USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Seminar Kesehatan Jiwa:
“Suicide Prevention Mental Health For All”

diupdate: 4 tahun yang lalu



Lembaga Kesejahteraan Mahasiswa (LKM) Universitas Sanata Dharma (USD) bekerja sama dengan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Grhasia menyelenggarakan sebuah seminar kesehatan jiwa pada hari Sabtu (23/11) di Ruang Drost, Kampus III USD. Topik yang diangkat dalam seminar kali ini adalah Suicide Prevention Mental Health For All atau Pencegahan bunuh diri. Seminar ini merupakan sebuah program Grhasia Goes to Campus yang diadakan oleh RSJ Grhasia dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa sedunia yang jatuh pada setiap 10 Okober, USD menjadi universitas ketiga yang mendapat kunjungan program ini. Seminar yang dipersiapkan selama dua bulan ini dihadiri oleh tiga ratus mahasiswa dari program beasiswa Bidikmisi, Driyarkara, juga Beasiswa Cerdas dan Humanis.

Tingginya tingkat kematian akibat bunuh diri  menjadi perhatian bagi beberapa pihak, khususnya institusi pendidikan. Oleh karena itu, USD memberikan fasilitas berupa klinik konseling  sebagai wujud perhatian khusus kepada mahasiswanya mengenai kesehatan jiwa. Bruder Sarju, selaku kepala LKM menyebutkan bahwa belakangan ini kebutuhan konseling dari mahasiswa semakin meningkat, dilihat dari jumlah pendaftar konseling cukup banyak di setiap harinya. “Bertolak dari kondisi yang seperti ini kita melihat bahwa diperlukan sebuah infromasi dan pengetahuan yang akhirnya (menimbulkan) kesadaran tentang masalah konseling. Maka, harus ada pihak-pihak yang memungkinkan memberikan itu (informasi) kepada mahasiswa,” ujar Bruder Sarju. Bruder Sarju mengungkapkan, pada awalnya tawaran pengadaan seminar kesehatan jiwa ini diperoleh dari seorang alumni USD, yakni Aril Halida yang bertugas di bagian klinik psikologi RSJ Grhasia. “dengan senang hati kami menangkap peluang itu dan terjadilah rencana antara pihak RSJ Grhasia dan USD.”

Materi seminar pertama diberikan oleh Doketer Wikan Andaningrum, S.Kj., selaku psikater di RSJ Grhasia. Doker Wikan menyebutkan bahwa menurut data statistik setiap satu per empat puluh detik orang melakukan aksi bunuh diri. Di tahun 2016 kasus bunuh diri di Indonesia terjadi sebesar 4,3%, kemudian meningkat menjjadi 5,4% di tahun 2018. Bahkan, kasus bunuh diri di Yogyakarta sepanjang tahun 2019, terhitung dari bulan Januari sampai September, sudah mencapai angka 25 kasus. “Bunuh diri menjadi kasus kematian tertinggi nomor dua bagi orang muda pada usia 15-29 tahun.” Dokter Wikan menerangkan. Sampai kini, kasus bunuh diri masih termasuk ke dalam kasus kepolisian, sedangkan ada beberapa faktor kejiwaan yang menjadi pemicu orang melakukan bunuh diri. Faktor tersebut antara lain, biologi, psikologis, sosial, dan spiritual. Keempat faktor tersebut berhubungan dengan zat dalam tubuh yang mengalami gangguan. Untuk menstabilkan zat tersebut dibutuhkan konsumsi obat-obatan sebagai cara mencegah tindakan bunuh diri. “Peran RSJ bukan hanya untuk menangani gangguna jiwa skala besar, dalam hal depresi ringan juga ada baiknya di konsultasikan.” Tutur dokter Wikan.

Pembicara ke-2 diisi oleh Puji Starjo membahas tentang sejarah Rumah Sakit Grhasia DIY, Grahasia berasal dari bahasa latin “Gracious”artinya ramah maknaya tempat pelayanan tumbuh kembang dan penyelarasan jiawa dengan segala aspek, visi dari Grhasia sendiri adalah menjadikan pusat pelayanan kesehatan jiwa dan Napza Paripurna yang berkualitas dan beretika dan pembicara terakhir adalah Aril Halida yang membagikan bagaimana upaya pencegahan bunuh diri melalui Self-Help da Support Group. Kak Aril sapaan akrabnya menjelaskan bahwa pencegahan bunuh diri bisa dibantu oleh orang-orang disekitar korban dengan cara mendengarkan kroban bercerita, mengakal korban untuk bertemu dengan para psikolog untuk membantu keluar dari masalah yang dihadapi. “Kepedulian terhadap kesehatan jiwa harusnya tidak lagi menjadi hal yang tabu, tapi harus mulai menjadi perhatian bagi setiap orang agar kasus bunuh diri dapat semakin menurun jumlahnya.” ucap Kak Aril sambil menutup sesi seminar.

(PIJL & GFAN)

  kembali