Universitas Sanata Dharma

Program Pasca Sarjana

Loading

BERITA KEGIATAN

Seminar Internasional "Kuasa Ingatan"
S3 Program Doktor Kajian Budaya (Kajian Seni dan Masyarakat) | 01 February 2018
Seminar Internasional "Kuasa Ingatan" :: Fakultas Pasca Sarjana USD Yogyakarta

Program Doktor Kajian Budaya (Kajian Seni dan Masyarakat) USD bekerjasama dengan IVAA (Indonesia Visual Art Archive) mengadakan seminar Internasional bertema "Kuasa Ingatan" sebagai bagian dari penyelenggaraan Festival Arsip IVAA. Seminar akademis ini diselenggarakan selama tiga hari berturut-turut mulai tanggal 25-27 September 2017 di Ruang Kadarman, Gedung Pusat Universitas Sanata Dharma dan menghadirkan beberapa pembicara dan pakar di bidangnya baik level Nasional maupun internasional.

Seminar ini akan mengelaborasi tiga isu besar, yaitu pengarsipan seni budaya di Indonesia, kemudian wacana maupun praktik seni dan politik di Indonesia (yang mencakup seni di ruang publik, seni berbasis komunitas, serta seni & masyarakat), dan terakhir tentang digital humanities (dalam persinggungannya dengan seni digital dan pengarsipan secara digital).

Bahasan di hari pertama ialah soal pengarsipan seni budaya di Indonesia. Dibuka dengan forum berbagi pengalaman, dari para praktisi yang sudah bekerja di bidang kearsipan sekaligus menjadikan arsip sebagai pilar kerjanya, seperti sejarawan dan peneliti seni budaya. Di bagian ini kita akan lebih menggali berbagai pemahaman akan arsip, dari segi pemanfaatannya dari masa ke masa dan kaitannya dengan dinamika sejarah Indonesia. Sesi selanjutnya akan memaksimalkan pembahasan soal pengelolaan arsip di Indonesia. Dilacak sejak kemunculan arsip di Indonesia dan kaitannya dengan kolonialisme, perjalanannya hingga hari ini. Kemudian penelusuran juga mengarah pada sistem pengarsipan yang kita kenal dan gunakan sekarang. Bagaimana sistem tersebut muncul? Bagaimana metodologi pengarsipan di Indonesia? Sejauh mana upaya kita dalam melakukan kontekstualisasi kerja-kerja pengarsipan? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang akan kita jadikan pegangan untuk penggalian dan diskusi bersama.

 

Di hari kedua, kita memasuki bahasan soal arsip, estetika dan masyarakat digital. Pada sesi pertama terdapat bahasan soal seni dalam media digital. Temuan teknologi baru boleh disebut telah memberi pengaruh pada konsep tentang bentuk, ruang, dan hubungan dengan audiens (seniman–karya seni–audiens). Dari segi bentuk, ia membedakan dirinya dengan karya-karya yang menggunakan medium tradisional. Piranti-piranti teknologi menjadi bagian integral dari karya itu sendiri, atau kalau tidak memberi kesan visual yang sama sekali berbeda dengan karya yang dikerjakan secara analog. Imajinasi ruangnya pun meluas, tidak melulu dipresentasikan di ruang pamer, tetapi juga ruang maya seperti yang kita temukan pada net-art. Tentu saja hal seperti ini memicu banyak pertanyaan dan debat perihal estetika dan batas-batas dari seni itu sendiri. Bagaimana estetika sebuah karya seni digital dilihat? Bagaimana mengkurasi karya seperti ini? Sekiranya dikoleksi, bagaimana pula sistem perawatannya? Lalu, bagaimana dengan problem otentitas dan hak ciptanya, mengingat ia muncul dan disebarkan melalui jejaring sosial yang bisa diakses atau disimpan siapa saja? Pertanyaan-pertanyaan ini tentu masih sangat memungkinkan untuk dikembangkan. Kita berharap, melalui sesi ini, berbagai isu termutakhir dalam seni digital bisa diulik lebih jauh. Berikutnya di hari yang sama, terdapat pembahasan soal kebudayaan dalam masyarakat digital. Bagaimana ekses dari penggunaan teknologi digital ini menambah warna dalam relasi sosial masyarakat kita? Bagaimana pula sebaran pengetahuan dan produsen pengetahuan mengambil posisinya? Kita berupaya melihatnya sebagai gejala dan melakukan pembacaan lebih jauh.

Di hari terakhir seminar, kita akan mengetengahkan kaitan antara estetika dan politik, serta kaitannya dengan praktik demokrasi kita. Dalam konteks seni, kita mengenal istilah seni politis (political art). Di sepanjang abad 20 hingga saat ini, kita bisa mencatat berbagai jenis praktik maupun wacana mengenai seni politis. Dari realisme sosial, Situationalist International (SI), hingga seni propaganda. Meski begitu, kita tidak bisa mengatakan bahwa semua karya seni mengusung tendensi politis tertentu. Seni politis juga tidak melulu soal resistensi, berwatak revolusioner atau demi kepentingan perubahan sosial dan perjuangan kelas. Praktik seni yang menghamba pada kekuasaan tertentu atau mempertahankan status quo juga bisa disebut politis. Bahkan pada masa sekarang, ia sudah menjadi semacam jargon yang populis sehingga rentan dikomodifikasi oleh pasar atau neoliberalisme–sekadar menggunakan jargon seni yang politis sebagai emblem.

Link Berita dan Artikel:

http://jogja.tribunnews.com/2017/09/25/arsip-sebagai-artefak-pengetahuan-perlu-dibicarakan

http://jogja.tribunnews.com/2017/09/25/seminar-pengarsipan-sebagai-penjaga-ingatan-digelar-di-universitas-sanata-dharma

http://festivalarsip.id/workshops-2-2-2/international-seminar-festsip/

lihat berita S3 Program Doktor Kajian Budaya (Kajian Seni dan Masyarakat) lainnya>>
hal. 1  2  3  4  5  ...  9
Lokasi

Kampus II
Universitas Sanata Dharma,
Mrican, Catur Tunggal, Depok, Sleman,
Yogyakarta 55281
Telp. (0274) 513301, 515352 Fax. (0274) 562383 - Telegram: SADHAR YOGYA ext. 1501

Jam Kerja