Web Fakultas SIA Mahasiswa SIA Orangtua
Artikel

Perlindungan dan Pelestarian Air: Mbah Sadiman dan Nguras Sumber di Girimulyo

Artikel merupakan hasil karya Juara 1 Lomba ESKA (Esai Konservasi Air): Air untuk Kehidupan: Menggali Solusi Konservasi Air di Era Modern

Air adalah sumber hidup. Air sungguh sangat penting. Tanpa air, kehidupan tidak
akan ada di bumi ini. Kebutuhan akan air menjadi semakin meningkat seiring dengan
pertambahan jumlah manusia dan spesies lain. Di kota dan desa air menjadi kebutuhan
pokok. Menurut Linsey & Frazini (1985), penggunaan air di sektor domestik mencakup
semua kebutuhan rumah tangga, termasuk minum, mandi, sanitasi, dan lainnya. Dalam
konteks pertanian, air digunakan untuk irigasi lahan pertanian, kebun, dan lahan pertanian
lainnya. Kebutuhan air di sektor peternakan digunakan untuk memenuhi keperluan ternak dan
perikanan. Sedangkan dalam industri, air digunakan untuk mendukung kegiatan seperti
proses manufaktur, aktivitas industri rumah tangga, dan sektor pariwisata. Namun, timbul
berbagai masalah terkait air misalnya: kelangkaan air, pencemaran air karena adanya
berbagai aktivitas manusia (misalnya limbah industri, limbah rumah tangga), tanah sebagai
tempat sumber air telah ditutup oleh berbagai jenis bangunan, hutan sebagai tempat air
melimpah semakin gundul (Zulhilmi dkk, 2019).

Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional pada Maret 2019 mengungkapkan bahwa
sekitar 89,27% dari sekitar 260 juta penduduk Indonesia telah dapat mengakses air minum
yang memenuhi standar, dan sekitar 73,65% memiliki sumber air minum yang bersih.
Namun, target pemerintah untuk meningkatkan akses air minum yang layak bagi 40%
penduduk berpendapatan terendah pada tahun 2019 hingga mencapai 100% pada tahun 2018
hanya terpenuhi sebesar 62,75%. Selain itu, terdapat kesenjangan antara wilayah perkotaan
dan pedesaan (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Beberapa fakta dalam berita tersebut
mengkonkretkan data ini.

Kita dapat melihat beberapa berita terbaru seputar masalah air di Indonesia:

70 Persen Air Minum Indonesia Terkontaminasi Tinja, Dosen UM Surabaya. Sarankan Hal Ini. Berita ini menyajikan informasi tentang air di Indonesia mengalamipencemaran. Pencemaran di Jakarta tercatat 96% (kategori tercemar berat) berdasarkan data BAPPENAS 2018 (diakibatkan limbah pada rumah tangga seperti kotoran manusia-hewan peliharaan, air sisa mencuci, dll).
Golo Mori Krisis Air Bersih, Delegasi KTT ASEAN Pakai Air dari Mobil Tangki Ya! Telah terjadi krisis air bersih di Desa Golo Mori, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) di mana dilaksanakan KTT ASEAN di Labuan Bajo pada 9-11 Mei 2023.
Keran PAM Mati, Ibu-ibu Harus Angkut Air sampai Lantai 5 Rusun Marunda. Berita ini mengisahkan perjuangan melelahkan karena mesti mengangkat air di lantai dan dibawa sendiri ke lantai 5.
Sumba Barat Daya, NTT Krisis Air Bersih, Warga Harus Beli Air Hingga Rp 1,2 Juta Per Bulan. Jerigen kecil harganya Rp 400-1.000. Artinya, selama satu bulan sebuah keluarga mesti membeli air dengan harga Rp 480.000 sampai Rp 1,2.

