USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Membangun Gereja sebagai Gerakan: Bermisi di “Zaman Cair”

diupdate: 3 tahun yang lalu




Selasa (23/2) Pusat Penelitian dan Pelatihan Teologi Kontekstual  Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharama (USD) bersama dengan Keuskupan Agung Jakarta dan HIDUPtv mengadakan webinar bertajuk “Membangun Gereja sebagai Gerakan: Bermisi di Zaman Cair”. Webinar bulanan Fakultas Teologi USD ini dilaksanakan secara daring melalui aplikasi Zoom dan disiarkan pada kanal YouTube Theo Talk serta  HIDUPtv.

Pembicara pertama adalah Romo Dr. Alexius Andang Listya Binawan, SJ menyampaikan materinya yang berjudul “Gereja yang chaordic dalam kitab hukum kanoik” membahas tentang keluesan hukum gereja. Dr. Alexius Andang Listya Binawan, SJ yang biasa disapa Romo Andang ini menjelaskan bahwa dalam bahasa Jawa, charodik itu diartikan dengan luwes, karena di satu sisi mau mempertahankan order dan di lain pihak harus menghadapi tantangan-tantangan dengan lues dan lentur. Romo yang merupakan Dosen Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Driyarkarya Jakarta ini mengumpamakan gereja sebagai benih yang ditabur, perumpamaan itu merupaka perumpamaan yang pas dalam konteks gereja sebagai gerakan, di mana gereja bukan sebagai tanahnya melainkan sebagai potnya. Gereja bukan sebagai tujuan dari umat beriman tapi justru menjadi pelayan agar benih iman yang ada di dalam hati umatnya dapat tumbuh dan berkembang.

Pembicara kedua yakni Romo A. Bagus Laksana, SJ. Ph.D. yang memaparkan materinya dengan judul “Sekolah hasrat: tantangan gereja di masyarakat urban kontemporer”. Romo yang menjadi Dekan Fakultas Teologi ini membahas tentang bagaimana gereja bisa menjadi gerakan yang kreatif di tengah perjalanan sejarah pada masyarakat urban di Jakarta. A. Bagus Laksana, SJ. Ph.D. yang biasa disapa Romo Bagus ini memaparkan salah satu kecairan dan kelenturan gereja dengan basis hukum kanonik dalam kreativitas historis bagi gereja. Visi dari Kardinal Suharyo bahwa gereja sebagai paguyuban dan gerakan. Romo Bagus mengutip dari Philip Sheldrake bahwa pertumbuhan global kota-kota saat ini adalah tantangan kritis, di mana kota itu dikarakterisasi dan ditandai oleh ukuran yang besar atau populasi yang besar namun juga ditandai dengan pluralitas yang bersifat sosial, etnis, religius, dan dunia ini menjadi urban. Urbanisasi itu cepat sekali terjadi di dunia ini termasuk di Indonesia. Urbanisasi di Indonesia akan terus meningkat tetapi hal tersebut menimbulkan permasalahan karena urbanisasi di Indonesia belum memberikan atau memenuhi janji potensinya untuk menyediakan sustainable improvements dalam bidang kesejahteraan di mana masih terdapat banyak sekali diskriminasi. Tantangan utama gereja urban adalah melihat bahwa kota adalah medan formasi etnis yang khas dengan segala kompleksitas dan ambiguitas serta fluiditasnya. Gereja perlu membangun visi dan pandangan dunia yang baru di mana gereja terus menjadi dan membawa kabar gembira dalam konteks kenyataan baru yang terus berkembang.

(SK & KTI )

  kembali