diri dengan kebudayaan.

 

 

Panduan Penulisan dan Pengiriman Abstrak

 

Beberapa Ketentuan Pengiriman Abstrak

 

  1. Bentuk  temu ilmiah berupa presentasi makalah, peserta individu maupun kelompok yang dibagi dalam sesi lisan.
  2. Calon presentator wajib mengirimkan abstrak dalam bentuk e-mail attachment ke Panitia Acara Seminar Dwi Windu, dengan alamat e-mail: seminar.psiusd@yahoo.com. Jika ada kesulitan pengiriman melalui e-mail, silakan menghubungi Sekretariat Seminar Dwi Windu :

                Ibu Monica,          HP: 087838998080

                Ibu Debri,             HP: 08122723028

 

  1. Format abstrak: (a) ditulis dalam bahasa Indonesia/Inggris; (b)  judul dan teks abstrak tidak lebih dari 500 kata; (c) tidak menggunakan akronim dan simbol untuk tujuan menyingkat; (d) dilarang menempatkan tabel atau gambar dalam abstrak; (e) diketik dengan program Microsoft Word; dan (f) khusus abstrak untuk presentasi lisan dan poster harap disertai keterangan jenis presentasi yang diinginkan, yaitu presentasi lisan atau presentasi poster; dan (g) unsur-unsur dan tata tulis abstrak mengikuti APA Manual of Publication.
  1. Abstrak berisi minimal: (a) Pendahuluan (latar belakang, kerangka teori, dan rumusan masalah atau hipotesis jika ada); (b)  Metode (desain penelitian, subjek, pengumpulan data, dan analisis data); (c) Hasil dan bahasan; serta (d) Kesimpulan dan saran/implikasi. Format ini untuk empirical studies. Untuk theoretical atau review articles agar menyesuaikan.
  1. File abstrak disertai identitas pengarang/pengirim, meliputi: (a) nama pengarang/pengirim; (b) nama institusi tempat pengarang utama/masing-masing pengarang; (c) nomor telepon genggam pengarang atau pengarang pertama (senior author); dan (d) alamat e-mail pengarang pertama/masing-masing pengarang. File dinamai dengan nama utama (surname) pengirim.  Batas akhir pengumpulan abstrak tanggal 20 Oktober 2012. Hasil seleksi disampaikan mulai tanggal 1 November 2012 lewat email.


[1] Geertz, C. (1990). Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius

[2] Rogoff, B. (1990). Apprenticeship in Thinking, Cognitive Development in Social Context. New York: Oxford University Press.


kembali