USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Program Magister KBI USD Selenggarakan ELS Talk: “Language and (Post)colonial Policy in Africa”

diupdate: 2 bulan yang lalu




Jumat, 22 September 2023, Program Magister Kajian Bahasa Inggris (KBI) Universitas Sanata Dharma (USD) menyelenggarakan ELS Talk yang dilakukan secara hybrid pada pukul 09.30-13.00 WIB. Peserta dapat mengikuti secara luring di R. Kadarman, Lt. 4 Gedung Pusat, Kampus II, Mrican dan mengikuti secara daring melalui platform Zoom dan siaran Youtube USD.

Selain dihadiri oleh mahasiswa dan dosen dari Magister KBI USD, seminar ini juga dihadiri para mahasiswa dari Tanzania yang sedang menjalani studi di Prodi Magister Manajemen.
 
Seminar ELS Talk mengundang dua pakar sebagai narasumber, yaitu Prof. John Myhill dari Haifa University Israel dan Prof.

Dephine Kessy dari St. Augustine University Tanzania untuk memberikan materi dan membuka diskusi sesuai dengan topik yang diusung, yaitu “Language and (Post)colonial Policy in Africa.” Topik ini diusung oleh ELS Talk untuk memberikan pemahaman lebih luas dan dalam terkait bahasa dan kebijakan poskolonial yang mengaturnya.
 


Direktur Program Pascasarjana KBI, FX. Mukarto mengungkapkan bahwa terdapat banyak bahasa yang tersebar di seluruh dunia, terbanyak diantaranya adalah di Benua Afrika yang memiliki kurang lebih 2000 bahasa yang tersebar di 54 negara. 

“Bahasa-bahasa tersebut, tentunya tidak lepas dari sejarah Afrika yang merupakan negara poskolonial, yang tentunya memiliki kebijakan-kebijakan tertentu terkait bahasa yang dibawa hingga masa kini,” paparnya.
 
Mukarto juga mengungkapkan bahwa kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan bahasa saat poskolonial adalah hal yang ingin dibahas dalam seminar kali ini.
 
“Afrika merupakan bagian dari negara poskolonial, sama seperti Indonesia, yang tentunya memiliki pengalaman tertentu selama masa penjajahan, termasuk kebijakan yang mengatur bahasa yang digunakan oleh masyarakatnya. Dalam seminar kali ini, kita akan belajar dan berdiskusi terkait bahasa di Afrika serta kebijakan yang mengaturnya.” ungkapnya lebih lanjut.



Prof. Dephine selaku pembicara dan seorang Africans, menyetujui penuturan tersebut dan mengungkapkan bahwa Afrika merupakan benua yang sangat luas dan memiliki banyak perbedaan di dalamnya, terutama bahasa. 
 
“Sebelum masa poskolonial, Afrika tidak dibagi dalam banyak negara, hanya terbagi dalam kepemimpinan kerajaan serta kekaisaran. Namun, perpecahan mulai terjadi pada masa penjajahan. Bahasa baru dibawa oleh para penjajah membuat para Africans terpecah, yang kini membuat Afrika tetap stagnan,” tuturnya.
 
Ia menambahkan bahwa yang sama, yang dapat menyatukan bangsa-bangsa Afrika, adalah sebuah cita-cita bersama.
 
“Kami ingin keluar dari situasi ini, tetapi hambatannya adalah kami belum dapat memahami satu sama lain dengan baik. Bahasa kami masih terpecah. Karenanya, yang dibutuhkan Afrika saat ini adalah satu bahasa umum yang dapat menyatukan seluruh Afrika dengan harapan nantinya kami bisa melihat dan meneliti langkah ke depan untuk perkembangan kami.” tuturnya.


(TPP/CSNC/DKS - Humas USD)

  kembali