USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Webinar Arah Pendidikan Indonesia Pasca Pandemi Covid-19

diupdate: 4 tahun yang lalu



Komisi Pendidikan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Majelis Nasional Pendidikan Katolik (KMNP), Universitas Sanata Dharma (USD), dan Yayasan Terang dan Garam (TEGAR) menyelenggarakan webinar dengan tema “Arah Pendidikan Indonesia Pasca Pandemi Covid-19” (Kamis, 21 Mei 2020). Webinar tersebut diadakan lewat salah satu aplikasi Zoom, karena keterbatasan jumlah peserta melalui zoom maka webinar tersebut juga disiarkan langsung di channel youtube Biro Humas USD. Acara tersebut merupakan lanjutan dari Konferensi Sekolah Katolik Indonesia (KSKI) 2020 yang telah terselenggara pada tanggal  10-12 Januari 2020.

Ada tiga pembicara pada webinar ini, yang pertama adalah Dr. Iwan Syahril, Ph.D. yang merupakan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia; yang kedua adalah Prof. Iwan Pranoto, M.Sc., Ph.D. yang merupakan Guru Besar Fakultas Matematika dan IPA, Institut Teknologi Bandung; dan yang ketiga adalah Rektor USD, Drs. Johanes Eka Priyatma M.Sc., Ph.D. Moderator pada seminar ini adalah Prof. Dr, Anita Lie, Ed.D. yang merupakan Guru Besar Universitas Widya Mandala Surabaya.

Pada pemaparannya tentang arah pendidikan Indonesia pada Revolusi Industri 4.0 Dr. Iwan Syahril, Ph.D. mengungkapkan bahwa pada era 4.0 pendidikan sebaiknya mengedepankan budaya inovasi dan merdeka dalam belajar namun harus tetap berjiwa Pancasila. Pendidikan setelah pandemi Covid-19 harus memiliki sikap mental nyaman dengan ketidaknyamanan yang mendukung percepatan terwujudnya budaya inovasi. Adanya pandemi memaksa pendidik untuk berfikir ulang pendekatan dalam pembelajaran yang dapat mendukung percepatan terwujudnya pembelajaran yang berpusat pada murid, dan pandemi ini membuat menurunnya kecemasan terhadap teknologi dan mendorong percepatan pembangunan platform pendidikan nasional berbasis teknologi.

Sesi yang kedua Prof. Iwan Pranoto, M.Sc., Ph.D membawakan materi tentang Kebangkitan Kasmaran Belajar. Menurutnya kasmaran belajar pada siswa di Indonesia kurang disemai. Kasmaran belajar adalah saat di mana manusia mengalami kebahagiaan puncak, mendapatkan konsentrasi penuh dan tenggelam dalam kegiatan belajar dan mencipta, dan saat diri melebur menjadi satu dengan ruang dan waktu tanpa disadari. “Ada pepatah yang mengatakan bahwa sebelum musim hujan sebaiknya membetulkan genteng. Saat ini Indonesia lalai membetulkan genteng pendidikan sebelum hujan, namun kita jadi dapat melihat di mana letak lubang-lubang yang harus dibetulkan. Krisis ini dapat menjadi peluang jika kita bisa keluar dengan selamat.” ungkap Prof. Iwan. Nilai utama pendidikan baru menurut Prof. Iwan adalah keterlibatan menggantikan ketepatan, kepercayaan menggantikan kecurigaan, dan bangga pada ciptaan sendiri menggantikan kecurangan.

Drs. Johanes Eka Priyatma M.Sc., Ph.D. yang akrab dipanggil Pak Eka pada sesi ketiga membawakan materi tentang Guru Bermutu Indonesia Maju. Beliau memaparkan bahwa guru akan tetap menjadi peran yang sentral (actor terpenting) dalam memajukan bangsa serta pendidikan yang ideal untuk ke depannya adalah pendidikan yang tetap berlangsung dalam ruang gabungan yaitu antara ruang fisik dan ruang virtual. Perkembangan teknologi akan melahirkan dunia Volatile, Uncertain, Complex, dan Ambiguous (VUCA) sehingga perlunya beberapa kompetensi yang harus dimiliki oleh anak-anak/siswa untuk menghadapi dunia tersebut. Kompetensi tersebut yaitu kompetensi berfikir kritis, komunikasi yang baik, kreatif dan inovatif, dan kolaborasi. Namun, untuk sampai kepada kompetensi tersebut haruslah dibekali dengan beberapa perangkat dasar seperti kepercayaan diri, bisa menghargai orang lain, berani mencoba, siap dalam menanggung risiko, berfikir secara abstrak, mampu berfikir secara ilmiah, dan kemampuan berimajinasi, serta kemerdekaan berfikir. Untuk sampai pada titik ini perlunya menumbuhkan kompetensi guru dan untuk menumbuhkan kompetensi guru tersebut perlunya kita beralih ke perspektif teori jejaring aktor (actor-network theory). Untuk melahirkan guru yang bermutu diperlukan reformasi di tiga aras yang berbeda yaitu aras paradigmatic, manajerial, dan teknikal. Kompetensi baru harus dialami oleh guru di mana guru masa depan harus terampil dalam berkomunikasi secara digital, harus setia dengan paradigma pedagogi tertentu (Student Centred Learning), mampu membantu perkembangan karakter murid.

Webinar tersebut menampung pertanyaan-pertanyaan dari peserta baik yang bertanya melalui zoom dan juga melalui youtube. Pertanyaan-pertanyaan tersebut ditujukan kepada ketiga pembicara. Acara ditutup oleh Romo TB. Gandhi Hartono, SJ selaku Sekretaris Eksekutif Komisi Pendidikan KWI.

(DM & MAA)

  kembali