USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Latihan Pengembangan Diri

diupdate: 5 tahun yang lalu

 

Dalam hidup, kita semua pasti memiliki cita-cita atau tujuan tertentu. Dalam mencapai tujuan besar itu, kita pasti melakukan hal-hal kecil yang membantu kita lebih dekat dalam meraihnya. Salah satu usaha yang kita lakukan adalah mengadakan pelatihan pengembangan diri.

Pada tanggal 1 Desember 2018 - 2 Desember 2018, Lembaga Kesejahteraan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma mengadakan latihan pengembangan diri bagi seluruh penerima beasiswa Bidikmisi, Driyarkara, dan Cerdas Humanis yang bertempat di Omah Petroek Pakem.

Setelah menenempuh perjalanan selama hampir satu jam dengan bus, kami tiba di area penginapan yang sejuk khas Kaliurang dan langsung masuk ke kamar masing-masing, makan, kemudian mempersiapkan diri mengikuti sesi pertama.

Dengan khidmat, kami menyanyikan Hymne Sanata Dharma, lalu memperkenalkan nama dan kota asal masing-masing. Tak kenal maka tak sayang. Kami yang berbeda suku, agama, dan budaya membaur jadi satu keluarga.

Sebagai fasilitator sesi ini, Bruder Sarju menyuruh kami menuliskan refleksi tentang latar belakang keluarga, keprihatinan, harapan, dan semua cita-cita kami. Kemudian kami menceritakan apa yang kami tulis dalam kelompok-kelompok kecil. Kami banyak mendapatkan pelajaran dari cerita sesama teman.

Setelah itu, Bruder Sarju mempresentasikan materi tentang hubungan spiritual, personal, sosial, organisasional, dan ekologikal yang wajib diimplementasikan mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari. Kami juga berjanji bahwa kami akan fokus belajar sehingga menghasilkan prestasi yang baik selama studi, meraih predikat terbaik saat kelulusan, dan tidak akan mengkhianati keluarga dan siapapun yang telah mendukung kelancaran studi kami. Semua untuk kebaikan dan masa depan kami sendiri.

Keesokan harinya, kami diperkenalkan dengan kakak-kakak mahasiswa Sanata Dharma yang jadi peraih beasiswa Beswan. Mereka menjadi fasilitator untuk berbagai permainan seru yang sarat akan nilai-nilai filosofis. Salah satu contohnya adalah ketika kami dikondisikan untuk mengambil makanan sesuai jumlah gram tertentu yang kami putuskan berapa. Kami yang telah dibagi dalam kelompok-kelompok kecil harus mengambil makanan secara rata, setiap anggota kelompok mengira-ngira apakah setelah ini masih ada jatah nasi, sayur, dan lauk yang tersisa untuk anggota di belakangnya. Karena, jika salah menakar sehingga jatah habis, anggota lain terancam tidak makan!

Dan benar saja, ada beberapa anggota yang tidak kebagian makanan sehingga tidak bisa makan. Anggota yang lain merasa tidak enak, tapi fasilitator tidak mengizinkan kami untuk saling berbagi.

Namun, pada akhirnya kami tetap berbagi. Mengapa? Karena solidaritas atas dasar kemanusiaan lebih penting daripada aturan apapun. Lebih baik kami menanggung hukuman bersama daripada membiarkan sesama teman kelaparan.

Apa yang kami lakukan adalah implementasi dari tema besar pada kegiatan ini: toleransi dalam keberagaman. Apapun latar belakangnya, kami semua setara, kami berhak saling menerima satu sama lain apa adanya, walaupun dalam banyak hal kami benar-benar berbeda.

Nilai-nilai tersebut juga tercermin dalam games lain yang memerlukan kebersamaan dan kerjasama solid, seperti games menjatuhkan telur, menumpahkan air, atau mengambil bola di mana masing-masing dari kami melakukannya dengan tubuh terikat dan mata tertutup.

Inilah yang harus kami ingat dan bawa sampai kapanpun. Mungkin bukan hanya kami, tapi juga untuk semua pembaca. Pelajaran-pelajaran berharga ini rugi jika langsung dilupakan begitu kami pulang dari area penginapan.

Dan semoga saja, satu upaya kecil ini dalam meraih cita-cita besar kami senantiasa diberkati Tuhan.

Afi

  kembali