USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Romo Purwatma, Dosen Suri Teladan

diupdate: 4 tahun yang lalu




Ratusan imam melepas Romo Matheus Purwatma, Pr ke dalam peristirahatan terakhir di Seminari Tinggi Santo Paulus Kentungan, Yogyakarta, Selasa (28/1/2020). Mereka mengenang sosok dosen yang bersuri teladan dan mempunyai sejumlah gagasan-gagasan baru.

Kapel Santo Paulus dipenuhi oleh sejumlah umat yang ingin menghantar kepergian Romo Matheus Purwatma, Pr. Umat terlihat hingga meluber di sisi kanan, kiri maupun depan Kapel Santo Paulus. Mereka menghantar kepergian romo yang berkelahiran Baturetno, 21 September 1957 yang menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (26/1/2020) pukul 22.25 WIB di RS Elisabeth, Semarang.

Misa Requiem dilaksanakan pada Selasa (28/1/2020) dengan selebran utama, Uskup Agung Semarang, Mgr Robertus Rubiyatmoko. Selebran pendamping adalah Dekan Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma (USD), Albertus Bagus Laksana, PhD, SJ dan Rektor Seminari Tinggi Santo Paulus, Romo Matheus Djoko Setya Prakosa, Pr. Ratusan imam lain juga nampak di sejumlah kursi umat.

Dr. Matheus Purwatma, Pr merupakan dosen di Fakultas Teologi USD sejak 1 Januari 1991, diangkat menjadi dosen tetap pada 1 April 1992. Berbagai tugas jabatan pun pernah diembannya. "Menjadi Dekan II, Pejabat Sementara Dekan, Ketua Program Studi Magister Teologi, dan pembentuk Program Studi Doktoral." ungkap Romo Bagus, sapaan Dekan Fakultas Teologi USD.

Romo Bagus menjelaskan bahwa semasa hidupnya, Romo Purwatma merupakan pribadi yang terbuka untuk gagasan-gagasan baru. "Dirinya tidak pernah menua sampai akhir hayat. Ingin selalu ikut seminar di Asia, sehingga mengetahui perkembangan, tapi dia tidak bisa ke sana karena raga yang melemah." katanya.

Rektor Seminari Tinggi Santo Paulus, Romo Matheus Djoko Setya Prakosa Pr memaparkan, Romo Purwatma dikenal sebagai seorang romo yang tegar hatinya. Dia berbesar hati menerima keadaan kenyataan pahit dalam hidupnya. "Sewaktu mengetahui dirinya (Purwatma) Leukimia akut, dirinya tidak menggugat Tuhan atas kualitas hidupnya. Dia (Purwatma) berbesar hati menerima kenyataan pahit atas vonis penyakitnya." ungkapnya.

Romo Purwatma yang menderita sakit, tambah Romo Djoko, tidak menjadikan sakit sebagai suatu alasan untuk mengendurkan hidupnya. Romo Purwatma tetap melakukan kebiasaan rutinnya, seperti: berdoa dan mengajar. Bahkan, dia mengajar melalui dunia maya. "Kami ada 2 mata kuliah yang diampu, setelah tengah semester, kondisinya sakit, kami presentasi menggunakan Skype." tambah seorang mahasiswa Pascasarjana Program Studi Magister Teologi yang enggan disebut namanya.

Uskup Agung Semarang, Mgr Robertus Rubiyatmoko mengungkapkan bahwa selama Romo Purwatma dirawat di rumah sakit, dirinya sibuk dengan aktifitas pekerjaannya. "Kalau dia (Purwatma) tidak tidur, berdoa, di depan komputer memeriksa tesis atau menerjemahkan artikel yang menjadi tugasnya." paparnya.

Mgr Robertus Rubiyatmoko merangkum bahwa Romo Purwatma mempunyai 3 pilar dalam menghayati imamatnya yakni rahmat, komitmen, dan persahabatan. "Keterbukaan Romo Purwatma untuk mendengarkan Tuhan yang memanggil dan kesiapsediaan untuk diutus kapanpun Tuhan mengendaki." pungkasnya.

(PB & YSN)

  kembali