USD Akreditasi A English Version Alumni Email USD

Talk Show: Gelar Wicara Sadhar

diupdate: 5 tahun yang lalu



Sabtu, 12 Oktober 2019 Universitas Sanata Dharma (USD) mengadakan talk show Gelar Wicara Sadhar (GWS) dengan tema “Menghilangkan Budaya Baper di Kalangan Mahasiswa” di Student Hall, Kampus 1 USD. Kegiatan yang dihadiri sekitar 300 mahasiswa USD ini merupakan kelanjutan dari acara festival mural. Kegiatan ini juga merupakan salah satu program kerja Badan Eksekutif Mahasiswa USD (BEM USD) dalam rangka memeriahkan Dies Natalis USD ke-64. Pembicara kegiatan ini adalah Romo Angga Indraswara, SJ. (Dosen Fakultas Ekonomi USD) dan Henri Manampiring (Penulis Buku Filosofi Teras, yang mendapatkan penghargaan Book of the Year 2019).

Acara dibuka dengan sambutan dari ketua panitia, Michael Chandra. “Acara ini diadakan sebagai gagasan untuk mengembangkan pola pikir mahasiswa USD belajar dari Filsafat Stoa.” tuturnya. Selanjutnya, sambutan dari Arya Nugraha selaku Ketua BEM USD. Ia menyampaikan bahwa mahasiswa mengalami tekanan dari mana-mana baik eksternal maupun internal yang dapat mempengaruhi suasana hati atau mood-nya, sehingga mahasiswa perlu untuk mengontrol emosi. Filsafat Stoa diharapkan mampu membantu mahasiswa mengatasi masalah tersebut.

Henri Manampiring, yang akrab disapa Om Piring, sebagai pembicara utama mengawali talk show dengan menjelaskan asal kemunculan Filsafat Stoa dan melakukan survei sebagai bahan pembahasan bersama di sesi tanya jawab. Di sesi pertama, Om Piring memaparkan adanya dikotomi kendali yaitu kita harus mampu mengenali semua yang ada di kendali kita dan tidak ada di kendali kita. Kebahagiaan sejati bersumber dari dalam diri kita sendiri yaitu hal yang bisa kita kendalikan seperti opini, pikiran, keinginan, dan apapun tindakan kita sendiri. Sedangkan, ada banyak hal yang berada di luar kendali kita seperti harta, reputasi, orang lain, cuaca, bahkan kesehatan kita.

Dalam Filsafat Stoa, kita diajak untuk belajar memisahkan antara outcome (hasil yang di luar kendali kita) dengan upaya yang ada di bawah kendali kita. Penerapan dalam perkuliahan misalnya, melakukan hal yang berada di bawah kendali kita yaitu mengerjakan tugas dengan sebaik mungkin tetapi tidak ada jaminan mendapatkan nilai bagus (karena terdapatnya faktor-faktor lain). Seharusnya ketika sudah mengerjakan tugas dengan baik, hal tersebut sudah menjadi kebahagiaan tersendiri karena itu berada di kendali kita.

Filsafat Stoa tidaklah sama dengan berpikir positif, tetapi merupakan sebuah kemampuan untuk selalu berpikir realistis dan akurat. Menambahkan opini sendiri pada sebuah fakta objektif dapat mengakibatkan emosi jiwa. Di perkuliahan atau pekerjaan, kita bisa lebih efektif jika emosi lebih terkendali. Om Piring menutup pemaparannya dengan sebuah cerita dari Kerajaan Cina Kuno yang inti dari ceritanya adalah keberuntungan dan musibah itu bergantung dari perspektif kita sendiri.

Sesi kedua adalah sesi tanya jawab. Sesi ini diikuti dengan penuh antusias oleh mahasiswa untuk bertanya. Romo Angga memberikan penjelasan bahwa penerapan dalam kampus USD sendiri untuk mahasiswa memahami emosi dalam dirinya yaitu dengan melakukan refleksi, sehingga mereka paham dan mengerti peta emosi dalam dirinya. Emosi negatif terjadi akibat dari nalar yang sesat. Peristiwa eksternal nyatanya tidak menguasai emosi kita. Emosi kita adalah respon atas opini kita sendiri.

(VS & TNU)

  kembali