USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

USD Gelar Wayang Kulit “Pandawa Syukur”

diupdate: 5 tahun yang lalu




Universitas Sanata Dharma (USD) pada hari Sabtu (2/11) menyelenggarakan pagelaran wayang kulit di Kampus 3 Paingan. Pagelaran wayang kulit ini menceritakan tentang “Pandawa Syukur” dipimpin oleh dalang Ki Seno Nugroho. Pagelaran ini termasuk dalam rangkaian acara Dies Natalis USD ke-64 yang bertema “Peran Budaya Dalam Strategi Pembangunan Bangsa”. Tema ini sejalan dengan usia USD yang memasuki 64th di mana dalam konteks masyarakat Jawa disebut sebagai Tumbuk Ageng. Tumbuk berarti bertepatan atau berbarengan, dan ‘ageng’ berarti besar, agung. Jadi upacara tumbuk ageng merupakan suatu upacara yang dilakukan tepat pada saat seseorang berusia 8 x 8 tahun (64th).

Bapak Martono selaku Ketua Panitia Pagelaran Wayang Kulit mengungkapkan bahwa pagelaran ini selain untuk menyampaikan pesan dari kisah Pandawa Syukur juga untuk menghibur para penonton baik dari internal USD maupun eksternal. Kisah Pandawa Syukur menceritakan tentang keberhasilan para pandawa membuka hutan Wanamarta dan berhasil mendirikan Negara Amarta atau Indraprastha. Sebagai tanda syukur kepada Tuhan mereka menyelenggarakan sesaji Raja Suya. Yaitu suatu selamatan yang harus dihadiri 100 raja. Sementara itu, di tempat lain yakni Kerajaan Giribaja, dengan Prabu Jarasanda juga berencana mengadakan Sesaji Kalalodra. Sesaji ini kebalikan dari Sesaji Raja Suya yakni mensyaratkan 100 raja untuk dikorbankan sebagai tumbal.

Negara Giribaja telah berhasil mengumpulkan 97 raja yang sudah dipenjarakan, sehingga kurang tiga raja. Untuk melengkapinya, Supala dan balatentara Kerajaan Giribaja diutus oleh Jasaranda untuk menaklukkan Puntadewa raja Amarta, Kresna raja Dwarawati, dan Baladewa raja Madura. Mereka ialah tiga raja yang belum berhasil ditaklukkan. Para Pandawa memutuskan untuk membebaskan raja-raja yang menjadi tawanan Prabu Jarasanda. Mereka menyamar sebagai brahmana dan berhasil menyusup ke Negara Giribraja dan terjadilah pertempuran dengan Prabu Jasaranda. Akan tetapi, para pandawa kesulitan meengalahkannya sehingga mereka mundur dan mendatangi Kresna. Kresna memberi tahu bahwa Prabu Jarasanda akan dapat ditaklukkan apabila disigar/dibelah kembali. Setelah mendapatkan jawaban dari Kresna mereka melanjutkan pertempuran dan berhasil menaklukkan Prabu Jarasanda. Di akhir cerita, raja-raja yang ditawan dapat dibebaskan dan dengan sukarela ke-97 raja bersama dengan tiga raja bergabung untuk mendukung terlaksananya Sesaji Raja Suya.

Selain pagelaran wayang, terdapat acara limbukan dan goro-goro dengan mendatangkan 3 bintang tamu di antaranya adalah Den Baguse Ngarso  yang populer dikarenakan perannya sebagai tokoh antagonis dalam acara siaran Mbangun Deso di TVRI Yogyakarta pada tahun 1990an, Sihono, dan Elisha. Selain menghibur dengan pertunjukan  Wayang, panitia juga menyiapkan doorprize berupa sepeda lipat bagi penonton yang beruntung.

Rektor USD Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D. berharap dengan diadakan pagelaran wayang kulit ini dapat meningkatkan konsolidasi internal supaya memiliki keyakinan diri yang lebih tinggi dan mempunyai semangat untuk memberikan kontribusi yang lebih baik, serta secara khusus menyadari peran budaya dalam dunia pendidikan. Di sisi lain juga bisa dijadikan sebagai bagian untuk mewartakan sikap dasar, orientasi dan kontribusi USD dalam pembangunan melalui pengembangan budaya.

(EAN & ICVM)

  kembali