Dalam upaya peningkatan ranking perguruan tinggi Indonesia untuk menempati jajaran 500 perguruan tinggi elit dunia, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia memberikan pendanaan penelitian dalam skema penugasan World Class Research (WCR). Inventarisasi telah dilakukan oleh Direktorat Riset Pengabdian Masyarakat (DRPM) kepada peneliti di Perguruan Tinggi (PT) se-Indonesia. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan oleh DRPM, melalui surat bernomor B/720/E3.1/RA.05/2019 tertanggal 27 Agustus 2019, diumumkan 400 kandidat yang memenuhi persyaratan skema penugasan WCR. Sudi Mungkasi, Ph.D adalah salah satu dosen dari Universitas Sanata Dharma (USD) yang termasuk dalam 400 kandidat tersebut.
Pak Sudi, demikian ia sering disapa. Sibuk bukanlah alasan untuk berhenti berkarya dan berguna bagi masyarakat, ini sekiranya adalah ungkapan yang cocok untuk menggambarkan sosok Pak Sudi. Ia adalah Dosen Program Studi Matematika sekaligus Dekan Fakultas Sains dan Teknologi (FST) USD. Pak Sudi terus mengembangkan bidang keahliannya, berawal dari rasa prihatin akan tragedi Tsunami di Aceh (2004) yang menelan ratusan ribu jiwa, Pak Sudi berjanji pada dirinya, bahwa ia akan menggunakan ilmu matematika yang ia kuasai untuk menemukan solusi secara matematis dari bencana alam. Solusi ini tentunya ditujukan untuk mengurangi dampak dari bencana alam serta timbulnya korban jiwa.
Lima belas tahun sudah Pak Sudi mendedikasikan bidang keilmuannya dan telah melahirkan lebih dari seratus karya. Karya-karyanya didominasi dengan penerapan ilmu matematika dalam upaya menanggulangi bencana alam, seperti banjir dan tsunami. Adapun penelitian yang sedang ia rencanakan saat ini terkait dengan kebencanaan yang terkait ilmu fisika (misalnya pemodelan dan simulasi banjir dan tsunami) serta ilmu biologi (misalnya pemodelan penyebaran penyakit) menggunakan persamaan diferensial. Tujuan penelitiannya adalah untuk menemukan metode baru yang lebih efektif dan efisien dalam menyelesaikan model matematika. Salah satu luaran dari penelitian ini adalah pembuatan paket program komputer untuk memberikan informasi kebencanaan yang nantinya bebas diakses oleh masyarakat. Dengan proyek ini Pak Sudi terpilih menjadi kandidat dosen yang akan menerima pendanaan penelitian dalam skema penugasan WCR.
Sementara itu, selaku Dekan FST USD, Pak Sudi terus menggali dan mengembangkan potensi FST dengan berbagai program kerja yang telah ia rencanakan. Beberapa program yang ia laksanakan misalnya mengundang dosen tamu dari luar negeri, mengadakan program pertukaran dosen untuk short course, dan memberikan fasilitasi percepatan kenaikan pangkat/jabatan fungsional dosen dengan sistem ‘jemput bola’. Arti ‘jemput bola’ di sini adalah dosen yang kinerjanya teridentifikasi memenuhi syarat Angka Kredit untuk naik pangkat/jabatan fungsional langsung diusulkan oleh fakultas untuk dilakukan penetapan angka kredit dan untuk dinaikkan pangkat/jabatan fungsionalnya. Selain itu, ia juga memfasilitasi para dosen, mahasiswa, dan peneliti baik dari USD maupun dari luar USD untuk memublikasi hasil penelitian dalam terbitan International Journal of Applied Sciences and Smart Technologies (https://e-journal.usd.ac.id/index.php/IJASST).
Pak Sudi memang layak disebut sebagai dosen yang gemilang, capaiannya tidak hanya berhenti pada penelitiannya ataupun perannya sebagai Dekan FST USD. Ia pernah terpilih sebagai Dosen Berprestasi Peringkat I Kopertis Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) tahun 2015 dan masuk sebagai finalis lima belas besar dosen berprestasi nasional di tahun yang sama. Kuncinya “lakukan yang terbaik” kata Pak Sudi, kata-kata ini adalah motto hidup yang berhasil mengantarkannya hingga berhasil mencapai posisi saat ini. Motto hidup yang sederhana, namun bisa memberikan dorongan untuk terus berkembang dari waktu ke waktu.
“Orang tua saya adalah petani, dan saya adalah anak ke-tujuh dari tujuh bersaudara. Jadi, biaya untuk sekolah menjadi sangat terbatas. Saya hanya bisa melakukan yang terbaik untuk terus maju,” ungkap Pak Sudi. Sedari muda ia sudah terbiasa untuk mandiri, biaya studinya pun sebagian besar berasal dari program beasiswa, khususnya sejak dari SMP sampai dengan program paska-doktoral.
Pak Sudi selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik untuk tugas yang ia terima, baik sebagai peneliti, dosen, dekan, kepala keluarga, ataupun anggota dalam masyarakat. Ia pun berharap agar kita semua dapat selalu meningkatkan kualitas diri dari waktu ke waktu. Sehingga kita dapat berguna bagi diri kita sendiri, keluarga, lingkungan, universitas, bahkan negara, dan dunia.
(TNU&DBC)