Beberapa Tawaran Solusi
Dalam artikel ini penulis berfokus sub tema “perlindungan dan pelestarian air.”
Penulis menekankan agar cara pikir dan hidup manusia berubah (menghemat penggunaaan
air, tidak membuat sampah pada saluran air). Selain itu, penulis menawarkan dua solusi yang
mudah dan murah dan bisa dilakukan oleh semua orang. Dua hal itu adalah menanam pohon
beringin ficus seperti Mbah Sadiman dan melakukan tradisi Nguras Sumber dan Syukuran
Mata Air. Penulis tidak menawarkan penggunaan berbagai inovasi modern karena biaya dan
perawatan alat teknologi yang mahal. Apabila masyarakat dan pemerintah memiliki biaya
yang memadai, bisa membangun bandungan, sumur bor, mesin yang ramah lingkungan
seperti toilet hemat air dan penggunaan sensor pintar pada keran-keran air agar mencegah
pemborosan.

Pembangunan bendungan juga adalah salah satu solusi meski biayanya mahal. Pada
era pemerintahan Jokowi, Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono, melaporkan bahwa, dari total
61 proyek bendungan yang direncanakan, sebanyak 36 bendungan telah berhasil dibangun,
dengan kapasitas total mencapai 1,9 juta meter kubik. Apabila target penyelesaian semua 61
bendungan sesuai jadwal tahun depan tercapai, maka wilayah irigasi yang dapat menerima
suplai air dari bendungan akan meningkat sebesar 19 persen, setara dengan 1,4 juta hektare.
Ini akan memberikan lahan pertanian yang selama ini bergantung pada air hujan dengan
pasokan air yang kontinu, yang diharapkan meningkatkan produktivitas petani dalam
menghasilkan makanan.

a. Tradisi, Religi, dan Budaya di Girimulyo: Nguras Sumber dan Syukuran Mata Air


Nguras Sumber dan Syukuran Mata Air adalah tradisi konservasi air secara budaya
dan religius di Kecamatan Girimulyo, Kulon Progo. Tradisi ini dilakukan setiap tahun, pada
Bulan Muharam atau Bulan Sura dalam tradisi Jawa. Kegiatan nguras sumber adalah
membersihkan sumber air dan sekitarnya (mata air) dengan alat bantu seperti pompa air dan
alat-alat kebersihan lain. Pada syukuran mata air, sesaji dalam bentuk seperti produk
pertanian ditempatkan di mata air oleh juru kunci (Sudarmadji, dkk, 2017).
Budaya nguras sumber dan syukuran mata air bernuansa religius, tradisi dan budaya.
Kegiatan konservasi mata air di Girimulyo bisa dikelompokkan ke dalam dua aspek, yaitu
konservasi dalam bentuk fisik dan konservasi dalam bentuk non fisik. Konservasi fisik mata
air tercermin dalam pembangunan infrastruktur perlindungan, seperti pembangunan pagar.
Sedangkan konservasi mata air secara non fisik tercermin dalam pelaksanaan budaya nguras
sumber dan syukuran mata air (Sudarmadji, dkk, 2017).

Daerah Girimulyo, meskipun mengalami kekurangan air berdasarkan perhitungan,
menunjukkan bahwa penduduk asli yang berusia lebih dari 50 tahun tidak mengalami
kesulitan mendapatkan air. Masyarakat Girimulyo berhasil memenuhi kebutuhan air mereka
dengan baik sepanjang tahun. Tradisi ini menarik karena merupakan contoh nyata upaya
konservasi sumber daya air non-fisik yang sederhana dan ekonomis di desa (Sudarmadji, dkk,
2017).. Budaya, agama, dan tradisi seperti Nguras sumber dan syukuran mata air bisa
menjadi solusi bagi masalah kekurangan air di desa-desa Indonesia.

b. Mbah Sadiman Dianggap Gila karena Menanam Ribuan Pohon Beringin

Solusi konservasi air yang paling ampuh adalah menanam pohon seperti Mbah
Sadiman. Mbah Sadiman (69 tahun) adalah warga di Dusun Dali, Desa Geneng, Wonogiri,
Jawa Tengah. Ia menanam lebih dari 11.000 pohon beringin di sepanjang bukit di daerahnya
yang sebelumnya sangat tandus. Sungai yang sebelumnya kering saat ini menjadi penuh
dengan air segar. Mbah Sadiman menanam sejak 25 tahun lalu. Mbah Sadiman menanam
terus-menerus pasca kebakaran di Gunung Lawu pada tahun 1964 yang menyebabkan
ketandusan dan sungai yang kering. Mbah Sadiman menanam pohon beringin ficus karena
bisa menyimpan (mengikat) banyak air. (Priyotamtama, 2021).

