 Bertempat di ruang Koendjono Gedung Pusat Universitas Sanata Dharma Mrican, pada hari Senin 24 Februari 2014 diselenggarakan Launching dan Diskusi Ilmiah Magister Manajemen Universitas Sanata Dharma (MM USD) dengan tema “Reshaping the World: MM USD Towards Built in Business Ethics”. Acara ini dihadiri oleh para pejabat struktural USD dan beberapa tamu undangan mitra MM USD.
T. Handono Eko Prabowo, MBA, PhD selaku Pengelola Program MM USD saat membuka acara menyampaikan bahwa kekhasan yang secara by design MM USD towards built-in business ethics dalam setiap aktivitas MM USD akan memberikan kontribusi signifikan dan fill gaps di antara dua ratusan program MM yang tersebar di Indonesia. MM USD diharapkan menjadi business school yang unggul dan humanis dalam menggali kebenaran ilmu manajemen serta mendidik mahasiswa menjadi manajer menengah (middle manager) yang inovatif, kreatif, profesional dalam mengelola organisasi bisnis, pemerintah, dan sosial. Lulusan program MM USD (S2) akan menjadi pribadi yang mempunyai competitive advantage untuk meraih peluang di era Integrasi ASEAN 2015.
Dalam sambutannya, FM Murwaningsih dari percetakan Kanisius menyampaikan kebanggaannya sebagai lembaga bisnis mitra Universitas Sanata Dharma dan berharap ke depan dapat menerapkan Good Corporate Goverment di Kanisius dengan menitipkan 2 orang karyawannya untuk menjadi mahasiswa di MM USD. Kanisius sebagai end user berharap dapat meningkatkan kemampuan karyawannya.
Rektor USD, Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, SJ, MSc menyampaikan apresiasi atas perjuangan teman-teman dalam mendirikan MM. "Kehadiran Bapak Ibu sekalian menjadi peneguhan bagi pengurus, bahwa kami sudah menangkap kehendak Tuhan dalam menjalankan MM ini." demikian disampaikannya pada akhir sambutan. Sementara itu, Ketua Yayasan Sanata Dharma Dr. A. Budi Susanto, SJ menyampaikan bahwa dalam business school yang dipentingkan adalah pengalaman. "Pengalamanlah yang menghasilkan nilai, bukan sebaliknya". demikian ungkap Romo Budi.
Dalam diskusi ilmiah, Dr. J. Haryatmoko, SJ menjelaskan kalau perusahaan tidak percaya diri, sering perusahaan tersebut lalu meminta bantuan konsultan. Kemudian seringkali konsultan bahkan sampai pada tahap meminta perusahaan untuk mem-PHK karyawan. Hal ini berimbas pada tuntutan etis.
Lebih lanjut disampaikan tujuan bisnis adalah mencari untung dan bisnis akan melakukan apa saja untuk memaksimalkam keuntungan. Karena tuntutan itu, pelaku bisnis beresiko terjebak ke dalam prinsip 'tujuan menghalalkan cara'. Kemudian tanpa rasa bersalah membiarkan terjadi polusi, terbiasa menyogok pejabat untuk memenangkan tender, reaksi spontan melakukan PHK karyawan ketika perusahaan mulai merugi, bahkan tega merekayasa kasus untuk mengelabui stakeholder.
Etika bisnis seharusnya jangan dipahami sebagai faktor penghalang untuk mencari keuntungan. Etika bisnis dengan memperhitungkan norma moral, pelayanan baik, dan kepentingan pelanggan, ternyata justru mampu menjamin keberlangsungan loyalitas pelanggan dan membawa keuntungan. Etika bisnis juga ada yang menekankan standar moral melalui pendekatan etika keutamaan: kejujuran, keberanian, pengendalian, dan keadilan. Ada lima unsur yang perlu diperhitungkan dalam etika bisnis, bukan hanya aksesoris manajemen atau lip-service, namun menjadi nilai dasar penopang bisnis: pertama, perusahaan sebagai pelaku moral dan kompetensi etika; kedua, struktur organisasi dan implementasi strategi; ketiga, regulasi struktural dan kode etik, termasuk aturan pengadaan baranga/jasa; keempat, prinsip-prinsip sukarela untuk keamanan dan hak-hak asasi manusia; dan kelima, langkah-langkah pengambilan keputusan etis. (BST & AYM)
|
