USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Webinar Profil Pendidik Pancasila: Orientasi dan Tantangannya

diupdate: 4 tahun yang lalu




Komisi Pendidikan KWI, Majelis Nasional Pendidikan Katolik, Universitas Sanata Dharma, dan Yayasan TEGAR pada hari Sabtu, 27 Juni 2020 kembali mengadakan Webinar bersama. Webinar yang diadakan melalui aplikasi Zoom dan live streaming melalui kanal Youtube Humas USD ini mengusung tema “Profil Pendidik Pancasila: Orientasi dan Tantangannya”. Pemantik diskusi yaitu Yudi Latif, Ph.D; pembicara pertama adalah Weilin Han, M.Sc.; pembicara kedua yaitu Dr. Murti Ayu Wijayanti, M.Pd. Webinar dipandu oleh Rektor Universitas Sanata Dharma, Johanes Eka Priyatma, Ph.D. sebagai moderator.

Pemantik diskusi, Yudi Latif, Ph.D. menyampaikan tentang mengapa, apa, dan untuk apa Pancasila. Pendidikan merupakan proses belajar menjadi manusia seutuhnya dengan belajar dari kehidupan sepanjang hidup. Bagaimana cara mempersatukan keberagaman? Dalam membangun Negara diperlukan titik temu sehingga lahirlah slogan Bhinneka Tunggal Ika. Ada ruang untuk perbedaan tapi di saat yang sama harus menemui titik jumpa/pertemuan dengan cara mencari esensi pokok manusia. Pancasila menjadi strategi pendidikan karena representasi dari kebudayaan kita.

Weilin Han, M.Sc. selaku praktisi pendidikan memaparkan materi tentang “Profil Pelajar Pancasila untuk Membangun SDM Yang Unggul” menyampaikan bahwa  pendidikan nilai-nilai Pancasila tidak boleh dibatasi oleh kepentingan mata pelajaran tertentu. Pancasila harus menjadi bahasa pendidikan kita untuk mata pelajaran apapun. Dijelaskan pula mengenai growth mindset bahwa setiap kita dapat berkontribusi positif.

Dr. Murti Ayu Wijayanti, M.Pd. selaku pengajar PBI di UNTIRTA memaparkan materi tentang “Adakah Pancasila di Dirimu, Nak?”. Pemateri kedua ini menyampaikan tentang Pancasila yang tumbuh dari lingkup terkecil yaitu dalam keluarga. Dapat dilakukan dengan keteladanan, pembiasaan, serta pemupukan. Kemudian diulas pula mengenai Pancasila dalam pendidikan tinggi menjadi tanggung jawab pendidik. Bukan belajar mengenai Pancasila tetapi mengajar dengan nilai-nilai Pancasila. Dapat memberi contoh mengenai keadilan sehingga menjadi contoh untuk mahasiswa. Integritas mahasiswa dapat diwujudkan dengan tak henti-hentinya mengajarkan orisinalitas atau non plagiarism, belajar mengutip, parafrasa, dan sebagainya. Kebhinnekaan dapat direalisasikan isu-isu menjadi topik diskusi, belajar menganalisis serta berpikir kritis.

Sebagai penutup para narasumber menyampaikan bahwa perbesar jaringan untuk terjun, praktis dan tidak mengawang-awang untuk bumikan Pancasila. Tidak hanya untuk digembar gemborkan dan dihafalkan. Memang tidak mudah tetapi bukan berarti kita menyerah. Seharusnya dikotomi mayoritas-minoritas mestinya tidak lagi relevan di abad ini karena semua orang dapat berkontribusi.

(GM & GSEP)

  kembali