Tanaman beringin ficus tersebut telah menghijaukan 250 hektar termasuk di bukit
Gendol dan Ampyangan. Pohon ini menahan air dan erosi tanah. Mata air ditemukan di
beberapa titik yang sebelumnya tandus. Hasil dari usaha Mbak Sadiman adalah petani bisa
panen beberapa kali dalam setahun, berlimpahnya air irigasi, Usaha Mbah Sadiman bukan
tanpa tantangan, awalnya banyak warga yang menganggapnya gila. Ia mendapat bibit
tanaman beringin ficus dengan melakukan pembibitan cengkeh dan nangka yang kemudian ia
tukar dengan beringin ficus. Mbah Sadiman berharap warga masyarakat di Wonogiri
sejahtera, hidup bahagia dan tidak membakar hutan. (Priyotamtama, 2021).

(Handrianus Eka Uma. Pendidikan Biologi USD 2022)

Daftar Pustaka

Ambrosius Ardin, (2023). “Golo Mori Krisis Air Bersih, Delegasi KTT ASEAN Pakai Air
dari Mobil Tangki Ya!" Berita. https://www.detik.com/bali/nusra/d-6671673/golomori-krisis-air-bersih-delegasi-ktt-asean-pakai-air-dari-mobil-tangki-ya.

Devi Puspitasari. (2023). "Keran PAM Mati, Ibu-ibu Harus Angkut Air sampai Lantai 5
Rusun Marunda". Berita. https://news.detik.com/berita/d-6574389/keran-pam-mati-ibuibu-harus-angkut-air-sampai-lantai-5-rusun-marunda.

Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. (2022). "Pencegahan Pencemaran Air
Perlukan Upaya Pengendalian". https://sda.pu.go.id/balai/bbwsserayuopak/pencegahanpencemaran-air-perlukan-upaya-pengendalian/

Linsey, R. ., & Frazini, J. . (1985). Teknik Sumberdaya Air. Jakarta: Erlangga
Pandi Suryadi, (2011). “Karya Ilmiah Dampak Pencemaran Air Oleh Limbah Pemukiman
Pada Masyarakat”. http://pandisuryadi-berbagiilmu.blogspot.com/2011/01/karyailmiah-dampak-pencemaran-air-oleh.html

Priyotamtama, P. W. (2021). Merawat Bumi: Rumah Kita Bersama. Kanisius. Yogyakarta.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2020). Air dan Kesehatan. Artikel.
https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/pusdatin/infodatin/Infodatin
%202020%20Air%20dan%20Kesehatan.pdf

Sudarmadji, dkk. (2017). “Tradisi dan Religi sebagai Upaya Konservasi Mata Air Masyarakat
Perdesaan: Studi Kasus Masyarakat Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo”.
Jurnal Penelitian Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (Journal of Watershed
Management Research) Vol. 1 No. 1 April: 27-34

Suratno, F. 1990, Analisis mengenai dampak lingkungan, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta

Uswah. (2022). “70 Persen Air Minum Indonesia Terkontaminasi Tinja, Dosen UM Surbaya
Sarankan Hal Ini.” Berita https://www.umsurabaya.ac.id/homepage/news_article?slug=70-persen-air-minum-indonesiaterkontaminsi-tinja-dosen-um-surbaya-sarankan-hal-ini

Xena Olivia. (2023). "Sumba Barat Daya Krisis Air Bersih, Warga Harus Beli Air Hingga Rp
1,2 Juta Per Bulan", Berita.
https://megapolitan.kompas.com/read/2023/05/09/18263901/sumba-barat-daya-krisisair-bersih-warga-harus-beli-air-hingga-rp-12-juta?page=all.

Zulhilmi, dkk. (2019). Faktor Yang Berhubungan Tingkat Konsumsi Air Bersih Pada Rumah
Tangga Di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireun. Jurnal Biology Education 7 (2),
110-126.

 kembali