USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Peran Perempuan sebagai Pembawa Peradaban

diupdate: 3 tahun yang lalu






Pusat Kajian Demokrasi dan Hak-hak Asasi Manusia (Pusdema), Universitas Sanata Dharma (USD) mengadakan webinar bertajuk “Perempuan, Demokrasi, dan Kebangkitan Nasional” pada Jumat (18/6). Webinar ini menghadirkan dua narasumber yang membagikan pengetahuan serta pengalaman mereka mengenai peran dan kontribusi perempuan terhadap demokrasi dan kebangkitan nasional bangsa ini yaitu Prof. Dra. Novita Dewi M.S., M.A. (Hons.), Ph.D. yang merupakan dosen dari Program Studi Magister Kajian Bahasa Inggris USD dan Damairia Pakpakan yang merupakan seorang aktivis perempuan. Acara ini dimoderatori oleh Dr. Tjipto Susana yang merupakan dosen dari Program Studi Psikologi USD. Webinar berlangsung melalui Zoomdan siaran langsung di kanal YouTube Pusdema USD.

Dr. F.X. Baskara T. Wardaya, S.J., M.A. selaku Kepala Pusdema USD menyebutkan bahwa webinar ini sangat sesuai untuk dilaksanakan pada bulan Juni yang identik dengan lahirnya Pancasila. “Sebelumnya di bulan Mei kita juga memperingati hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei dan sekaligus juga hari Kebangkitan Nasional,” ungkap Romo Baskara. Beliau juga berharap diskusi dalam webinar ini dapat memberikan inspirasi bagi banyak orang untuk berkiprah dalam tema-tema perempuan.

Prof. Dra. Novita Dewi M.S., M.A. (Hons.), Ph.D. ialah seorang akademisi yang menaruh minat penelitiannya pada kajian pasca-kolonial dan demokrasi serta kajian ekofeminisme. Dalam webinar ini, Prof Novita membagikan kisah beberapa tokoh perempuan Indonesia yang turut berjuang untuk kebangkitan nasional. Tokoh tersebut antara lain Kartini, Saur Marlina (Butet) Manurung, Aleta Baun, Yosepha Alomang, Afrida Erna Ngato, dan Suwarsih Djojopuspito. Prof Novita mengajak kita untuk membaca kisah perempuan-perempuan hebat tersebut supaya kita bisa merekonstruksi narasi-narasi perempuan. Narasi hebat perempuan terdapat dalam beberapa bidang, yaitu pendidikan, kemanusiaan, lingkungan, Bahasa, dan sastra. “Perempuan dalam berita itu sering menjadi derita. Tetapi justru dalam penderitaan itu perempuan semakin ditempa dan menjadi digdaya,” ujar Prof Novita saat menyampaikan harapannya pada akhir sesi.

Damairia Pakpakan dalam sesinya membagikan penjelasan mengenai peran perempuan dalam demokrasi Indonesia. Damai, sapaan akrabnya, mengajak kita untuk lebih sadar sejauh mana kontribusi kita sebagai perempuan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia, terutama untuk kaum-kaum terpinggirkan dan untuk perempuan itu sendiri. “Pentingnya keterwakilan perempuan dalam sebuah organisasi. Kalau hanya 15% [perempuan], ada kecenderungan akan menghindari penanganan isu gender, hanya akan dianggap angin lalu,” ucap Damai. Menurut aktivis perempuan ini, bila angka 15% bisa naik, maka perempuan bisa membentuk dan memprioritaskan isu gender dalam agenda kerja dan kebijakan. Damai juga mengungkapkan bahwa perempuan di parlemen juga seringkali tidak berada di posisi yang strategis sebagai penentu kebijakan.

Pemaparan materi oleh kedua pembicara pun disambut oleh para peserta lewat sesi tanya jawab yang aktif. “Kecerdasan pemikiran bumi putra tidak akan maju jika perempuan ketinggalan di dalam usaha itu karena perempuan adalah pembawa peradaban,” ujar Susan selaku moderator mengutip ungkapan milik R.A. Kartini saat menutup sesi diskusi.

(GGZ & JCLA)

  kembali