Web Fakultas SIA Mahasiswa SIA Orangtua

Mahasiswa PBio USD Belajar Proses dan Perawatan Pengawetan Hewan di Museum Biologi UGM

YOGYAKARTA –Sebanyak 30 mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma (PBio USD) angkatan 2022 beserta enam asisten dosen melaksanakan field trip ke Museum Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) di Mergangsan, Yogyakarta. Kunjungan yang dilakukan pada Kamis (16/11/2023) tersebut, para mahasiswa didampingi oleh dua dosen pengampu mata kuliah, yakni Retno Herrani Setyati, M.Biotech., dan Yoanni Maria Lauda F., M.Si.

Kunjungan yang dilakukan oleh peserta mata kuliah Struktur Perkembangan dan Fungsi Hewan (SPFH) ini dilakukan dalam rangka belajar tentang awetan basah, rangka dan taksidermi, "Agar mahasiswa tidak hanya belajar dari buku saja, maka dilakukan field trip untuk mempelajari langsung dengan melihat koleksi awetan hewan dan tumbuhan yang ada di Museum Biologi UGM", jelas Retno Herrani Setyati, M.Biotech., dosen pengampu mata kuliah.

Lebih lanjut, Yoanni Maria Lauda F., M.Si. menjelaskan bahwa pemilihan Museum Biologi UGM seabgai lokasi field trip karena museum tersebut memiliki beragam koleksi awetan hewan dan tumbuhan, termasuk simplisia, insektarium dan herbarium, baik yang kering maupun yang basah. 

Dalam kunjungan tersebut mahasiswa mengamati awetan basah, rangka, dan taksidermi dari berbagai spesies hewan. "Selain itu, mereka mendapatkan informasi dari pemandu museum tentang proses pembuatan dan pemeliharaan awetan basah, rangka, dan taksidermi", terang Nur Wahyu Lestari, asisten dosen mata kuliah SPFH.

Secara rinci, FX Sugiyo Pranoto, S.Si., pemandu Museum Biologi UGM, menjelaskan bahwa proses taksidermi membutuhkan waktu yang bervariasi sesuai dengan ukuran hewan. “Proses taksidermi melibatkan pengosongan hewan dari daging, pencucian kulit dengan menggunakan sabun, pengeringan, pengisian hewan dengan substrat seperti kapas, dan pembentukan hewan dengan menggunakan kawat”, terang Frans. “Semua tahapan tersebut harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kegagalan pembuatan taksidermi”, tegasnya kepada para mahasiswa.

Dalam perawatannya, Frans menekankan pentingnya menyimpan rangka di tempat yang lembab untuk mengurangi risiko kerusakan. Berbeda dengan rangka, awetan taksidermi harus disimpan di tempat yang kering untuk menghindari jamur dan mikroorganisme lain yang dapat merusak kulit, rambut atau bulu. Perawatan pada keduanya harus dilakukan secara berkala namun tidak terlalu sering.

Mahasiswa peserta field trip nampak antusias mengikuti kegiatan. Tri Madha, mahasiswa angkatan 2022 mengatakan bahwa kunjungan ini membuatnya bernostalgia dengan koleksi Museum Biologi UGM. “Dibandingkan kunjungan saya sebelumnya, koleksi Museum Biologi UGM saat ini semakin lengkap, karena adanya koleksi baru berupa taksidermi kucing emas”, ujar Madha.

Senada dengan Madha, Shafira Apriliana Anggy, menyatakan bahwa keberagaman awetan yang dipamerkan dilengkapi dengan informasi yang memudahkan pengunjung mendapatkan informasi tentang habitat, perilaku, dan pakan dari koleksi hewan yang dipajang. “Melalui informasi tambahan tersebut membuat saya menjadi lebih mengenal koleksi hewan yang saya pelajari”, tambah Anggy saat mengamati koleksi taksidermi kalong.

Secara keseluruhan, field trip ini diharapkan dapat memberi pengalaman berharga bagi mahasiswa angkatan Pbio USD 2022 calon guru biologi, sehingga mereka dapat membelajarkan materi ini kepada para anak didiknya kelak. Selain pengayaan materi, field trip ini diharapkan mampu membangun karakter calon guru yang mengembangkan nilai-nilai keberlanjutan dan etika lingkungan dalam pembelajaran. (VIN. Fransisca Gita, Elina Mahardika, Brigitta Renie, dan Tiara Djuwa).

 kembali