USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Psychofest 2019: Break the Silence and the Stigma

diupdate: 5 tahun yang lalu




Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma (USD) pada hari Sabtu, 12 Oktober 2019 mengadakan seminar dengan tema “Mental Health Day” di Ruang Drost Kampus III USD. Seminar yang dihadiri oleh 300 mahasiswa baik dari USD maupun dari luar USD ini merupakan salah satu rangkaian kegiatan Psikofest dalam menyambut Dies Natalis. Seminar ini pun bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEMF) dan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPMF) Psikologi.

Seminar dibuka dengan sambutan dari Ketua Panitia, Tegar Perdana Setiabudi. “Seminar ini diadakan sebagai bentuk apresiasi karena beberapa hari yang lalu merupakan hari peringatan kesehatan mental, dan juga bentuk kepedulian kita untuk bisa belajar mengetahui gejala dan solusi dalam menghadapi orang-orang yang mengalami kesehatan mental”.tuturnya. selanjutnya, sambutan dari Ketua Dicky Setiawan Yorman selaku Ketua BEMF Psikologi. Ia menyampaikan bahwa seminar ini sangat bermanfaat untuk kita, karena dengan seminar ini kita akan bisa belajar bagaimana mengetahui gejala orang-orang yang mengalami kesehatan mental bahkan kita pun akan diberikan solusi dalam menghadapi dan menanggani orang-orang tersebut.

Pembicara yang diundang adalah Briggita Erlita Tri Anggadewi, M.Psi., beliau adalah Head of Sanata Dharma Counseling Centre. Kedua, Annisa Poedji Pratiwi, M.Psi., Founder of Charisma Consulting, selanjutnya, Azri Augustin Suciati, M.Psi, Lucia Peppy Novianti M.Psi., Founder of Wiloka Workshop. Tema besar yang diambil adalah Mental Health, mengajak masyarakat agar lebih peduli terhadap kesehatan mental, karena masih banyak stigma-stigma negatif dari masyarakat terhadap orang-orang yang mempunyai masalah mental.

Sesi pertama disampaikan oleh Ibu Erlita, beliau lebih menjelaskan asal mula depresi, cemas, dan gangguan mood. Beliau memaparkan temuan WHO terhadap kasus bunuh diri di dunia meningkat. Sehingga di Hari Kesehatan Mental yang diperingati pada tanggal 10 Oktober 2019 WHO mengangkat kecenderungan bunuh diri hingga tahun 2020 mendatang. Pun kecenderungan bunuh diri banyak dilakukan oleh orang yang berumur 15-29 tahun, banyaknya remaja yang depresi dan ingin melakukan bunuh diri terjadi karena masa perubahan remaja ke dewasa adalah masa pencarian jati diri. Penyebabnya beragam, mulai dari gangguan mood, cemas, problem prilaku, dan NAPZA.

Sesi pembicara kedua, disampaikan oleh Annisa Poedji Pratiwi, beliau menjelaskan tentang Feel, Deal, Heal, bagaimana sebagai manusia kita harus sadar dan merasakan emosi positif maupun negatif, dan bagaimana bisa bersahabat dengan energi tersebut. Bersahabat dengan emosi dibutuhkan agar luka batin dapat pulih atau sembuh bahkan Anisa pun mmeberikan contoh yang dekat dengan dirinya yaitu dirinya sendiri, bagaimana dia bisa keluar dan menyembuhkan pergulatan batin yang dialami dan mengubah stigma negatif menjadi positif dari dalam dirinya.

Sesi pembicara ketiga, disampaikan oleh Ibu Azri, beliau menjelaskan depresi dapat dialami oleh siapa saja. Orang yang sakit fisik pun mengalami depresi. Memberikan bagaimana cara mengubah stigma masyarakat yang negatif menjadi positif, beliau mengatakan bahwa semua itu bermula dari cara berpikir kita tentu itu akan sulit ketika lingkungan tidak mendukung tetapi cobalah untuk menanamkan hal-hal positif dari dalam diri sendiri lalu dikeluarkan kepada lingkungan.

Sesi pembicara terakhir, disampaikan oleh Ibu Lucy tentang Expressive writing, bagaimana menuangkan perasaan sedih, marah dan gelisah dalam bentuk tulisan. Ibu Lucy membuka sesi terakhir ini dengan memberikan permainan menulis, menulis tentang apa yang pernah kamu alami dan bacakan itu di depan. Ada dua volunteer yang maju lalu berbicara tentang apa yang dituliskan tentu sangat berbeda bahkan dari kedua volunteer tersebut salah satunya merasa lega jika menulis dan salahnya merasa lega jika berbicara. Di akhir sesi beliau mengatakan kepada peserta untuk menuangkan segala bentuk rasa baik itu bahagia dan sedih ke dalam tulisan sehingga perasaan kan merasa jauh lebih baik.

Rangkaian acara Psychofest tidak hanya seminar tentang kesehatan mental, tetapi ada juga kompetisi, dan malam puncak. Tahun ini kompetisinya beragam seperti membuat video, melukis, dan fotografi. Menggunakan tema yang sama, Mental Health. Selanjutnya, di malam puncak panitia Psychofest mendatangkan Kunto Aji dan Ardhito Pramono, penyanyi yang juga mempunyai keprihatinan terhadap kesehatan mental.

(GN & PIJL)

  kembali