USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Diskusi Pusdema USD “Pembebasan Manusia: Sebuah Refleksi Multidimensional”

diupdate: 2 tahun yang lalu


Pusat Kajian Demokrasi dan Hak-hak Asasi Manusia (Pusdema) Universitas Sanata Dharma (USD) mengadakan diskusi mengenai buku “Pembebasan Manusia: Sebuah Refleksi Multidimensional” pada hari Selasa, 30 November 2021. Dalam diskusi ini dibedah secara singkat dan satu persatu dengan mengupas kurang lebih 20 tokoh berpengaruh yang menginspirasi dibuatnya buku ini. “Diskusi ini diharapkan untuk membantu kita sebagai manusia, sebagai kemanusiaan secara kolektif maupun individu untuk memperdalam berbagai macam bentuk refleksi”, tutur Dr. Baskara T. Wardaya, S.J. selaku Kepala Pusdema sekaligus narasumber pada diskusi ini.

Acara diskusi tersebut dibuka dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh moderator, Max Rooyackers, dengan pertanyaan terkait latar belakang terbitnya buku Pembebasan Manusia. Menurut narasumber, keberadaan kita sebagai manusia di dunia ini sangat unik karena mengandung berbagai dimensi dimana dimensi tersebut perlu untuk terus dieksplorasi. Hal inilah yang menarik bagi Dr. Baskara T. Wardaya. S.J. untuk disampaikan melalui buku tersebut. Beliau menyampaikan ada beberapa pola pikir dan pendapat dari beberapa tokoh yang berada di dalam buku ini. Tulisan dari tokoh-tokoh tersebut menjadi pemantik sebagai bahan refleksi diri. Hal yang mendasari narasumber dalam memilah tokoh-tokoh yang dijadikan inspirasi, yaitu memilih tulisan-tulisan tokoh yang tidak hanya baik secara teknis, tetapi juga reflektif terkait dengan pembebasan manusia dan berkesinambungan atau dialogis antara satu dengan lainnya.

Beberapa gagasan pikir para ahli di antaranya seperti gagasan dari Romo Mangun, salah satu tokoh terkenal di Yogyakarta, berpendapat bahwa “pendidikan yang membebaskan agar mental petualangan dan keberanian mencari jalan sendiri di luar dunia orang tua jangan tercekik oleh dunia sekolah dan pendidikan”. Melalui pernyataan tersebut Romo Mangun ingin menyampaikan pesan agar sistem pendidikan bisa lebih membebaskan sehingga membuat pelajar mampu untuk eksplor atau bersikap out of the box. Pernyataan Romo Mangun ini dirasa masih relevan dengan keadaan sekarang dan berkesinambungan dengan cita-cita menteri pendidikan saat ini melalui program Kampus Merdeka. Selain itu, ada pula salah satu tulisan tokoh Jacques Ellul, seorang filsuf teknologi, yang berpesan hendaknya manusia tidak terlarut hanya pada penemuan sains, teknologi, dan sebagainya melainkan sesekali perlu untuk menarik nafas panjang dan berpikir lebih dalam lagi agar penemuan-penemuan tersebut tidak justru menghancurkan kita sebagai manusia. Teknologi memang telah menjadi bagian yang penting dalam kelangsungan hidup manusia yang menghasilkan banyak sekali perubahan, akan tetapi perubahan yang terjadi begitu cepat seringkali membuat manusia luput untuk berefleksi dari segi etika dan kelangsungan hidup manusia sebagai spesies. Selain itu, Mohammed Arkoun memaparkan seringkali masyarakat terpecah satu dengan lainnya dikarenakan dasar keyakinan tradisi yang turun temurun tetapi tidak pernah kita kaji bersama menggunakan prinsip-prinsip yang dapat dipertanggung jawabkan. Menurut Arkoun, penting untuk bersama-sama mengkaji dan mendiskusikan asumsi-asumsi yang diturunkan tersebut supaya semakin terbuka satu sama lain sehingga kita sebagai manusia dapat maju bersama.

Di akhir diskusi ada tiga harapan yang dilontarkan oleh Dr. Baskara T. Wardaya, S.J. Pertama narasumber ingin mendorong orang-orang muda untuk rajin membaca karya klasik atau menginspirasi dan belajar secara langsung dari para tokoh-tokoh inspirasi tersebut.  Kedua, melalui buku ini diharapkan dapat membangun kesadaran untuk tidak hanya mencari kepentingan untuk diri sendiri, tetapi juga memikirkan kepentingan kolektif dan ingin berjuang maju bersama sebagai umat manusia. Terakhir, buku ini diharapkan menggerakkan pembacanya untuk saling membantumanusia lain dalam proses pembebasan manusia.

(AWAS & TMG)

  kembali