Magister Manajemen

Fakultas Ekonomi - Universitas Sanata Dharma

<< WEB FAKULTAS

BERITA

Green Entrepreneurship Training (GET) Angkatan 6 - Hari Keempat, Sabtu, 24 Februari 2018
26 February 2018
Green Entrepreneurship Training (GET) Angkatan 6 - Hari Keempat, Sabtu, 24 Februari 2018 :: Magister Manajemen
Magister Manajemen USD News. Hari keempat Green Entrepreneurship Training (GET) ke-6 dilaksanakan pada Sabtu, 24 Februari 2018. Sesi pertama dan kedua disampaikan oleh Dra. Maria Selastiningsih, Akt. Topik yang diangkat adalah Pengembangan Operasi/Produksi serta Pemasaran. Sebagai seorang praktisi Bu Nining membagi line bisnis menjadi 3 yaitu produksi distribusi dan pemasaran. Dalam pangalamannya pebisnis yang mengerjakan 3 hal ini tidak akan bertahan lama, karena pebisnis itu harus konsentrasi atau fokus di 1 bagian saja. Beliau menyampaikan bahwa hal yang terpenting dalam pemasaran adalah membangun image dengan tujuan untuk memperoleh kepercayaan dari konsumen. Untuk memulai sebuah bisnis setiap orang harus memiliki “Mimpi yang terukur” dan juga memiliki indikator keberhasilan. Pemateri mengajak para peserta untuk berpikir kritis dalam menentukan bisnis yang akan dijalankan. Apakah bisnis tersebut masuk dalam Red Ocean atau Blue Ocean. Secara tegas beliau menyatakan bahwa para pebisnis seharusnya berada pada Blue Ocean dimana persaingan bisnis di sini tidaklah banyak. Pebisnis yang bermain di area Bule Ocean ini adalah para pebisnis yang selalu berinovasi dan mereka yang pandai mencari “Gap/Mis-Market” sedangkan untuk area Red Ocean sendiri digambarkan dengan persaingan yang “berdarah-darah” bisnis ini sudah banyak pesaingnya dan tentunya memerlukan modal yang besar pula. Hal yang membedakan red ocean dari blue ocean di value added (Unique Selling Point) Blue ocean diciptakan bukan dicari (Create Value). Masa depan ada di online bisnis. Everybody is your costumer. Karena pasar ada di jaman generasi milenial. Salah satu Keypoint yang ditekankan oleh pemateri adalah “kunci bisnis adalah berbagi” dan “business talk about money”. Bisnis itu matematika hanya hitung, namun harus bisa berbagi agar bisa diterima di mana saja, tanpa berbagi integritas anda dipertanyakan.  

Selanjutnya, sesi ketiga dengan materi Etika Bisnis, disampaikan oleh Dr. Herry Maridjo, M.Si. Bisnis seringkali diidentikkan dengan ketidakjujuran atau biasa disebut dengan pelanggaran etika bisnis. Etika berarti adat-istiadat atau kebiasaan hidup yang baik. Sementara, moral juga merupakan adat-istiadat atau kebiasaan hidup yang baik. Etika sebagai ajaran dan pengetahuan, sehingga lebih luas dibanding moralitas. Namun, mitos bisnis amoral mengatakan bahwa bisnis dan etika adalah dua hal yang terpisah satu sama lain, maka tidak dapat dicampuradukkan. Sebab bisnis orientasinya profit, sedangkan etika tentang baik dan buruk. Kesuksesan suatu bisnis tidak dapat diukur dengan keuntungan yang diperoleh. Ukuran kesuksesan etika adalah baik buruknya tindakan. Mitos bisnis amoral tidak benar, bisnis tidak sepenuhnya sama dengan judi karena tidak selalu uang yang dipertaruhkan dalam bisnis. Nama baik, keluarga, konsumen juga dipertaruhkan dalam suatu bisnis. Strategi bisnis yang efektif harusnya bersifat etis. Norma-norma yang dianggap baik dan berlaku di masyarakat, juga pasti baik dan berlaku bagi seorang pebisnis. Legalitas yang diberikan pada suatu bisnis belum tentu dibenarkan secara moral.

Sesi terakhir dengan materi Laudato Si’, disampaikan oleh Romo In Nugroho Budisantoso, S.J., M.Hum., M.P.P. Laudato Si’ berasal dari doa pujian St. Fransiskus Asisi (abad ke-13) dan terbagi dalam 6 bagian, yang mengikuti pendekatan “See, Judge, Act”. Ada tiga langkah mendalami ensiklik Laudato Si’: Bertolak dari konteks aktual (Experience), Membangun cara pandang baru (Reflection), Memulai perubahan radikal (Action). Selanjutnya, usahawan diajak menghidupi Spiritualitas Inovasi dalam Terang Laudato Si’. Spiritualitas yang berakar pada rahmat ALLAH sebagai kekuatan yang memampukan manusia untuk tahan memilih pilihan yang lain (mungkin di luar sistem), bahkan bila harus melawan arus, demi menyediakan ruang bagi semua (manusia dan alam). Akar masalah dari bumi makin terlihat sebagai tempat pembuangan sampah yaitu perilaku konsumtif, keserakahan, kurang kepekaan, boros dimana kesemuanya itu berasal dari ego manusia. Egocentrism harus diubah menjadi ecocentrism sebelum menjadi aksi. Untuk itu perlu adanya keseiramaan antara institusi (aturan/sistem) dengan individualism (perilaku personal) demi terbentuknya pola pemahaman yang tidak menjadikan alam semesta sebagai pusat kehidupan. Keporakporandaan bumi terjadi sejak adanya pertemuan ekonomi dengan teknologi yang dimulai pada revolusi industri. Keduanya memasukkan konsepsi tentang kemajuan yang kemudian diilhami banyak orang.  Laudato Si, sesungguhnya bertolak dari permasalahan-permasalahan yang sangat kompleks. Pendekatan dalam Laudato Si, bukan hanya pendekatan lingkungan atau sosial saja, melainkan integral (keduanya).  Lewat Laudato Si, sisi gelap dan terang manusia akan terfokuskan pada sisi terangnya. Manusia harus menguasai teknologi, bukan sebaliknya teknologi yang menguasai manusia. Spiritualitas berakar pada keyakinan akan rahmat Allah dalam hidup dan aktivitas manusia. Diri seseorang dibangun dari dalam, bukan dari luar karena rahmat hidup didalam diri manusia sehingga mampu menemukan inovasi. Kegiatan kewirausahaan merupakan tempat menuangkan inovasi yang mampu menghasilkan kekayaan dan memperbaiki dunia.















Penulis Tim Notulen   : Andi, Fretty, dan Dyah.
Editor                       : Ricky Lawoliyo


hal. 1  2  3  4  5  ...  25
© 2024 - Magister Manajemen - Fakultas Ekonomi - Universitas Sanata Dharma Yogyakarta