BERITA

Tim PKM-M USD: Media Pasar Mini Pendidikan untuk Anak Tunagrahita di Asrama SLB-C Karya Bhakti

12 Juli 2019

Bagi sebagian besar masyarakat pasti tidak asing lagi dengan alat pembayaran yang disebut dengan uang. Uang adalah alat tukar yang sangat dibutuhkan oleh semua orang dalam hal pemenuhan kebutuhan hidup mereka, salah satunya dalam kegiatan ekonomi yaitu jual beli. Namun, apa jadinya jika kita tidak mengetahui apa itu uang? dan tidak mengenali setiap mata uang yang ada? jika hal itu terjadi, kita tidak akan bisa membeli barang-barang yang kita inginkan bukan?  Begitupun yang terjadi dengan anak-anak Tunagrahita yang ada di SLB C Boro Wetan yang beralamat di Jalan Jogja Km.4, Boro Cermai, Boro Wetan, Kecamatan Purworejo, Kabupaten, Purworejo, Jawa Tengah. Anak-anak Tunagrahita yang ada di SLB C tersebut belum paham betul mengenai fungsi uang dan cara menggunakan uang.  Ketika anak-anak diminta pergi ke warung, mereka hanya diberi catatan dan uang tanpa tahu berapa uang yang mereka bawa dan berapa uang kembalian yang harus mereka terima. “Pemerintah belum ada tindakan membantu memberikan pelatihan kepada para pendamping untuk menunjang pembelajaran anak Asrama.” ujar Bu Candra salah satu pendamping Asrama SLB C Boro Wetan.

Berawal dari keprihatinan atas hal yang terjadi di SLB C tersebut di atas, salah satu Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-M) dari Universitas Sanata Dharma (USD) yang terdiri dari 5 orang mahasiswi, Berlinda sebagai ketua; Hani, Dewi, Devin, dan Elisabeth sebagai anggota; serta Beni Utomo, S.Si, M.Sc. sebagai dosen pembimbing; membuat sebuah program yang diberi judul “Bidik Granat Andalan Dimas Tarjo”. Tim PKM-M USD ini adalah salah satu Tim PKM-M yang lolos didanai oleh Kemenristekdikti.

Judul “Bidik Granat Andalan Dimas Tarjo” merupakan singkatan dari "Bina Kepribadian Anak Tunagrahita dalam Kecakapan Komunikasi, Perilaku Sosial dan Niaga dengan Kegiatan Pelatihan Diri melalui Media Pasar Mini Pendidikan di Asrama SLB-C Karya Bhakti Boro Wetan Purworejo". Judul tersebut untuk menggambarkan seorang pembidik yang melemparkan sebuah Granat, di mana Granat ini sebagai program yang dapat menjadi andalan  untuk membantu para pendidik dalam memberikan sebuah pengajaran berhitung yang asyik terutama bagi para siswa penyandang Tunagrahita, salah satunya dengan konsep belajar sambil bermain. Program Bidik Granat Andalan Dimas Tarjo dibentuk untuk membimbing anak-anak Tunagrahita dalam hal meningkatkan kecakapan komunikasi  misalnya; mengucapkan kalimat dengan sopan, meningkatkan kepercayaan diri, dan membantu anak dalam hal berhitung serta mengenal mata uang.

PKM-M Bidik Granat Andalan Dimas Tarjo tersebut dilaksanakan selama 2 bulan, setiap hari Sabtu-Minggu. Hari Sabtu, 4 April 2019 adalah awal tim memulai melakukan programnya. Dalam memulai programnya, Tim juga menggunakan media pendukung yang diharapkan dapat menunjang pembelajaran anak-anak yaitu Media Pasar Mini Pendidikan. Pasar Mini Pendidikan mengusung konsep warung Klontong dengan berbagai macam barang dagangan. Melalui Pasar Mini Pendidikan ini, anak akan bermain peran sebagai seorang pembeli untuk kemudian melakukan transaksi jual beli pada umumnya. Konsep ide Pasar Mini Pendidikan ini dilatarbelakangi oleh kondisi anak-anak SLB yang senang untuk bermain. Selain itu, Tim juga terinspirasi dari konsep pendidikan “Belajar sambil Bermain” yang diusung oleh Romo Y.B. Mangunwijaya. Melalui program ini Tim berharap dapat menjadikan mereka bisa berperan dalam kehidupan masyarakat dan memanusiakan manusia lainnya seperti ajaran pokok Driyarkara “Memanusiakan Manusia”.

Di awal pertemuan, anak-anak masih dominan berdiam diri, tidak fokus dengan materi yang sedang diajarkan dan mudah bosan. Saat Tim melakukan tes untuk mengenali mata uang, anak cenderung diam dan tidak mengetahui betul nilai pada setiap mata uang mainan yang ditunjukkan. Tim juga mengajarkan cara berkomunikasi yang sopan dan baik. Dalam hal berkomunikasi mereka belajar dengan sangat cepat dan perkembangannya cukup baik dibandingkan saat pertemuan awal. Hari-hari berikutnya Tim mulai masuk materi berhitung, dalam hal penambahan anak-anak belum begitu menguasai, mulai terlihat pada pertemuan ke-8. Dalam proses berhitung seperti penambahan dan perkalian bilangan sederhana misalnya (4000+2000 atau 4x3) bisa dibilang cukup baik. Selanjutnya, peningkatan dalam hal perilaku sosialpun sangat terlihat, salah satunya ditunjukkan dari sikap mereka yang lebih percaya diri. Kepercayaan diri mereka ini terlihat dari program terakhir yaitu pengadaan pentas seni. Dalam pentas anak-anak berlomba-lomba menunjukkan kemampuan mereka ada yang bernyanyi, bermain drama, membaca puisi, dan menari.

(EDCP)

Berita ini diambil dari web USD pada 12 Juli 2019 dengan link https://usd.ac.id/berita.php?id=4027#gsc.tab=0

Kembali