USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Erwiana Sulistyaningsih: Berjuang untuk Keadilan

diupdate: 4 tahun yang lalu



Menjadi tokoh berpengaruh dunia versi majalah Time 2014 merupakan suatu penghargaan yang sangat membanggakan bagi Erwiana Sulistyaningsih, alumnus Fakultas Ekonomi, Universitas Sanata Dharma (USD). Erwiana adalah seorang mantan buruh migran yang bekerja di Hong Kong. Ia menerima penganiayaan dari mantan majikannya selama kurang lebih 8 bulan. Sejak kejadian itu, kini ia menjadi pejuang keadilan bagi buruh migran.

Awalnya ia menjadi buruh migran karena keinginannya untuk mengubah nasib. Selain itu, ia sangat ingin berkuliah. Sebelum memutuskan untuk bekerja menjadi buruh migran, ia pernah bekerja menjadi pelayan restoran di Jakarta. Akan tetapi bekerja di sana sama sekali tidak mengubah keadaan ekonomi keluarganya. Maka dari itu, ia memutuskan untuk bekerja di Hong Kong untuk mencari penghidupan.

Penganiayaan yang diterima Erwiana membuatnya menjadi perbincangan hangat kala itu. Tidak ada rasa kemanusiaan yang ditunjukkan oleh seorang majikan kepada asisten rumah tangganya. Kejadian tersebut membuatnya diliput oleh berbagai media massa di seluruh dunia. Pemukulan hingga mengalami luka parah, tidak menerima gaji, dan tidak diberi hari libur dialaminya ketika bekerja. Ia hanya ditinggal oleh majikannya dengan keadaan tubuhnya yang parah: luka lebam dan memar.

Setelah kasus ini disorot oleh organisasi Jaringan Buruh Migran Indonesia di Hong Kong dan dengan dukungan solidaritas internasional, ia menjadi pusat perhatian dunia. Hal ini mengantarkannya pada kesempatan untuk berkuliah di USD. Pihak USD memberi Erwiana beasiswa penuh untuk meraih cita-citanya. Erwiana mampu menyelesaikan pendidikan kuliahnya tepat waktu dan lulus dengan predikat cum laude.


Erwiana mengalami banyak perkembangan dari awal masuk hingga lulus kuliah. Awalnya, Erwiana cenderung pendiam dan sempat enggan menceritakan pengalaman pahitnya. Seiring berjalannya waktu, ia justru mampu menginspirasi teman-temannya dengan pikiran-pikiran progresifnya. Salah satu motivasinya berkuliah adalah ia ingin ikut mencerdaskan teman-temannya agar mereka tidak sekadar menjadi buruh lagi.

Dalam kurun waktu empat tahun, Erwiana telah banyak berubah. Sekarang ia memiliki kepedulian yang sangat besar terkait nasib buruh migran di seluruh dunia. Ia tidak hanya terlepas dari penderitaan dan trauma, tetapi balik berganti membantu orang. Pengalaman pahitnya selama menjadi buruh migran membuatnya ingin memperjuangkan agar buruh migran diperlakukan secara adil dan manusiawi. “Kita harus berjuang kalau ingin perubahan.” ungkap Erwiana.

Kini Erwiana menjadi aktivis di organisasi yang fokus membantu buruh migran di Hong Kong dan negara lainnya, khususnya membantu dalam penanganan kasus, advokasi, pelayanan, training, berbagi pengalaman, melakukan kampanye untuk mengangkat isu-isu buruh migran. Banyak hal yang dapat diambil dari perjalanan hidup dan memperjuangkan keadilan buruh migran bagi Erwiana yang sejalan dengan nilai-nilai dasar USD, terutama memperjuangkan keadilan, menghargai keberagaman, dan menjunjung tinggi keluhuran martabat manusia. Ia mengungkapkan bahwa hidup tidak hanya sebatas uang dan materi saja, tetapi tentang bagaimana kita dapat menjadi manusia yang berarti dan berguna untuk keluarga, masyarakat, dan dunia yang lebih baik.

(MHH & TNU)

  kembali