USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

USD Gelar Dayak Nite:
“Merawat Kebhinnekaan dengan Semangat Rumah Betang”

diupdate: 5 tahun yang lalu



Komunitas Pakat Dayak Universitas Sanata Dharma (USD) kembali memeriahkan Malam Minggu civitas academica USD dengan menggelar acara kebudayaan yang disebut “Dayak Nite”, pada Sabtu (2/11) di Auditorium Driyarkara USD. Dayak Nite merupakan acara rutin yang digelar setiap tahun dalam menyemarakkan agenda Dies Natalis USD yang tahun ini menginjak usia 64 tahun. Komunitas yang diasuh oleh Brigida Intan Printina ini sudah menggelar Dayak Nite yang ke-9, dengan tema tahun ini adalah “Merawat Kebhinnekaan dengan Semangat Rumah Betang”. Penampilan Indonesia Mini memberikan kesan positif bukan hanya dikhususkan untuk suku dayak saja, tetapi mengajak dari suku-suku lain untuk bersama-sama menikmati acara ini, sebab bukan hanya penampilan dari suku dayak saja tetapi dari seluruh pulau yang ada di Indonesia juga memiliki kesempatan untuk memberikan penampilannya. Acara ini juga dimeriahkan dengan penampilan dari PSM Cantus Firmus, Komunitas Tari Fakultas Ekonomi (KotaFE), Borneo Fashion Show, penyanyi Tino Ame asal Kalimantan, dan juga drama musikal dari Pakat Dayak.

Dayak Nite menampilkan drama musikal yang mengisahkan bagaimana kekayaan dan keharmonisan hidup di tanah Borneo dengan gaya hidup tradisional berladang dan menenun. Tetapi keharmonisan itu terganggu dengan adanya orang-orang yang ingin mengeksploitasi alam untuk kepentingan pribadinya saja sehingga terjadi kerusakan yang terjadi di tanah Borneo. Masyarakat Borneo akhirnya mulai terganggu dan meminta pertolongan roh-roh penjaga hutan untuk mengusir dan menghalangi kegiatan eksploitatif tersebut dengan cara ritual dan juga dengan tari-tarian. Akhirnya roh-roh penjaga hutan pun membantu masyarakat Borneo sehingga situasi kembali harmonis dan masyarakat berpesta untuk mengucap syukur atas kekayaan alam di tanah Borneo.

Anggita Pusparani sebagai Ketua Umum Dayak Nite mengatakan bahwa konsep cerita ini berlatarbelakang dari keadaan Nusantara yang sedang krisis lingkungan hidup, di mana terjadi kerusakan karena pertambangan, kebakaran hutan, juga seberapa luas hutan yang akan dikorbankan untuk membangun ibukota baru Indonesia. “Gambaran kerusakan alam Kalimantan yang disebabkan oleh orang-orang tidak bertanggungjawab itu kami satukan dalam drama musikal yang berjudul “Pongasan Rima” (Nafas Alam), yang mengajak kita memperjuangkan hak alam untuk tetap hidup.” ungkap Anggita.

(RAS & PB)

  kembali