Program Pasca Sarjana

BERITA KEGIATAN

Iman mempresentasikan makalah hasil refleksinya yang berjudul “Dari Universalisme Menuju Ironisme: Implikasinya Dalam Pendidikan Religiositas”. Dalam karya refleksinya tersebut, Iman, yang berlatar belakang disiplin pendidikan religiositas, menghadirkan penjelasan konsep universalisme dan postmodernisme secara historis yang kemudian bermuara ke ironisme yang diletakkan dalam konteks pendidikan religiositas. Ironisme yang dimaksud kemudian memunculkan ruang untuk otokritik.

Peran postmodernisme sendiri, menurut Iman, merupakan cara untuk mengapresiasi seni  untuk mengutarakan kebenaran, walaupun tidak rasional. Sastra menjadi salah satu contoh yang disebutkan Iman. Sastra, menurutnya, menjadi cerita yang berisi pengetahuan, dan dalam sastra kebenaran tidak dibatasi sebagai kebenaran yang objektif, tapi sebagai pemaknaan.

Gagasan postmodernisme dan universalisme sudah mulai dimasukkan dalam konteks penelitian oleh Troy, narasumber diskusi yang kedua, dengan makalah yang berjudul “(de)Aktualisasi Bedhaya Semang”. Troy yang berlatar belakang Teknologi Informatika, tertarik dengan seni Bedhaya Semang yang merupakan seni tari Jogja tradisional yang hingga saat ini masih sangat dipegang teguh maknanya. Troy mengatakan bahwa dari bentuknya dan naskahnya masih dijaga dengan baik. Dalam makalahnya ini, Troy mengungkapkan ketertarikannya untuk menjadikan Bedhaya Semang sebagai objek penelitian disertasinya dengan cara membaca ekspresi wajah penarinya (facial expression) dan mewawancarai penari-penarinya.

Diskusi ini juga diramaikan dengan komentar berupa kritik, saran, dan pertanyaan dari tamu undangan yang sebagian besar berlatar belakang seni dan akademisi. Komentar-komentar dalam diskusi ini berguna membangun membantu kedua narasumber untuk terus mengembangkan penelitiannya. (hsp)