USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Mengolah Rasa, Memberi Makna

diupdate: 4 tahun yang lalu



Teach us to give and not count the cost” - St. Ignatius of Loyola

Frase tersebut menggugat logika dalam situasi pandemi dan dampaknya yang tak terhindari. Ketidakpastian situasi menuntut kemurahan hati sebagai solusi. Demikian kiranya konteks yang mengawali perjalanan pembagian bahan pangan yang diinisiasi oleh Bruder Yohanes Sarju, S.J., M.M. selaku Ketua Lembaga Kesejahteraan Mahasiswa Universitas Sanata Dharma (LKM USD). Berangkat dari sebuah pesan whatsapp yang memasygulkan, telah terdistribusi lebih dari 2.500 paket bahan pangan sejak Maret 2020. Situasi sulit akibat Covid-19 dialami semua orang, terutama orang-orang muda. Banyak mahasiswa yang mengalami karantina wilayah, menjalani perkuliahan secara daring, dan dinamika perekonomian keluarga. Dengan pengalaman kondisi yang tidak jauh berbeda, Bruder Sarju berjalan menerobos ketidakpastian. Bak sang pionir, ia memanajemen kemurahan hati para donatur untuk meringankan satu sisi dari banyak kesulitan yang dihadapi mahasiswa. Kebutuhan makanan ini menjadi sangat esensial mengingat efek dominonya terhadap pos keuangan bulanan mahasiswa.

Keberanian Bruder Sarju melakukan aksi nyata ini juga diamini oleh mahasiswa USD: Andi Suryadi dan Dyah Andriyani (Ekonomi), Arya Nugraha dan Stanislaus Dio Zevalukito (Teknik Mesin), serta Rantie Marie (Pendidikan Agama Katolik). Bagi mereka, semangat dan keyakinan Bruder Sarju serta gerak nurani para donatur mematri keharusan mengambil bagian. Dalam ketakutan dan ketidakberdayaan, mereka merajut asa kolega sebaya. Pusparagam alasan mengonstruksi keberanian bertindak. Mulai dari mensyukuri kemurahan hati yang telah diterima, keinginan mengalami sebuah pengalaman, mendorong diri untuk bijaksana, hingga menempa diri untuk berperan daripada sekadar baperan. Bukan perkara yang paling besar dapat dilakukan, melainkan terkecil mungkin dilakukan. Peran sekecil apapun yang dilakukan secara kolektif, mampu mengonstruksi perpaduan rasa dan logika. Tentu saja tidak mudah karena mereka harus bertemu banyak orang setiap harinya, dihujani kritik, dan dihidupi intrik. Namun, di sinilah proses bertumbuh yang sejati terjadi. Semakin dibenturkan dengan keadaan, akan semakin bertumbuhnya perasaan. Bantuan diberikan hingga tahap yang kedua dengan ditangani langsung oleh satuan tugas penanganan Covid-19 USD melalui Romo Paulus Bambang Irawan S.J., S.T.D. selaku Wakil Rektor 3 USD. Hal ini menguatkan mekanisme kolaborasi yang sungguh mendasari aksi nyata. Pada konteks ini, mahasiswa diajak untuk memaknai dan menyadari akan selalu ada ruang untuk setiap tindakan baik.

Bruder Sarju merajut sinergi dermawan dan lembaga pendidikan serta mengonstruksi ekuilibrium interdependensi visi. Bruder sangat mensyukuri kemurahan hati dan semangat masing-masing bagian yang membuat aksi peduli terealisasi. Bagi Dyah, semangat dan pendampingan a quo membuat semakin berkembang, khususnya kemampuan problem solving dan adaptasi diri dengan kondisi. Hal yang dipertegas oleh Ranti sebagai mini hero yang penuh kegembiraan merangkul kesulitan. Sementara itu, bagi Arya, yang dibagikan lebih dari sekadar paket bahan makanan, tetapi juga energi positif dan spirit magis. Akhirnya, perjalanan ini menyingkap pengalaman nadir untuk belajar bermurah hati dan berpikir dinamis dalam setiap kondisi seperti sang ibu, sambung Dio. Menjadi, bukan tujuan akhir hidup orang muda, melainkan hakikat proses yang belum selesai. Kepedulian akan selalu mengiringi kegembiraan membagikan harapan dan orang muda membuktikan bahwa cinta pada sesama bukanlah sekadar fantasi, tandas Andi.

(AS & SDZ)

  kembali